Mudik, pulang ke kampung halaman menjadi hal yang dinantikan ketika Ramadan menjelang berakhir dan bersiap menyambut lebaran. Bertemu sanak saudara dan keluarga besar atau kawan-kawan lama ketika telah menjadi perantau adalah saat yang berharga, terbukti sebagian orang bertekad mengumpulkan bekal selama 11 bulan, menyisihkan penghasilan demi ongkos pulang kampung saat lebaran.
Sepanjang kehidupan saya hingga saat ini saya merasakan euforianya mudik dengan berbagai sarana transportasi. Sewaktu saya masih kecil, mudik bersama orang tua ke rumah kakek dan nenek ke Surabaya pernah memanfaatkan bus umum, mobil travel antar kota sebelum ayah memiliki mobil pribadi.
Ketika sudah menikah dengan suami yang keluarga besarnya berdomisili di Bali, saya merasakan serunya mudik bergantian, mudik ke rumah ibu di Probolinggo dan mudik ke rumah mertua di Bali sementara saya dan suami tinggal di Sidoarjo. Alhamdulillah selama pengalaman mudik bertahun-tahun dengan berbagai moda transportasi baik ke rumah ibu yang masih satu provinsi maupun ke rumah mertua di Bali, dapat kami lalui dengan aman, nyaman tanpa kendala dan hambatan.Â
Mudik ke rumah ibu menggunakan kereta api, bus umum, menyewa kendaraan pernah kami rasakan namun yang paling seru dan menyenangkan adalah pengalaman mudik gratis yang diselenggarakan oleh Pemprov Jawa Timur. Mudik gratis ini aman dan nyaman bagi kami sebab titik berkumpul para pemudik berada di Pasar Puspa Agro yang berada di dekat rumah, sekitar 5 menit berkendara. Jika saya dan anak-anak mudik duluan, suami bisa mengantarkan dengan motor dalam dua kali trip. Jika kami mudik bersama bisa menyewa angkutan pedesaan yang lewat depan perumahan.Â
Dibandingkan pengalaman mudik lainnya, mudik gratis ini punya kelebihan tersendiri: gratis (mungkin hanya keluar ongkos beberapa puluh ribu untuk ongkos angkutan jika tidak ada yang mengantar jemput di titik berangkat atau penurunan penumpang), pasti dapat tempat duduk sebab pemudik gratis diwajibkan mendaftar dengan bukti KTP/KK untuk jatah tempat duduk, lebih cepat/tidak butuh waktu lama dibandingkan naik kendaraan umum sebab kendaraan mudik gratis hanya berhenti di terminal penurunan penumpang dan tidak mengambil penumpang di jalan. Dan yang paling menyenangkan bagi kami selama mengikuti program mudik gratis selalu mendapat hadiah goodie bag dari panitia. Isi goodie bagnya lumayan loh, ada berbagai jenis makanan ringan, AMDK, permen dan kurma. Tas goodie bagnya juga bisa digunakan lagi untuk bepergian atau tempat menyimpan pernik-pernik. Menariknya lagi goodie bag ini diberikan sesuai jatah kursi yaitu kepada setiap penumpang mudik gratis. Tak jarang sesampai di rumah ibu, dua goodie bag dari tiga atau empat biji yang kami terima kami bagikan ke tetangga.
Pengalaman tak kalah seru adalah mudik ke Bali tahun 2022 lalu. Sebelum ibu mertua meninggal, kami biasanya mudik menggunakan bus malam Antar Kota Antar Provinsi atau numpang mobil kakak ipar yang mudik dari Demak. Setelah ibu mertua meninggal dunia, kami tak lagi mudik ke Bali, hingga tahun lalu karena tak tahan menahan rindu suami ingin berziarah kubur ke makam ayah dan ibu mertua. Mudik yang juga menjadi sarana menjalin silaturahim sebab sudah lebih dari 10 tahun, saya dan anak-anak tidak bertemu langsung dengan kakak-kakak ipar yang tinggal di Bali. Mudik yang mengesankan sebab kami menikmati perjalanan darat dengan mobil pinjaman dari kantor suami, merasakan kembali suasana penyeberangan serta memandang laut lepas dan menempuh perjalanan ratusan kilometer dalam 13 jam. Kisah seru mudik di Bali tahun lalu saya tulis di Kompasiana
Dari berbagai pengalaman mudik Jawa-Bali dengan berbagai sarana transportasi, beberapa catatan penting ini mungkin bisa bermanfaat bagi para pemudik:
1. Jika mudik menggunakan transportasi umum usahakan tidak membawa banyak barang sebab akan sangat merepotkan, terutama jika harus oper, naik turun kendaraan. Jika ingin membawa oleh-oleh pilih yang simpel atau lebih baik lagi jika jauh hari sebelum mudik pernik-pernik oleh-oleh dikirimkan dengan jasa paket barang terlebih dahulu