"Eril today is Saturday
"It is a good day to go home"
Tulisan di akhir postingan Ridwan Kamil 11 juni 2022 terasa menyayat hati. Sejak dinyatakan hilang terseret arus sungai Aare di Bern, Swiss kabar tentang Emmeril Kahn Mumtadz yang akrab disapa Eril mendominasi beranda media-media massa dan media sosial. Jutaan netizen larut dalam duka. Tak terhitung doa-doa yang dilantunkan netizen dan masyarakat Indonesia untuk keselamatannya. Seolah turut merasakan luka dan perihnya batin Pak Ridwan Kamil dan Bu Atalia. Duka orang tua yang kehilangan ananda tercinta. Duka yang tak habis ditulis dalam kata-kata dan mungkin butuh waktu lama untuk sembuhnya.
Sebagai penggiat media sosial, tragedi Eril sangat menyita perhatian netizen Indonesia. Tak terhitung berapa kali nama Eril menjadi trending topic. Topik tentang Eril menjadi pilihan berita, artikel, bahkan yang beraroma klik bait.
Namun di balik musibah selalu ada hikmah. Sebagai netizen, kita, saya terutama bisa merenungkan tiga pelajaran penting berkaitan dengan dunia. Mungkin banyak hikmah yang bisa diperoleh dari perenungan atas musibah yang menimpa almarhum Eril, tetapi tiga pelajaran utama ini membuat saya merenung lebih dalam lagi.
1. Memanfaatkan media sosial untuk berbuat kebaikan
Siapa Eril? Sebelumnya saya tak kenal. Saya hanya tahu pak Ridwan Kamil dan Bu Atalia. Ketika kabar musibah menimpa Eril semakin santer, barulah saya tertarik mengenalnya lebih jauh, menyaksikan penggalan kisah hidup di akun instagramnya. Sebagai anak muda ternyata Eril memanfaatkan media sosial dengan sangat bijak. Tak ada postingan lebay dan unfaedah. 29 postingan di akun @Emmerilkahn itu seolah menggambarkan Eril, sedikit bicara tetapi banyak bekerja. Singkat masa hidupnya di dunia, tetapi sarat makna. Di tengah anak muda yang menebarkan konten-konten unfaedah seperti menantang truk yang sedang melaju kencang, konten mesra-mesraan, prank yang menyebalkan dan lain-lain, Eril mengisi medsosnya dengan hal-hal positif. Mengajak dan menginspirasi sesama manusia untuk mengisi hidup dengan hal bermanfaat. Tadabbur alam dengan kegiatan mendaki gunung, menyusuri pantai dan air terjun, foto keluarga dan teman-teman yang menggambarkan ikatan kasih sayang yang begitu eratnya dan aksi sosial Jaberzillenial.
Mungkin, kehangatan pribadinya dan kebaikan yang ia tebarkan di dunia maya itu pula yang mengetuk hati para netizen memanjatkan doa untuknya meski tak mengenalnya,
2. Menahan jari agar tidak menjadi sumber dosa dan fitnah
Momen paling "unbelievable" ketika membaca komen netizen yang menuduh musibah tenggelamnya Eril adalah settingan belaka demi popularitas RK agar menang Capres. Helloww, ya 'kali kalau kegiatan bakti sosial, menanam padi bersama petani meski bukan di musimnya , atau kerja bakti masuk gorong-gorong bisa dituduh settingan belaka. Tragedi Eril Ini kejadian berkaitan dengan nyawa, gila aja jika ada orang yang demi jabatan rela mempermainkan jiwa.
Kita bisa belajar dari kejadian ini untuk semakin bijak menahan jari agar tak menjadi sumber dosa jariyah dan fitnah.
3. Tidak mengeksploitasi ketika melihat orang dilanda musibah
Satu hal yang juga sangat penting menjadi pelajaran adalah proses diketemukannya jenazah Eril. Tak ada yang sibuk mendokumentasikan proses evakuasi atau kondisi jenazah dan menyebarkannya di media sosial. Mrs Geraldine Beldi, yang pertama kali menemukan jenazah Eril langsung menghubungi polisi sehingga proses evakuasi segera bisa dilakukan. Hendaknya kita belajar untuk menghormati yang sudah meninggal dan keluarga yang ditinggalkan. Semoga tak ada lagi oknum-oknum yang tega mengabadikan kondisi korban kecelakaan dan menyebarkannya di media sosial demi konten dan entah demi apa lagi.
Emmeril Kahn Mumtadz, nama adalah doa yang disematkan orang tua. Seperti arti namanya, mumtadz yang berarti terbaik, insyaallah Eril pergi dalam keadaan terbaik. Ia meninggalkan kenangan terbaik, ia meninggalkan jejak-jejak kebaikan. Allah juga berkenan menjaga jenazahnya diketemukan dalam kondisi utuh dan baik seperti kesaksian ayahandanya sehingga bisa dibawa pulang menemui orang-orang yang ia cintai.
Selamat jalan Eril dan terimakasih. Kisahmu adalah pelajaran berharga bagi kami untuk menjadi sebaik-baik manusia. Selamat menikmati hidup baru di alam sana. Ayah yang kau cintai telah menyiapkan tempat terindah, di tepi sungai mengalir, sebab kau sangat mencintai air. Di dekat masjid yang dinamai sesuai namamu, Al Mumtadz agar kau tak merasa kesepian, sebab akan selalu terdengar suara adzan dan lantunan ayat-ayat suci, seperti dulu masa kecil yang kau habiskan di pesantren bersama teman-teman yang akan selalu mengenangmu sepanjang kehidupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H