Ustadz Salim A Fillah berdarah Padang namun lama tinggal di Yogyakarta dan menjadi salah satu Pembina aktif di Masjid Jogokariyan. Meski sering mendengarkan ceramah-ceramah beliau melalui media, saya memendam harap bisa hadir mendengarkan tausiyah ustadz beliau secara langsung. Tapi kapan, harus ke Jogokariyan?
Alhamdulillah Allah Maha Mendengar dan Mengabulkan doa. 4 Muharram 1439 H, 24 September 2017 Saya, suami dan si kecil berkesempatan hadir mendengarkan tausiyah ustadz Salim A Fillah secara langsung di Safari Subuh Suara Surabaya yang bekerjasama dengan YDSF dan beberapa pihak sponsor lain. Sholat subuh berjamaah di Masjid Al Ikhlash, Deltasari Waru dihadiri ratusan jamaah, menurut panitia melebihi biasanya, karena sebagian besar jamaah pasti ingin mendengar tausiyah Ustadz Salim A Fllah secara langsung. Pada kesempatan tersebut Ustadz Salim A Fillah membawakan materi tentang Jejak-Jejak Perang Ahzab. Seru sekali mendengarkan beliau berkisah dari ba'da sholat subuh hingga matahari mulai meninggi. Saya menuliskan penuturan kisah hikmah tersebut dalam beberapa artikel di blog pribadi agar bisa dibaca berulang kali.
Ah. Kenangan yang indah. Sungguh Allah Maha Baik. Maha mengetahui isi hati. Allah mengabulkan impian manusia pendosa yang berharap pencerahan. Saya tak perlu ke Jogja malah beliau yang hadir di Sidoarjo - Surabaya.
Tertoreh impian lebih "tinggi" lagi.
Berharap kelak si sulung yang sedang menuntut ilmu di Pondok Gontor bisa mengikuti jejak Ustadz Salim A Fillah sebagai da'i ulung.
Santun Tutur katanya. Cerdas dalam menelaah masalah. Bijak dalam bertausiyah. Tajam ingatan akan Sirah dan sejarah.
Bisa kah? Bismillah....
Insyaallah Biidznilah bisa. (*Iklan*Senyumnya sudah mirip eea)
Menggapai cita-cita bukan isapan jempol semata. Asal tak lelah berdoa. Seperti penuturan Ustadz Salim A Fillah tentang Perang Ahzab. Manusia hendaknya istiqomah berikhtiar seperti ikhtiar Rasulullah dan umat muslim dalam upaya mempertahankan Madinah dari serangan koalisi kaum Quraisy dan Yahudi yang bersenjata lengkap dan berjumlah 10.000 tentara. Jumlah yang jauh lebih besar daripada total seluruh penduduk Madinah saat itu.Â