Jangan tanyakan apa konsekuensi mereka menjadi seorang guru. Cacian dan makian dari murid, orangtua murid, teman sejawat, ataupun dari atasannya adalah hal biasa yang mereka peroleh. Kualitas kehidupan yang jauh dari layak menjadi kesehariannya.
Mungkin ada yang menyanggah, 'Bukankah sudah ada sertifikasi?'. Kalau boleh balik bertanya, 'Memangnya berapa persen kah dari total guru yang sudah mendapatkan uang tunjangan sertifikasi?'. Belum lagi urusan administrasi pembelajaran yang menumpuk, desakan dari pemangku kepentingan dan lain sebagainya.
Tetapi beban hidup mereka terasa hilang ketika menemukan obat mujarab. Ya, obat mujarab itu adalah murid mereka. Melihat senyum indah yang terlukis diwajah manis para muridnya hingga berbagi keluh kesah kehidupan. Tawa canda muridnya terasa angin segar bagi mereka, dan saat mereka berteriak, 'Oohhh.....', adalah salah satu nada terindah yang didengarnya.
Biarlah caci maki engkau dapati, tapi engkau tetap dihargai. Biarpun banyak uji menghampiri, namun engkau tetap berbakti untuk negeri. Biarpun mendung menutupi mentari, namun engkau sabar menunggu muridmu setiap pagi. Terimakasih guruku tersayang, guruku tercinta. Tanpamu apa jadinya aku. Salam hormat dari muridmu.
Semoga Bermanfaat...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H