Mohon tunggu...
Dwi Handayani
Dwi Handayani Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pariwisata Labuan Bajo Menjadi Primadona di Indonesia

27 Juni 2018   20:23 Diperbarui: 27 Juni 2018   20:44 1813
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Labuan Bajo yang berada di kecamatan Komodo, sekaligus Ibu Kota kabupaten Manggarai Barat, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) dikenal sebagai ikon pariwisata Nusa Tenggara Timur. Labuan Bajo juga ditetapkan sebagai satu dari 10 destinasi wisata prioritas, dengan keanekaragamnya destinasi wisata seperti Taman Nasional Komodo yang menjadi tujuan utama wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Bukan hanya itu Labuan Bajo juga menyuguhkan keindahan laut, pulau, gua dan budaya lokal yang dapat memanjakan mata wisatawan yang berkunjung ke sana.

Saya pun ikut penasaran dengan keindahan Labuan Bajo, akhirnya saya memutuskan untuk liburan di tengah padatnya kuliah. Tepatnya bulan april 2017, saya dan keluarga pergi ke sana dengan jadwal penerbangan pagi dari Bandara Soekarno Hatta dan transit selama 2 jam di Bali, setelah itu baru lanjut flight ke Labuan Bajo kurang lebih 1 jam tanpa adanya perbedaan waktu. 

Untuk landasan pacu Bandara komodo tidak begitu luas, begitu pun di dalam ruang bandara-nya hanya terdapat satu baggage claim, meski pun terkesan sederhana dan tidak luas tetapi Bandara Komodo tetap nyaman dan bersih. Sesaat setelah keluar  bandara saya harus membeli sim card telkomsel, dikarenakan pada saat itu satu-satunya  provider yang tersedia hanyalah Telkomsel. 

Pada saat di Labuan Bajo saya dan keluarga menginap selama 5 hari 4 malam, untuk tempat menginap, kami memilih bermalam di Pagi Hotel karena lokasinya strategis dengan tempat kuliner yang terkenal dengan seafood nya. (Jalan Soekarno Hatta Labuan Bajo Indonesia, Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Indonesia).

Selama saya di sana, saya mengunjungi beberapa destinasi wisata seperti Gua Cermin, Taman Nasional Komodo, Pulau Padar, Pantai Pink, Gua Rangko, Kampung Ujung, Waecicu, Bukit Silvia, Spider Rice Field dan Ruteng. 

Di setiap daya tarik yang saya kunjungi memiliki keunikan budaya dan keindahan alam tersendiri dan mempunyai jalur akses yang berbeda-beda ada yang bisa dilalui dengan transportasi darat, laut ataupun darat dan laut. Hari Pertama saya mengunjungi daya tarik yang harus ditempuh dengan transportasi laut yaitu Taman Nasional Komodo, Pink Beach, Padar Island. 

Kalau daya tarik yang ditempuh melalui transportasi darat yaitu wisata kuliner kampong ujung, Ruteng, Gua batu cermin, Gua rangko, tetapi gua rangko ini ditempuh dengan jalur darat dan air.

Perjalanan kapal menuju Taman Nasional Komodo, Padar Island dan Pink Beach | Dok. Pribadi
Perjalanan kapal menuju Taman Nasional Komodo, Padar Island dan Pink Beach | Dok. Pribadi
Di Taman Nasional Komodo, saya menyaksikan salah satu keajaiban dunia yang membuat saya berdecak kagum, melihat langsung beberapa Komodo besar yang sedang berjemur, dan bukan hanya itu saya bisa berfoto secara dekat dengan komodo tentunya dalam pengawasan, saya ditemani oleh seorang pemandu wisata disana yang dikenal dengan sebutan ranger. Ranger di sana biasanya merupakan masyarakat lokal yang telah mendapat pelatihan khusus. 

Sepanjang jalan menyusuri Taman Nasional Komodo, ranger memberikan informasi seputar sejarah dari Taman Nasional Komodo tersebut.di luar dari dugaan saya, ternyata disana terdapat rumah-rumah penduduk yang masih ditempati hingga sekarang. Di sana terdapat dua rute perjalanan yang dapat kita pilih yaitu rute panjang dan pendek dan selalu ada briefing sebelum memulai eksplorasi.

Taman Nasional Komodo         Dok. Pribadi
Taman Nasional Komodo         Dok. Pribadi
                                                                                                                                    

Setelah dari Taman Nasional Komodo, saya langsung berpindah ke destinasi selanjutk,nya yaitu Pulau Padar. Di Pulau Padar, saya dan kakak saya harus mendaki untuk mendapatkan pemandangan 3 teluk. 

Track yang kami lewati cukup sulit dikarenakan kontur jalan yang berpasir dan bebatuan, disana juga tersedia jasa pemandu, tetapi saya tidak menggunakannya dikarenakan harga yang ditawarkan cukup mahal.

 Padar Island                   Dok. Pribadi
 Padar Island                   Dok. Pribadi
               

Setelah puas menikmati keindahan Pulau Padar, saya berpindah lagi ke Pantai Pink yang letaknya cukup jauh dari Pulau Padar butuh sekitar satu jam untuk tiba disana. Sesampai di Pantai Pink, saya sedikit kecewa karena pasir pantai sedang tidak berwarna pink dan di beberapa spot terdapat sampah plastik.

Selain keindahan alam yang dimiliki disana, Labuan Bajo juga memiliki beragam budaya, bahasa dan adat istiadat yang masih kental, sayangnya pada saat saya ke sana tidak berkesempatan melihat tari-tarian tradisional maupun jalan salib, kebetulan pada saat saya disana bertepatan dengan hari Paskah.

Sebagian besar penduduk Labuan Bajo beragama Kristen dan Katolik. Komitmen masyarakat di sana cukup kuat terlebih pada agama yang dianut, waktu itu saya baru turun dari kota Ruteng dan singgah di warung pinggiran untuk rehat dan minum kopi, tetapi penjaga warung itu meminta maaf  kepada kami warung akan tutup karena mereka akan pergi beribadah untuk Jumat Agung, saya terharu pada saat mendengar itu, ternyata masih ada orang yang lebih mementingkan waktu untuk Tuhan yang mereka percayai ketimbang membuka usahanya.

Disana saya bukan hanya berlibur semata tetapi saya juga menggali informasi mengenai dampak apa saja yang terjadi setelah berkembangnya pariwisata di Labuan Bajo, saya mendapatkan waktu yang istimewa dimana saya  mendapat kesempatan untuk berbincang santai dengan ketua sanggar budaya di Manggarai Barat Beliau bernama Bapak Domi, sebelumya Beliau adalah PNS di Taman Nasional Komodo. 

Beliau mengatakan ada beberapa dampak yang timbul akibat Nusa Tenggara Timur menjadi pintu keluar masuknya wisatawan baik domestik maupun mancanegara, dapat dilihat dari cara berpakaian yang sedikit sudah menirukan budaya luar, Bapak Domi mengutarakan maksud dan tujuan dari  pendirian sanggar budaya tak lain ialah untuk mempertahankan budaya lokal agar tidak terkikis dengan perkembangan zaman dan untuk menanamkan kecintaan akan budaya sendiri kepada  generasi muda yang akan datang.

pariwisata boleh berkembang tetapi budaya lokal juga akan terus ada dan tentunya berkembang pula. Selama 5 hari saya disana, saya tidak menemukan mall, Junk Food seperti yang ada di kota-kota besar, mereka masih mempertahankan warung-warung kecil, toko dan pasar tradisional.

Adanya proyek area komersial yang dibangun untuk pengembangan Kawasan Terpadu Marina Labuan Bajo yang meliputi pembangunan marina, hotel serta pengembangan dermaga penyeberangan pembangunan, bawasanya Direktur Utama PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Ira Puspadewi mengatakan, kegiatan topping off area komersial Kawasan Terpadu Marina Labuan Bajo sebagai wujud komitmen perusahaan dalam mendukung program pengembangan 10 destinasi pariwisata prioritas di Indonesia. 

Tetapi dengan berkembangnya hotel disana tidak mempersempit lahan pertanian yang menjadi salah satu mata pencaharian masyarakat lokal, sebagaian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai nelayan, petani dan PNS. Lahan pertanian disana ada yang unik di daerah Cancar lahan pertaniannya ada yang mirip dengan sarang laba-laba yaitu Spider Rice Fields, dengan keunikannya itu,  wisatawan menjadi tertarik untuk melihat langsung dan pada akhirnya lahan pertanian itu dijadikan daya tarik wisata.

 Cancar Spider Rice Fields Flores                 Dok. Pribadi
 Cancar Spider Rice Fields Flores                 Dok. Pribadi
              

Lagi-lagi dengan dengan berkembangnya pariwisata disana maka dapat terlihat beranekaragam matapencaharian seperti pemandu wisata, penjual souvenir, penyedia makan minum dan lain sebagainya. Saya melihat tingkat pendidikan disana juga sudah cukup bagus dimana Pemerintah membangun Sekolah Menengah Kejuruan Pariwisata yang tujuannya untuk menyiapkan SDM siap turun lapangan tentunya SDM yang berkualitas dan siap bersaing.

Tetapi masih minimnya universitas disana sehingga menyulitkan mereka yang ingin melanjukan kejenjang yang lebih tinggi sehingga mengharuskan mereka untuk merantau keluar daerah seperti ke Yogyakarta, Surabaya dan lain sebagainya. Diharapkan Pariwisata di Labuan Bajo terus berkembang dan tetap mempertahankan keindahan alam dan budayanya.

Sekian pengalaman perjalanan yang bisa saya bagikan selama saya di Labuan Bajo NTT, semoga pengalaman ini bisa jadi referensi perjalanan kalian yang masih bingung mau berlibur kemana. "Jelajahi Negeri Sendiri, Karena Indonesia Memiliki Sejuta Keindahan Alam dan Budaya yang Luar Biasa". Bangga Jadi Orang Indonesia

 

                                                                                                                                               

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun