Ancaman perubahan iklim semakin berdampak dahsyat pada dunia. Suhu bumi yang kian meningkat tajam, lapisan es di kutub mencair, permukaan air laut meninggi dan bencana banjir kian meraja lela. Pemanasan global menjadi ancaman nyata dan membahayakan kehidupan manusia.
Pemanasan global terjadi karena meningkatnya kadar karbon di atmosfer bumi. Kadar karbondioksida yang terus meningkat ini antara lain disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil dan sampah-sampah plastik/anorganik. Keberadaan limbah organik telah lama menjadi momok bagi dunia. Sulit terurai di dalam tanah, dan jika dibakar akan menghasilkan karbon dioksida dan metana yang menyebabkan efek rumah kaca dan berdampak langsung pada pemanasan global.
 Â
Griya Luhu, Mitra Bank Sampah dalam Mengurangi Masalah
Keprihatinan terhadap ancaman perubahan iklim dan pemanasan global mendorong Ida Bagus Mandhara Brasika untuk membuat aplikasi bank sampah digital yang dinamai Griya Luhu. Luhu dalam bahasa Bali berarti sampah. Sebagai provinsi yang pendapatan utamanya dari sektor wisata, sampah merupakan masalah besar bagi Provinsi Bali. Di satu sisi kehadiran wisatawan diharapkan menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat dan pemerintah daerah, di sisi lain kunjungan wisatawan yang berbondong-bondong tentu juga menyebabkan kian menumpuknya sampah anorganik. Ida Bagus Mandhara Brasika mendirikan Griya Luhu agar masyarakat lebih peduli untuk berperan dalam penanggulangan sampah. Griya Luhu bekerja secara digital untuk mendorong masyarakat memilah sampah yang merupakan hasil dari aktivitas sehari-hari. Sampah yang telah dipilah tersebut kemudian di bawa ke bank sampah terdekat untuk ditimbang dan dikonversi menjadi tabungan bank sampah dalam bentuk rupiah.
Ide menyetor sampah anorganik ke bank sampah untuk diolah kembali telah menjadi kegiatan masyarakat di beberapa daerah di Indonesia. Namun pengumpulan sampah ini menghadapi kendala karena sebagian orang merasa enggan mengantri di bank sampah. Griya Luhu menguraikan permasalahan dan mempermudah nasabah bank sampah melalui cara digital. Sampah yang dikumpulkan nasabah akan diberikan barcode khas masing-masing pemiliknya. Dengan demikian nasabah bank sampah tidak perlu mengantri di bank sampah, ketika sampah yang disetornya masuk ke timbangan dan ditaksir harganya maka uang pembayaran atas sampah yang dikumpulkan bisa langsung masuk ke rekening bank yang tercatat dalam Griya Luhu Apps.Â
Diharapkan dengan kemudahan menjadi nasabah bank sampah melalui bantuan aplikasi, masyarakat terdorong untuk lebih peduli dan berubah mindsetnya, Nara menyebutnya sebagai "behaviour changes" yaitu  berubah dari  semula ogah menjadi rajin memilah dan menyetorkan ke bank sampah karena bisa mendapatkan penghasilan berupa saldo rupiah.
Aplikasi Griya Luhu juga diakui pengelola bank sampah mempermudah tugas mereka, sebab dengan kemudahan pengelolaan data secara administratif menyebabkan masyarakat lebih tertarik menjadi nasabah bank sampah. Saldo tabungan di bank sampah pun bisa diakses kapan saja, dimana saja.Â
Mengenal Sosok Ida Bagus Mandhara Brasika Lebih Dekat
Siapa Ida Bagus Mandhara Brasika yang berada di balik kesuksesan aplikasi Griya Luhu? Ida Bagus Mandhara Brasika atau yang akrab dipanggil Nara adalah seorang dosen program studi ilmu kelautan dari Universitas Udayana, Bali. Nara menekuni bidang perubahan iklim dan mengemban amanah sebagai Koordinator Unit Pengelola Informasi, Kerjasama dan Program International (UPIKS)