Track yang kami lewati cukup sulit dikarenakan kontur jalan yang berpasir dan bebatuan, disana juga tersedia jasa pemandu, tetapi saya tidak menggunakannya dikarenakan harga yang ditawarkan cukup mahal.
Setelah puas menikmati keindahan Pulau Padar, saya berpindah lagi ke Pantai Pink yang letaknya cukup jauh dari Pulau Padar butuh sekitar satu jam untuk tiba disana. Sesampai di Pantai Pink, saya sedikit kecewa karena pasir pantai sedang tidak berwarna pink dan di beberapa spot terdapat sampah plastik.
Selain keindahan alam yang dimiliki disana, Labuan Bajo juga memiliki beragam budaya, bahasa dan adat istiadat yang masih kental, sayangnya pada saat saya ke sana tidak berkesempatan melihat tari-tarian tradisional maupun jalan salib, kebetulan pada saat saya disana bertepatan dengan hari Paskah.
Sebagian besar penduduk Labuan Bajo beragama Kristen dan Katolik. Komitmen masyarakat di sana cukup kuat terlebih pada agama yang dianut, waktu itu saya baru turun dari kota Ruteng dan singgah di warung pinggiran untuk rehat dan minum kopi, tetapi penjaga warung itu meminta maaf  kepada kami warung akan tutup karena mereka akan pergi beribadah untuk Jumat Agung, saya terharu pada saat mendengar itu, ternyata masih ada orang yang lebih mementingkan waktu untuk Tuhan yang mereka percayai ketimbang membuka usahanya.
Disana saya bukan hanya berlibur semata tetapi saya juga menggali informasi mengenai dampak apa saja yang terjadi setelah berkembangnya pariwisata di Labuan Bajo, saya mendapatkan waktu yang istimewa dimana saya  mendapat kesempatan untuk berbincang santai dengan ketua sanggar budaya di Manggarai Barat Beliau bernama Bapak Domi, sebelumya Beliau adalah PNS di Taman Nasional Komodo.Â
Beliau mengatakan ada beberapa dampak yang timbul akibat Nusa Tenggara Timur menjadi pintu keluar masuknya wisatawan baik domestik maupun mancanegara, dapat dilihat dari cara berpakaian yang sedikit sudah menirukan budaya luar, Bapak Domi mengutarakan maksud dan tujuan dari  pendirian sanggar budaya tak lain ialah untuk mempertahankan budaya lokal agar tidak terkikis dengan perkembangan zaman dan untuk menanamkan kecintaan akan budaya sendiri kepada  generasi muda yang akan datang.
pariwisata boleh berkembang tetapi budaya lokal juga akan terus ada dan tentunya berkembang pula. Selama 5 hari saya disana, saya tidak menemukan mall, Junk Food seperti yang ada di kota-kota besar, mereka masih mempertahankan warung-warung kecil, toko dan pasar tradisional.
Adanya proyek area komersial yang dibangun untuk pengembangan Kawasan Terpadu Marina Labuan Bajo yang meliputi pembangunan marina, hotel serta pengembangan dermaga penyeberangan pembangunan, bawasanya Direktur Utama PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Ira Puspadewi mengatakan, kegiatan topping off area komersial Kawasan Terpadu Marina Labuan Bajo sebagai wujud komitmen perusahaan dalam mendukung program pengembangan 10 destinasi pariwisata prioritas di Indonesia.Â
Tetapi dengan berkembangnya hotel disana tidak mempersempit lahan pertanian yang menjadi salah satu mata pencaharian masyarakat lokal, sebagaian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai nelayan, petani dan PNS. Lahan pertanian disana ada yang unik di daerah Cancar lahan pertaniannya ada yang mirip dengan sarang laba-laba yaitu Spider Rice Fields, dengan keunikannya itu,  wisatawan menjadi tertarik untuk melihat langsung dan pada akhirnya lahan pertanian itu dijadikan daya tarik wisata.