Mohon tunggu...
Dwi Aprilytanti Handayani
Dwi Aprilytanti Handayani Mohon Tunggu... Administrasi - Kompasianer Jawa Timur

Alumni Danone Digital Academy 2021. Ibu rumah tangga anak 2, penulis konten freelance, blogger, merintis usaha kecil-kecilan, hobi menulis dan membaca Bisa dihubungi untuk kerjasama di bidang kepenulisan di dwi.aprily@yahoo.co.id atau dwi.aprily@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mudik ke Bali Setelah 11 Tahun, Agen BRILink Penyelamat di Saat Genting

8 Mei 2022   22:00 Diperbarui: 8 Mei 2022   22:01 2237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makam ayah mertua di TMP Pancaka Tirta, Dokpri

Bagaimana rasanya pulang ke kampung halaman setelah 11 tahun berselang? Mungkin tak bisa digambarkan dengan kata-kata. Antara bahagia, haru dan deg-degan tak karuan. Begitulah yang saya rasakan ketika kami berempat mudik ke kampung halaman suami di Bali.

Baliiii....I'm coming. Menyebut nama Pulau Dewata membuat orang terhipnotis, terbayang tempat-tempat wisatanya. Padahal tujuan utama kami ke Bali bukan untuk berwisata melainkan bertemu sanak saudara. Ya gimana, terakhir ke Bali waktu ibu mertua meninggal 11 tahun lalu. Semenjak itu interaksi dengan saudara hanya melalui whats app, telepon atau media sosial. Maklum, rasanya jika orang tua telah tiada, mudik rasanya beda. Apalagi butuh biaya yang tak main-main besarnya.

Menjelang Ramadan suamiku berujar, ingin ziarah ke makam ayah di Tabanan dan Ibu di Denpasar. "Berdoa aja ada rezeki untuk bisa mudik tahun ini," kataku. Alhamdulillah, tiba-tiba diberikan kesempatan memperoleh mobil pinjaman, rezeki untuk bekal mudik juga beruntun datang dari segala pintu. MasyaAllah. Nggak kebayang jika harus mudik ke Bali pakai pesawat, entah berapa juta yang harus dikeluarkan untuk berempat. Belum lagi sewa kendaraan selama di Bali untuk berkunjung ke rumah saudara yang berpencar di Denpasar, Tabanan dan Nusa Dua.

Mobil pinjaman diperoleh di H-2 sore, berkemas pun dadakan. H-1 jam 06.30 WIB barulah memulai perjalanan. Sempat balik rumah setelah jalan 3 kilometer karena ada barang yang ketinggalan.

Melakukan perjalanan jauh tapi tetap berpuasa, modal tekad besar. Saya sudah berpesan pada suami agar nggak memaksakan diri berpuasa selama jadi musafir. Tapi katanya sayang kalau puasa bolong sehari hanya karena mengemudi jarak jauh. Sepanjang perjalanan nyaris tak berhenti kecuali isi bahan bakar di SPBU dan test antigen sebagai persyaratan menyeberang. Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 5 jam, sekitar jam 11.55 WIB kami tiba di area pelabuhan. Seorang petugas menyapa ramah sebelum antrian pintu masuk pemeriksaan tiket "Siang Pak, apakah sudah menyiapkan tiket online?" Suami kaget dong, "Loh, tiket penyeberangan maksudnya Pak? Biasanya kan beli di loket langsung" Bapak petugas tersenyum "Maaf Pak, sesuai peraturan sejak April 2020 penjualan tiket penyeberangan hanya bisa dilakukan secara online, bisa melalui website resmi atau mitra yang bekerja sama dengan ASDP Indonesia Fery. Si Bapak kemudian mengarahkan kami untuk memutar balik kendaraan menuju pintu keluar dan menunjukkan loket agen BRILink yang berada tepat di seberang jalan.

Wah, 11 tahun tidak menginjak dermaga, banyak sekali perubahan yang terjadi. Tidak hanya bangunan fisik, namun yang paling penting dan genting adalah transaksi pembelian tiket penyeberangan yang tak lagi dilayani on the spot. Bayangkan jika terjadi antrian panjang karena kebingungan mengupayakan tiket secara online. Beruntung kami datang saat penyeberangan tidak terlalu ramai, meski sudah tampak antrian kendaraan dalam beberapa lajur. Lebih beruntung lagi agen BRILink sebagai mitra resmi penjualan tiket penyeberangan berada tak jauh dari lokasi pelabuhan.

Di loket BRILink terlihat beberapa orang sedang mengantri membeli tiket. Sementara aroma masakan padang di sebelah loket cukup menggugah selera, hahaha sabaar puasa sudah jalan setengah hari, sayang kalau harus batal. Beruntung antrian di loket BRILink tidak memakan waktu lama. Sekitar 15 menit tiket penyeberangan sudah di tangan. Alhamdulillah di saat genting, solusi telah disiapkan Allah melalui agen BRILink. Transaksi digital, mudah, aman, cepat dengan cara begini sangat membantu perjalanan ke kampung halaman.

Tiket Penyeberangan, Dokpri
Tiket Penyeberangan, Dokpri

Usai berburu tiket, selanjutnya berburu mushola karena adzan dhuhur sudah berkumandang. Celingak celinguk, malah bingung mencari mushola dermaga. Suami yakin banget mushola ada di sebelah kanan antrian kendaraan. Tapi nggak ada papan petunjuk. Di seberang dermaga ada masjid, hmm kan nggak mungkin meninggalkan mobil yang sedang dalam antrian menyeberang? Akhirnya kami putuskan sholat di mushola fery saja nantinya. Lega, setelah 1 jam antri akhirnya tiba kendaraan kami memasuki kapal fery. Seruuu kebagian masuk antrian nomor dua, jadi pas berada di depan pintu kapal sisi bongkaran.

Turun dari mobil di atas kapal, kami bergegas mencari mushola. Pengalaman berkesan ketika harus menjaga keseimbangan saat kapal berlayar ketika mendirikan sholat. Sebentar miring ke kanan, lalu miring ke kiri. Diayun-ayun oleh gelombang, untung nggak sampai nyusruk di mushola kapal yang mungil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun