Kami berempat melanjutkan perjalanan menuju puncak. Kan penasaran seperti apa puncak Telomoyo. Kok di tempat duduk menikmati pemandangan yang juga dipenuhi orang nggak keliatan lautan awan seperti yang kami harapkan. Mungkin butuh lebih nanjak lagi nih pikir kami. Baiklah. Ternyata pas udah menuju daerah yang lebih tinggi tetap aja lautan awannya nggak ada, zonk. Hanya ada tempat kongkow yang lebih nyaman, seperti warung atau kafe sederhana dengan pemandangan pegunungan. Oiya dari Telomoyo ini bisa terlihat gunung Andong, Merbabu dan Prau.
Balik ke warung tempat nongkrong sambil makan, kami memilih duduk di Inggil Park Telomoyo. Masuk di sini dikenai HTM 10 ribu rupiah per orang. Dan dengan membayar ini kami bisa berfoto di beberapa spot yang disediakan. Kalau untuk makan dan minum tentu bayar lagi dong. Tempe menjes misalnya seporsi seharga 10 ribu rupiah. Mi instan dengan sayuran dan telur rebus/goreng dipatok 15 ribu rupiah. Selain Inggil Park Telomoyo, saya lihat ada beberapa kafe lagi, salah satunya awang-awang Telomoyo, tentunya harus bayar lagi kalau mau foto-foto di sana.
Trus seperti apa Puncak Telomoyo? Beberapa menit menuju ke atas, sampailah kami di Puncak Telomoyo yang ternyata ditandai dengan beberapa menara dan beberapa warung. Saya lihat ada tulisan lokasi untuk camping, tapi saya nggak masuk ke dalam untuk mengabadikan seperti apa area camping / camp area yang disediakan pihak pengelola.
Udah puas dengan penasarannya seperti apa Puncak Telomoyo, maka inilah ekspektasi Vs realita. Dan kami berempat memutuskan nggak berlama-lama di sini. Paling cuma 5 menitan sambil menyaksikan burung tebang melayang yang terasa dekat sekali sebab berada di tempat yang tinggi.
Pas meluncur ke bawah menuju tempat parkir dan persewaan motor perjalanan tak kalah mengasyikkan. Pemandangannya terasa beda padahal jalannya sama. Baterai Hp saya nyaris habis karena berulang kali mengabadikan rimbunnya hutan alami, atau pegunungan yang warnanya biru sekali.Â
Ohya satu kelebihan lagi obyek wisata Telomoyo ini dekat dengan masjid yang cukup luas, pas di sebelah tempat parkir. Kebetulan adzan dhuhur juga sudah terdengar jadilah kami sholat dulu di sini, airnya dingiiin banget, sandal juga disediakan gratis untuk berwudhu. Hati pun tenang usai menunaikan sholat dhuhur meski harapan bertemu lautan awan tidak menjadi kenyataan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H