Mohon tunggu...
Dwi IntanSugiantini
Dwi IntanSugiantini Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Akun Pemenuhan Tugas Kuliah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Lebih Dalam Panca Sradha Sebagai 5 Dasar Keyakinan Agama Hindu

12 Mei 2023   22:19 Diperbarui: 12 Mei 2023   22:22 683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Panca Sradha dalam agama Hindu diarahkan pada dasar segala aspek kehidupan. agama Hindu sangat menjunjung tinggi Panca Sradha, hal ini dapat dilihat dalam Yajur Veda XIX.30 yang menegaskan mengenai sradha yakni dengan bunyi "Craddhaya satyam apnopi, cradham satye prajapatih" dengan terjemahan "Sradha orang akan mencapai Tuhan, Beliau menetapkan, dengan sradha menuju satya" agama Hindu sangat menggenggam erat ajaran dharma (pengetahuan tentang kebenaran) dan kebenaran abadi (sanatana Dharma). Panca Sradha berasal dari dua kata yakni panca yang berati lima dan sradha yang artinya keyakinan, maka Panca Sradha dapat diartikan sebagai lima keyakinan dasar agama Hindu. Panca Sradha memiliki lima bagian yakni Brahman (widhi tattwa), atman atau atma tattwa, karma phala, punarbawa dan moksha.

Brahman atau Widhi Tattwa

Brahman atau yang lebih dikenal sebagai Widhi Tattwa merupakan bagian dari Panca Sradha yang pertama, Brahman merupakan keyakinan akan adanya Tuhan atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dalam agama Hindu Tuhan merupakan sumber dari segala kehidupan. Brahman atau Widhi Tattwa telah ditegaskan dalam sloka "Ekam eva advityam Brahman" dengan terjemahan "Tuhan hanya satu tidak ada yang kedua" Brahman atau Widhi Tattwa dalam Panca Sradha meyakinkan bahwa Tuhan hanya ada satu/esa tidak ada yang kedua. Selain dalam sloka tersebut terdapat sloka lain yang menegaskan mengenai Brahman yakni dengan bunyi "Eko narayana na dwityo'sti kascit" artinya "Hanya ada satu Tuhan sama sekali tidak ada duanya." Dalam Chandogya Upanisad III.14.1 ditegaskan "Sarvam kalvidam Brahman" yang berarti "Semua ini adalah Brahman, alam semesta serta kehidupannya merupakan Brahman." Selain dalam Chandogya Upanisad, Atharwaveda IV.1.1 juga menyatakan mengai Brahman yakni dengan bunyi "Brahman jajnanam prathanam purastat" dengan arti "Brahman adalah yang pertama dari yang terdapat dalam alam semesta."

Widhi Tattwa erat kaitannya dengan Tri Purusha, yang mana terdapat tiga bagian dalam Tri Purusha yakni paramasiwa, sadasiwa dan siwatman. Paramasiwa diartikan sebagai Tuhan yang bersifat murni atau nirguna Brahman, tidak dapat dibayangkan dan tidak dapat dipikirkan oleh akal manusia. Sedangkan sadasiwa diartikan sebagai Tuhan yang bersifat imanen, saguna Brahman, dalam hal ini Tuhan digambarkan memiliki sifat Chadu Sakti yang terdiri atas Wibhu Sakti (Maha ada) Prabhu Sakti (Maha kuasa), Jnana Sakti (Maha tahu) dan Kriya Sakti (Maha karya), selain digambarkan memiliki sifat Chadu Sakti, Ida Sang Hyang Widhi Wasa juga digambarkan memiliki sifat astaiswarya yang terdiri atas: Anima (bersifat kecil melebihi partikel atom) Laghima (bersifat ringan, lebih ringan dibandingkan dengan udara), Mahima (bersifat maha besar dan mampu meresapi segala ruang), Prapti (bersifat maha sukses atau dapat mencapai segala yang diinginkan atau dikehendaki), Prakamya (segala keinginan akan tercapai) dan Isittwa (bersifat maha raja), Wasitwa (bersifat maha kuasa dan menguasai segalanya), serta Yatrakamwasayitwa (tidak ada yang dapat menentang kehendaknya).

Atman atau Atman Tattwa

Atma Tattwa merupakan percaya akan adanya atman. Atman merupakan percikan terkecil dari Tuhan, dan setiap makhluk hidup memiliki atman yang bersemayam dalam diri. Atman merupakan sumber hidup dari setiap makhluk hidup. Atman atau Atma Tattwa telah ditegaskan dalam Bhagawad Gita X. 20 dengan bunyi "Aham Atma gudaseka, sarwabhutasaya-sthitah, aham adis ca madhyam ca, bhutanam anta eva ca" dengan arti "Oh Arjuna, aku adalah atma, menetap dalam hati setiap makhluk, aku adalah permualaan, pertengahan dan akhir daripada semua makhluk" dalam atma tattwa, atman dijelaskan memiliki beberapa sifat yakni acchedya (tidak terlukai oleh senjata), adahya (tidak terbakar oleh api), akledya (tidak kering oleh angin), acesya (tidak terbasahkan oleh air), nitya (abadi), sarwagatah (ada dimana-mana), sathanu (tidak berpindah), acala (tidak bergerak), dan awyakta (tidak dilahirkan), achintya (tidak terpikirkan), awikara (tidak berubah) serta sanatana (selalu sama). Dalam agama Hindu atman dikenal sebagai roh suci, ketika makhluk hidup meninggal atau mati, atman tidak akan ikut mati karena atman bersifat kekal dan abadi. Setelah makhluk hidup meninggal atman akan tetap dilepas pada alam semesta dan akan menerima hasil karma dari amal dan ibadah selama masih hidup, atman atau roh suci dengan amal ibadah yang baik akan pergi menuju swargloka atau sura dan atman yang melakukan perbuatan jahat dan kotor akan menuju patal atau neraka.

Karma Phala

Bagian Panca Sradha yang ketiga yakni adalah karma phala, karma phala berasal dari kata karma yang artinya perbuatan, dan phala yang berarti hasil, jadi karma phala diartikan sebagai percaya akan adanya hasil dari perbuatan. Agama Hindu percaya akan adanya hukum sebab akibat. Seperti pepatah "apa yang kita tanam, itu yang kita tuai" karma phala merujuk pada segala sesuatu yang menjadi hasil dari perbuatan yang telah dilakukan. Karma phala dalam agama Hindu digolongkan menjadi tiga yakni: Sancita Karma Phala, Prarabda karma phala, dan kryamana karma phala. Sancita karma phala diartikan sebagai hasil perbuatan masa lampau, yang akan dinikmati dikehidupan sekarang (saat ini), prarabda karma phala diartikan sebagai hasil perbuatan dikehidupan sekarang, yang akan dinikmati dikehidupan sekarang atau saat ini juga, dan yang ketiga adalah kryamana karma phala yang diartikan sebagai hasil perbuatan atas kehidupan sekarang yang akan dinikmati pada kehidupan yang akan datang (masa depan). Kharma phala meyakini bahwa apabila menjalankan karma baik, maka laksana kehidupan akan mendapatkan hasil perbuatan baik dan keberuntungan, begitu sebaliknya apabila mengamalkan karma buruk maka hasil yang akan didapat adalah keburukan atau kesialan.

Punarbawa

Dalam agama Hindu punarbawa diartikan sebagai reinkarnasi, punarbawa merupakan bagian keempat dalam Panca Sradha, yang mana punarbawa berarti yakin akan adanya kelahiran kembali atau reinkarnasi. Punarbawa erat kaitannya dengan karma phala. Punarbawa telah ditegaskan dalam Bhagawad Gita IV.5 yakni dengan bunyi "bahuni me vyatitani janmani tava carjuna, tany aham veda sarvani na tvam vettha parantapa" dengan terjemahan "Banyak kelahiran-Ku dimasa lalu, demikian pula kelahiranmu, Arjuna; semuanya ini Aku mengetahuinya, tetapi engkau sendiri tidak, wahai Arjuna." Agama Hindu meyakini akan adanya kehidupan atau kelahiran kembali setelah kematian, kehidupan atau kelahiran kembali ini berkaitan erat dengan hasil perbuatan atau karma phala, yang mana punarbawa atau kelahiran kembali dalam agama Hindu ditunjukan sebagai sarana untuk menerima kharma phala dan memperbaiki kehidupan selanjutnya hingga mampu mencapai moksha. agama Hindu meyakini apabila makhluk berkarma phala baik maka ketika kelahiran kembali akan menerima kehidupan yang layak dan baik dan apabila makhluk berkarma phala buruk maka ketika punarbawa atau reinkarnasi makhluk akan lahir dalam keadaan buruk dan mendapatkan kehidupan tidak layak seperti reinkarnasi kembali menjadi hewan.

Moksa

Moksa atau keyakinan akan adanya kebahagiaan yang bersifat kekal abadi. Moksa berasal dari kata "muc" yang berarti bebas, istilah bebas dalam hal ini lebih mengarah pada bebas akan segala pengaruh dan ikatan duniawi yang bersifat suka dan duka, bebas akan ikatan karma dan bebas akan ikatan kehidupan. moksa diyakini sebagai tujuan terakhir makhluk hidup yang mana makhluk yang telah mencapai moksha tidak akan lagi mengalami reinkarnasi atau kelahiran kembali (punarwaba) dan telah mendapatkan kebahagiaan yang bersifat kekal dan abadi.

Terdapat empat tingkatan moksa yakni samipya (moksha yang dicapai para maha Rsi/Yogi dengan jalan kematangan tapa sehingga dapat menerima wahyu dan memahami hakikat kehidupan sejati), Sarupya atau Sadarmya (moksa yang dicapai oleh kesadaran sejati ketika atman dapat mengatasi segalanya, jenis moksa ini dapat dicapai oleh atma yang tidak lagi terpengaruh oleh sifat maya dan indrya. Sarupya dikenal juga sebagai jiwamukti), Salokya (Tingkatan moksa yang dicapai oleh atman yang telah meninggalkan badan kasarnya (wadag atau jasad), namun roh atau atman masih terpengaruh oleh kondisi maya yang bersifat tipis, atman belum dapat menyatu dengan atman akibat dari pengaruh maya yang masih melekat. Salokya dikenanal juga sebagai widhemukti) dan Sayujya (tingkat kebebasan paling tinggi yang mana atman tekah bersatu dengan Brahman atau yang dikenal dengan istilah "Brahman atman aikyam". Sayujya dikenal juga sebagai purnamukti). Terdapat tiga tingkatan moksa berdasarkan pada keadaan tubuh saat mencapai moksa, yakni Moksa (meninggal dengan meninggalkan wadag atau badan kasar), adi moksa (meninggal dengan meninggalkan bekas berupa abu) dan parama moksa (meninggal dengan tidak meninggalkan bekas).

Katahindu.wordpress.com. 2012. Panca Sradha dalam Agama Hindu. Tersedia pada https://katahindu.wordpress.com/2012/06/04/panca-sradha-brahman-atman-karmaphala-punarbhawa-moksa/ (diakses 12 Mei 2023)

Binus.ac.id. 2021. Mengenal Panca Sradha, 5 Keyakinan Dasar dalam Agama Hindu. Tersedia pada https://binus.ac.id/2021/10/mengenal-panca-sradha-5-keyakinan-dasar-dalam-agama-hindu/ (diakses 12 Mei 2023)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun