Mohon tunggu...
Dwi Oktalia
Dwi Oktalia Mohon Tunggu... Lainnya - Lifelong Learner

Saya adalah seorang mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan PPG Prajabatan. Saya tertarik pada penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Refleksi Keberagaman Peserta Didik Selama PPL PPG Prajabatan

8 April 2023   07:05 Diperbarui: 8 April 2023   07:24 1242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang dirancang atau dilakukan oleh guru sebagai upaya dari pemenuhan kebutuhan peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, pembelajaran berdiferensiasi juga di definisikan sebagai serangkaian keputusan masuk akal yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan peserta didik (Tululi, 2022). Sehingga dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik termasuk kebutuhan dan karakteristiknya yang akan menjadi bahan pertimbangan dalam perancangan modul pembelajaran berdiferensiasi.

Kebutuhan dan karakteristik peserta didik tentu akan berbeda bagi tiap individu. Kebutuhan peserta didik bisa berkaitan dengan capaian yang telah berhasil di dapatkan, sementara karakteristik bisa berkaitan dengan gaya belajar peserta didik. Capaian yang dimiliki oleh seorang peserta didik tentu berbeda dengan yang dimiliki oleh teman sejawatnya. 

Contoh dari hal ini adalah peserta didik yang belum memiliki kemampuan dasar untuk memahami suatu topik tertentu tentu berbeda dengan peserta didik yang sudah mahir dalam topik tersebut. Sehingga hal ini akan mempengaruhi kebutuhan peserta didik yang harus bisa dipahami oleh guru dalam merancang modul pembelajaran. 

Selain itu, karakteristik peserta didik juga me Peserta didik yang memiliki masalah dalam memahami suatu topik tertentu, tentu tidak memiliki kebutuhan yang sama dengan peserta didik yang telah mahir pada topik tersebut. Selain itu, karakteristik peserta didik juga menjadi bagian dari pembelajaran berdiferensiasi. 

Gaya belajar yang dimiliki oleh peserta didik tentu berbeda. Peserta didik memiliki gaya belajar berbeda sesuai dengan cara mereka dalam memproses informasi. Ada tiga gaya belajar yang umumnya dimiliki oleh peserta didik yaitu visual, audio, dan kinestetik (Callista, 2022). Gaya belajar visual berkaitan dengan cara memperoleh informasi dengan melihat, audio berkaitan dengan cara memperoleh atau mengolah informasi dengan mendengar, dan kinestetik akan berkaitan dengan gaya belajar dengan memperoleh informasi secara bergerak atau peserta didik akan mudah memahami suatu hal degan mengikuti gerakan tertentu.

Selama praktik pengalaman lapangan dalam program PPG Prajabatan, penulis menyadari bahwa adanya keberagaman kebutuhan dan karakteristik yang dimiliki oleh para peserta didik. Hal ini bisa diketahui melalui proses observasi yang dilakukan selama proses belajar berlangsung. Penulis menemukan bahwa di dalam kelas yang diampu ada tiga kelompok peserta didik yang bisa di kelompokkan berdasarkan capaian yang mereka miliki. Kelompok tersebut dibagi menjadi kelompok peserta didik mulai berkembang, sudah berkembang, dan mahir. 

Cara yang digunakan oleh penulis untuk mengetahui hal ini adalah dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi yaitu melalui diferensiasi konten. Diferensiasi konten merupakan metode pembelajaran dengan memberikan materi yang disesuaikan dengan capaian peserta didik, minat, ketrampilan, atau gaya belajar yang masih sejalan dengan kurikulum yang berlaku (Terkini, 2022). 

Dari hasil LKPD yang menjadi bagian dari penerapan diferensiasi konten, terlihat bahwa, nilai yang ditunjukkan secara tidak langsung memetakan keragaman yang ada di dalam kelas sehingga dalam proses perancangan modul yang akan digunakan selanjutnya, penulis mempertimbangkan keberagaman capaian peserta didik tersebut. Hal yang mungkin menjadi penyebab kesenjangan capaian peserta didik ini yaitu adanya kesempatan untuk mengenal bahasa inggris lebih awal dan tidak adanya kesempatan untuk mendapatkan hal tersebut. 

Bahasa inggris merupakan bidang studi yang tidak lagi menjadi wajib untuk diajarkan di level sekolah dasar (Anggraini, 2022). Sehingga apabila ingin mendapatkan pembelajaran bahasa inggris di SD, peserta didik perlu mengambil kursus di Lembaga bahasa. Tidak adanya pengetahuan awal berkaitan bahasa inggris inilah yang kemudian membuat para peserta didik kesulitan dalam mempelajari bahasa inggris di level sekolah menengah.

            Selain adanya tiga kelompok capaian peserta didik di dalam kelas, penulis yang berperan sebagai guru model juga menemukan bahwa peserta didik di dalam kelas memiliki keberagaman gaya belajar. Secara garis besar, kebanyakan peserta didik memiliki gaya belajar audio visual dan visual. Gaya belajar audio visual merupakan kombinasi dari gaya belajar audio dan visual, dimana peserta didik bisa memahami materi melalui proses mendengar dan melihat.  Peserta didik aktif dalam mengikuti proses belajar apabila guru menggunakan video sebagai media dan materi ajar. Materi-materi yang disampaikan lebih mudah dipahami oleh peserta didik apabila disampaikan melalui video pembelajaran. Selain itu, ada beberapa peserta didik yang juga memiliki gaya belajar visual. Peserta didik suka membaca materi yang ada di dalam buku pegangan siswa namun tidak pula menolak adanya penggunaan video selama proses belajar. Sehingga dari hal ini pun penulis bisa menyimpulkan bahwa video merupakan salah satu hal yang bisa digunakan untuk mengakomodir kebutuhan siswa dengan gaya belajar audio visual dan visual.

Keberagaman peserta didik yang juga ditemui selain capaian dan gaya belajar yaitu berkaitan dengan bagaimana posisi peserta didik di dalam kelas. Ada beberapa peserta didik yang memiliki kelompok tersendiri namun ada juga peserta didik yang tidak berkelompok. Posisi peserta didik di dalam kelas bisa berkaitan dengan bagaimana peserta didik mendapatkan gaya pengasuhan di rumah. Menurut teori ekosistem, gaya pengasuhan di rumah bisa mempengaruhi cara pesera didik bersosialisasi di dalam kelas (Prajabatan, 2021). Peserta didik yang mendapatkan gaya pengasuhan otoriter cenderung pendiam di kelas dan tidak berani mengemukakan pendapatnya, sementara peserta didik yang mendapatkan gaya pengasuhan otoritatif akan menjadi lebih berani dalam mengemukakan pendapat atau untuk bersosialisasi dengan orang lain.

Terkait dengan pemenuhan target kurikulum, penulis menemukan bahwa hal ini akan berkaitan dengan bagaimana peserta didik mencapai tujuan pembelajaran yang telah diturunkan melalui capaian pembelajaran. Hasil belajar peserta didik menunjukkan bahwa peserta didik sebagian besar bisa mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan yang dibuktikan dengan kelulusan dari nilai KKM. Namun, masih ada beberapa peserta didik yang tidak bisa melewati KKM dan peserta didik tersebut merupakan kategori siswa mulai berkembang yang merupakan kelompok minoritas di dalam kelas. Dalam menyikapi hal ini, penulis mencoba untuk menerapkan diferensiasi proses agar bisa memberikan treatment berbeda bagi kelompok peserta didik tersebut yang diharapkan bisa membantu mereka dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan cara yang sangat mungkin digunakan untuk membantu para peserta didik dalam memenuhi kebutuhannya dan membantu mereka dalam mecapai tujuan pembelajaran. Namun dalam proses penerapannya, pembelajaran berdiferensiasi merupakan suatu hal yang tidak mudah untuk di realisasikan. Ada banyak hal yang harus menjadi pertimbangan guru khususnya bagaimana capaian peserta didik dan karakteristik yang mereka miliki. Maka dari itu, penting bagi guru untuk dapt membangun koneksi dengan peserta didik agar mendapatkan informasi terkait peserta didik yang bisa digunakan untuk merancang modul pembelajaran berdiferensiasi

           

Referensi:

Anggraini, A. (2022, Juni 09). Mata Pelajaran Bahasa Inggris SD Dihapuskan, Apa Dampaknya Semakin Baik? Retrieved from Kompasiana: kompasiana.com/adhyaratnianggraini0956/62a1934abb4486027549af75/mata-pelajaran-bahasa-inggris-sd-dihapuskan-apa-dampaknya-semakin-baik

Callista, A. D. (2022, Maret 27). Retrieved from Akseleran : akseleran.co.id/blog/kenali-4-gaya-belajar-menurut-neil-fleming/

Prajabatan, P. (2021). SIMPKB . Retrieved from Kelas Diklat: https://lms12-ppgprajab.simpkb.id/mod/icontent/view.php?id=1135

Terkini, B. (2022, September 01). Retrieved from Kumparan : https://kumparan.com/berita-terkini/apa-itu-diferensiasi-konten-ini-pengertian-dan-contohnya-1ym3IYVm4WR/2

Tululi, I. (2022, February 07). Retrieved from Pengawas Sekolah Dasar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Gorontalo: https://www.imrantululi.net/berita/detail/pengertian-pembelajaran-berdiferensiasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun