Desa Pulosaren adalah sebuah desa yang bertempatkan di bawah Gunung Sumbing, tepatnya di Kecamatan Kepil, ujung timur Kabupaten Wonosobo. Desa ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Magelang sehingga jaraknya sangat jauh dari pusat kota Wonosobo. Desa Pulosaren memiliki tujuh dusun, di antaranya adalah Dusun Krajan, Dusun Krawatan, Dusun Ketosari, Dusun Binangun, Dusun Mendek, Dusun Bulusari, dan Dusun Brongkol. Karena lokasi desanya bertempatkan di lereng Gunung Sumbing, masyarakat Desa Pulosaren mayoritas bermatapencarian sebagai petani sayur. Beberapa produk pertanian yang dihasilkan adalah kubis, daun bawang, kentang, ubi, singkong, seledri, labu siam, dan sawi. Sektor pertanian menjadi tumpuan utama penyumbang penghasilan masyarakat Pulosaren.
Selain terkenal akan mayoritas penduduknya yang menjadi petani sayur, Pulosaren juga memiliki kesenian daerah yang layak diangkat ke publik. Kesenian tersebut adalah kesenian Jathilan. Kesenian sendiri dapat diartikan sebagai suatu hal yang tercipta dari imajinasi dan kreatifitas manusia sehingga menghasilkan sebuah karya seni. Kesenian merupakan keseluruhan sistem yang melibatkan proses penggunaan imajinasi manusia secara kreatif di dalam sebuah kelompok masyarakat dengan kebudayaan tertentu. Kesenian menjadi bagian dari budaya dan merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Tari Jathilan sendiri adalah tarian dari tanah jawa yang merupakan tarian menirukan prajurit berkuda sehingga pada tarian ini digunakan properti kuda kepang. Kata “Jathilan” merupakan akronim dari “Jarane jan thil-thilan tenan” yang artinya “kudanya benar-benar menari tidak beraturan”. Properti kuda kepang yang digunakan penari berasal dari anyaman bambu dan ditarikan meliuk-liuk dan melompat sehingga mempertujukkan keindahan pada gerakan tarinya.
Kesenian Jathilan menjadi tradisi yang selalu ada ketika masyarakat Pulosaren memiliki acara, misalkan pernikahan maupun khitanan. Jathilan sering ditampilkan di malam hari sebagai hiburan ketika acara penting masyarakat sudah selesai. Pertunjukan tersebut biasanya dimulai pukul 8 malam hingga tengah malam. Di Desa Pulosaren, Jathilan masih dipertahankan hingga sekarang, bahkan pelestariannya menggait anak-anak muda. Pemuda-pemudi setempat diajak untuk bergabung dalam kelompok pemain Jathilan agar dapat diwariskan kesenian tersebut. Bahkan tidak hanya pemuda-pemudi, anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar juga diajak untuk tampil di pertunjukan Jathilan.
Pada hari Rabu, tanggal 16 November 2022 terdapat pertunjukan Jathilan yang dipertontonkan di salah satu dusun di Desa Pulosaren yaitu Dusun Bulusari pada pukul 9 malam. Dalam pertunjukan kesenian ini, banyak anak muda yang ikut menampilkan tariannya, bahkan anak yang masih sekolah di bangku sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di Desa Pulosaren. Siswa-siswi tersebut bersekolah di SDN 2 Pulosaren dan SMP 7 Satu Atap Kepil yang lokasinya berdekatan dengan Dusun Bulusari. Mahasiswa UNNES GIAT 3 di Desa Pulosaren ikut menyaksikan pertunjukan tersebut dan memberi dukungan kepada tim penggerak kesenian Jathilan Dusun Bulusari untuk terus mengembangkan kesenian tersebut. Dukungan yang mahasiswa berikan adalah ikut menghadiri kegiatan latihan dan tampilnya kesenian Jathilan serta mendampingi anak-anak muda untuk terus menekuni kesenian tersebut. Selain itu, sebagai bentuk apresiasi mahasiswa terhadap kesenian Jathilan yang terus dikembangkan di Desa Pulosaren, mahasiswa mendokumentasikan kesenian tersebut dan mempromosikannya di acara Expo UNNES GIAT 3 Kecamatan Kepil pada tanggal 11 Desember 2022. Dengan adanya promosi ini diharapkan kesenian tersebut dapat dikenal hingga ke luar daerah sehingga kesenian Jathilan dapat terus dilestarikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H