Mohon tunggu...
Dwi Elyono
Dwi Elyono Mohon Tunggu... Dosen - Pencari

Penerjemah bhs Inggris bhs Indonesia/bhs Jawa; peneliti independen dlm kajian penerjemahan, kajian Jawa, dan semantik budaya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rujak Cingur Cacing Anggora

19 Desember 2017   14:40 Diperbarui: 19 Desember 2017   14:50 832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Lho kok kembali, Mas? Kan dulu sudah ke sini, tapi gagal total, nggak dapat yang sampeyan cari, pesugihan dan keris Nogososro.

Nggih, Mbah, kula pantang menyerah. Saya ingin ngelmu lagi ke Njenengan.

Ngelmu apalagi? Lha wong setiap ke sini selalu bungsung kok.

Ngelmu sejati, Mbah, sejatining elmu. Kata wong pinter di dusun saya, itu yang sekarang lagi ngetren.

Salah, yang ngetren sekarang itu makan rujak tapi bukan rujaknya, bungkusnya.

Maksud Mbah, yang dimakan bungkusnya bukan rujaknya?

Betul, yang dimakan bungkusnya, rujaknya dibuang. Cilakanya lagi, bungkusnya sudah diganti ember. Dan lebih cilaka lagi, embernya nggak boleh sembarang ember. Harus ember khusus buatan empu ember senior. Ember-ember lain tidak boleh dimakan.

Elmu sejati kok ngawur gini, Mbah?

Bahkan budaya ember digalakkan di mana-mana. Di kota-kota besar diadakan lomba ember. Lomba ember anti bocor, anti mletek, tahan banting.

Njenengan tambah ngawur, Mbah.

Berarti sampeyan masih waras dan peka. Coba jawab pertanyaan Mbah ini kalau sampeyan ingin ngelmu sejati. Sampeyan pernah ketemu cacing Anggora?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun