Sampeyan ingin kaya?
Nggih, Mbah. Ini sampun kula siapkan karung bago. Malah kalau kurang, ini ada tas kresek, buat ngadahi uangnya. Kembang jangkep, menyan, minyak wangi semua sudah saya siapkan.
Gampang. Syaratnya cuma satu, yaitu 'jangan ingin kaya'.
Lha supaya tidak ingin kaya, gimana caranya?
Sampeyan bener . . . ingin tidak ingin kaya? Gampang. Syaratnya cuma satu, yaitu 'jangan ingin kaya', karena di balik keinginan sampeyan untuk tidak ingin kaya, kan terselip keinginan untuk kaya toh?
Saya sudah jauh-jauh ke sini, Mbah, tiga hari tiga malam, karena selain perjalanan jauh, juga masih ngelakoni di tempat-tempat keramat sebagai bekal menemui Mbah. Dan ini karung dan tas kresek sudah saya siapkan.
Iya, saya sudah tahu. Malah kalau masih kurang, di sebelah ada bakul pupuk. Sampeyan bisa nempil bago di situ. Kalau sampeyan sudah tidak ingin kaya, pada titik itulah sampeyan sudah kaya raya. Tinggal di gubug serasa di kraton. Makan tahu tempe serasa rawon. Ngontel serasa Avanza bahkan Pajero. Tas kresek serasa Gucci.
Tapi gimana caranya agar bisa tidak ingin kaya?
Sampeyan sendiri yang bisa menjawab.
Kula?
Nggih, sampeyan. Kalau sampeyan sudah tidak ingin kaya, pada titik itulah sampeyan sudah menggapai kekayaan sejati.