Mohon tunggu...
Dwi Aprilytanti Handayani
Dwi Aprilytanti Handayani Mohon Tunggu... Administrasi - Kompasianer Jawa Timur

Alumni Danone Digital Academy 2021. Ibu rumah tangga anak 2, penulis konten freelance, blogger, merintis usaha kecil-kecilan, hobi menulis dan membaca Bisa dihubungi untuk kerjasama di bidang kepenulisan di dwi.aprily@yahoo.co.id atau dwi.aprily@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Puncak Telomoyo, Ekspektasi Vs Realita

17 Januari 2024   13:28 Diperbarui: 18 Januari 2024   12:22 907
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tafakur alam pegunungan, Dokpri

Kami berempat melanjutkan perjalanan menuju puncak. Kan penasaran seperti apa puncak Telomoyo. Kok di tempat duduk menikmati pemandangan yang juga dipenuhi orang nggak keliatan lautan awan seperti yang kami harapkan. Mungkin butuh lebih nanjak lagi nih pikir kami. Baiklah. Ternyata pas udah menuju daerah yang lebih tinggi tetap aja lautan awannya nggak ada, zonk. Hanya ada tempat kongkow yang lebih nyaman, seperti warung atau kafe sederhana dengan pemandangan pegunungan. Oiya dari Telomoyo ini bisa terlihat gunung Andong, Merbabu dan Prau.

Tafakur alam pegunungan, Dokpri
Tafakur alam pegunungan, Dokpri

Balik ke warung tempat nongkrong sambil makan, kami memilih duduk di Inggil Park Telomoyo. Masuk di sini dikenai HTM 10 ribu rupiah per orang. Dan dengan membayar ini kami bisa berfoto di beberapa spot yang disediakan. Kalau untuk makan dan minum tentu bayar lagi dong. Tempe menjes misalnya seporsi seharga 10 ribu rupiah. Mi instan dengan sayuran dan telur rebus/goreng dipatok 15 ribu rupiah. Selain Inggil Park Telomoyo, saya lihat ada beberapa kafe lagi, salah satunya awang-awang Telomoyo, tentunya harus bayar lagi kalau mau foto-foto di sana.

Trus seperti apa Puncak Telomoyo? Beberapa menit menuju ke atas, sampailah kami di Puncak Telomoyo yang ternyata ditandai dengan beberapa menara dan beberapa warung. Saya lihat ada tulisan lokasi untuk camping, tapi saya nggak masuk ke dalam untuk mengabadikan seperti apa area camping / camp area yang disediakan pihak pengelola.

Udah puas dengan penasarannya seperti apa Puncak Telomoyo, maka inilah ekspektasi Vs realita. Dan kami berempat memutuskan nggak berlama-lama di sini. Paling cuma 5 menitan sambil menyaksikan burung tebang melayang yang terasa dekat sekali sebab berada di tempat yang tinggi.

Pas meluncur ke bawah menuju tempat parkir dan persewaan motor perjalanan tak kalah mengasyikkan. Pemandangannya terasa beda padahal jalannya sama. Baterai Hp saya nyaris habis karena berulang kali mengabadikan rimbunnya hutan alami, atau pegunungan yang warnanya biru sekali. 


Ohya satu kelebihan lagi obyek wisata Telomoyo ini dekat dengan masjid yang cukup luas, pas di sebelah tempat parkir. Kebetulan adzan dhuhur juga sudah terdengar jadilah kami sholat dulu di sini, airnya dingiiin banget, sandal juga disediakan gratis untuk berwudhu. Hati pun tenang usai menunaikan sholat dhuhur meski harapan bertemu lautan awan tidak menjadi kenyataan.

Masjid yang nyaman, Dokpri
Masjid yang nyaman, Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun