Mohon tunggu...
Dwi Haryadi
Dwi Haryadi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Bawang Putih Bernasib Pedih

7 September 2018   17:57 Diperbarui: 7 September 2018   18:25 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Berapa banyak kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap bawang putih selama setahun? Ini bukan tebak-tebakan jengkol belaka. Tapi mengajak berpikir. Sebab Indonesia masih mengimpor bawang putih. Ya, begitulah kenyataannya. Mengejutkan? Tentu. Sebab tak sedikit dari kita yang masih mengira bahwa komoditas itu bisa dicukupi dari produksi dalam negeri.

Persoalan ini semestinya menjadi perhatian publik. Meski kita tahu, ada timbunan masalah yang tak kalah penting di Indonesia. Tapi, bawang putih juga bukan perkara remeh. Ibu-ibu rumah tangga di antero negeri pasti merutuk jika susah mendapatkannya. Atau apabila harganya meroket. Berabe jika mereka sampai kesal.

Kementerian Pertanian adalah pihak yang wajib ditanya, kenapa hingga kini kita masih mengimpor bawang putih. Institusi ini yang bertanggung jawab dengan urusan produksi. Apa yang terjadi? Bukankah tahun 2017 lalu Kementan optimis bahwa produksi bawang putih tahun 2019 akan swasembada? Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian sendiri yang berbicara seperti itu di depan media. Bahkan situs resmi Kementan pun merilis hal serupa.

Kini, yang berlangsung justru sebaliknya. Baru-baru ini, Menteri Pertanian Amran Sulaiman malah meminta jajarannya dari tingkat pusat maupun daerah untuk mempermudah keran impor bagi para pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri. Sungguh keputusan yang bertolakbelakang dengan klaim yang telah terlanjur tersiar. Mau disebut apa keadaan itu? Kebohongan? Atau meleset perhitungan? Monggo!

Pada akhirnya, swasembada bawang putih yang pernah mereka canangkan hanyalah angan-angan.

Kebijakan Kementan untuk para importir bawang putih juga menarik perkara berikutnya. Mereka menagih para importir untuk menanam bawang putih di dalam negeri dan menghasilkan 5% dari total pengajuan rekomendasi impornya. Padahal menurut Kepala Penelitian Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Hizkia Respatiadi, kewajiban yang dibebankan itu tidak realistis untuk mendukung pencapaian swasembada untuk komoditas. Menanam itu tugas petani. Importir tentu berbeda pekerjaan.

Seharusnya Kementan lebih gencar membuka lahan untuk para petani bawang putih. Bukan malah membebani importir dengan kewajiban baru.

Jika diulik lebih dalam, keterbatasan dan alih fungsi lahan, merupakan penyebab utama kemerosotan produksi bawang putih di Indonesia. Dan selama tiga tahun menjabat, Mentan Amran Sulaiman belum kelar juga menyelesaikan persoalan seperti ini.

Sampai kapan? Entahlah. Barangkali Pak Jokowi perlu mengevaluasi menterinya itu. Supaya tak terus-menerus mengumbar pencapaian, tapi kenyataannya nol besar. Biar mimpi swasembada tak hanya kembang mulut belaka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun