Ternyata keluarga tante sudah berbuka di hari Jumat tetapi sholat Idulfitriya ikut yang Sabtu. Bisa ya begitu? Entahlah semua kembali kepada keyakinan masing-masing.
Nah yang safari ke Tuban ini kami sungkan sebab di Tuban sudah disediakan berbagai makanan yang buru-buru disiapkan padahal keluarga Tuban memilih Idulfitri Sabtu. Unik dan lucu ya, hari raya bisa seperti memilih jawaban soal ujian pilihan ganda. Namun dengan kejadian ini kita diingatkan kembali tentang pentingnya toleransi.
Di keluarga kami tidak ada yang mengklaim bahwa Idulfitri yang benar hari Jumat atau Sabtu, saling menghargai saja, nggak usah dibuat ribut antar saudara.
Di Masjid Namira kami juga mendapat pelajaran tentang toleransi, pihak masjid tetap menyediakan air minum di showcase, beberapa pengunjung pun minum dengan santainya, meski usai sholat Jumat Dewan Takmir Namira mengumumkan bahwa Masjid Namira menyelenggarakan sholat Idulfitri di hari Sabtu.
Safari Sidoarjo-Lamongan-Tuban pulang pergi melelahkan sekali, sampai rumah menjelang Isya dan kami segera pergi tidur diiringi gema takbir dari masjid perumahan. Keesokan hari usai masjid perumahan menyelenggarakan sholat Idulfitri, seperti biasa tetangga tampaknya saling bersalaman, tapi kami sekeluarga memilih melanjutkan tidur karena badan tak bisa diajak kompromi.
Anak-anak sudah pada ribut, "Libur lebaran kemana nih Pa, mumpung ada mobil pinjaman" Ayahnya punya rencana dadakan ke Yogya, duh tapi pengalaman beberapa tahun lalu kalau pas libur nasional Yogya macetnya minta ampun.
Waktu itu dua hari di Yogya hanya ke Malioboro dan Borobudur, rencana ke Prambanan batal karena hujan deras, ke Parangtritis batal karena udah putus asa kejebak macet di jalann dan pilih balik ke penginapan.
Beruntung saat bulan Ramadan lalu kami sempat menginap di Jogokariyan sepulang dari pondok Gontor Magelang menjemput si sulung usai tuntas pengabdian.Â
Bahagia sekali merasakan vibes Ramadan di Jogokariyan, apalagi keesokan harinya dalam perjalanan pulang nekad mampir Heha Sky View. Heha saat itu relatif sepi karena bulan puasa nggak banyak orang rekreasi, jadi bisa puas-puasin menikmati dan mengabadikann pemandangan view Merapi, tetapi ya gitu deh, karena jalan-jalan dalam kondisi berpuasa tenggorokan rasanya kering sekali.