Jurnal Refleksi Minggu Ke 15 Model Driscoll Pendidikan Guru Penggerak

Jurnal Refleksi minggu 15 Calon Guru Penggerak Angkatan 4 Kabupaten Nganjuk

Model 8: Model Driscoll

Untuk Referensi kalian dapat menonton video Jurnal Refleksi di kanal youtube OMAH KEDUA

Jurnal ini dapat dilihat di kanal youtube berikut:

https://www.youtube.com/watch?v=i1HktWoJZHs&t=18s

mohon dukungan SUBCRIBE, LIKE and KOMEN agar kami lebih bersemangat untuk lebih kreatif dan berbagi ilmu

berikut paparan  jurnal refleksi guru penggerak

What?

Pendidikan Guru Penggerak telah sampai pada minggu ke 15. Saat ini kami telah masuk pada modul 2.3 mengenai Coaching. Dalam minggu ke 15 ini kegiatan yang dilakukan para CGP hari pertama adalah kegiatan Refleksi terbimbing yaitu tentang memahami lebih dalam Teknik coachingyang efektif dalam optimalisasi pengembangan kompetensi pendidik dan murid. Pada hari kedua dan ketiga  tanggal 29 dan 30 maret 2022 kegiatan guru penggerak adalah Demonstrasi kontekstual mengenai Pendampingan murid dengan pendekatan coaching dalam komunitas sekolah saya. CGP melakukan praktik coaching nyata di sekolah dengan model TIRTA.

Kamis, 31 Maret 2022 CGP melakukan Elaborasi Pemahaman. Tujuan dari kegiatan ini adalah CGP dapat mengelaborasi pemahamannya tentang coaching melalui proses tanya jawab dan diskusi dengan instruktur Kartika Kirana

SO WHAT?

Setelah saya belajar dari materi tentang Coaching dan mencoba melakukan praktik sederhana dalam mengajar yang saya rasakan adalah bahwa untuk menjadi seorang coach yang baik dibutuhkan penguasaan diri, mengapa? Karena kebiasaan atau cara mengajar sebelumnya dimana dalam setiap komunikasi kecenderungan guru adalah memberikan solusi bagi persoalan siswa. 

Namun dalam praktik coaching guru dituntut untuk menekan nafsu dalam keinginan mengusai atau menjadi pemeran utama dalam menyelesaikan sebuah kasus serta memberikan kesempatan kepada coachee untuk mengeksplore diri dengan memberikan pertanyaan pemantik untuk memunculkan potensi siswa. 

Dalam melakukan praktik sederhana ada beberapa hambatan misalkan komunikan yang pasif dalam proses komunikasi, minimnya skill coach dalam memberikan pertanyaan pemantik namun semuanya dapat teratasi dengan modal pembelajaran mengenai coaching dalam minggu ini. Selain itu  halangan kecil yakni dalam memulai pembicaraan untuk membangun chemistry dengan coachee agar mempercayai coach dalam membantu untuk meyelesaikan persoalan yang dihadapi coachee.

No What?

Setelah Saya mempelajari Materi coaching model TIRTA saya tertarik dan akan mengimplementasikannya di sekolah saya. Karena coaching model TIRTA  sangat mambantu saya dalam memberikan layanan kepada siswa maupun rekan sejawat  saya dalam menghadapi problem baik dalam belajar maupun dalam hubungan  sosial. 

Coaching model TIRTA memberikan referensi baru bagi saya sebagai coach yaitu apabila sebelumnya coach berperan menggali masalah yang dilalui oleh coachee maka coaching model TIRTA sangat menolong untuk memberikan layanan dari sisi lain yakni menggali potensi siswa dalam menyelesaikan masalah. 

Sementara dalam coaching model TIRTA, coach tidak secara langsung memberikan solusi kepada coachee tetapi memberikan kesempatan bagi coachee untuk menemukan potensi dirinya dalam menyelesaikan masalah dengan memberikan pertanyaan pemantik. 

Dalam hal inilah ketrampilan komunikasi dan bertanya efektif akan sangat berguna. Untuk meningkatkan kemampuan saya belajar dari rekan guru senior, kepala sekolah, rekan CGP, fasilitator dan berbagai sumber belajar lainnya baik media cetak maupun media online. 

Selain itu dari hasil pembelajaran coaching ini saya berharap dapat mengimplemenatsikan dan menularkan apa yang saya pelajari kapada rekan sejawat untuk meningkatkan kemajuan sekolah dalam rangka menciptakan tujuan Pendidikan yaitu Merdeka Belajar.