Tiba saatnya Idulfitri, lebaran adalah saat berbahagia setelah berpuasa selama 30 hari. Besar harapan tahun depan bertemu Ramadan lagi. Entah siapa yang mengajarkan, setiap lebaran kita memiliki tradisi saling berkunjung dan bermaaf-maafan.
"Mohon maaf lahir dan batin yaaa"Â sambil menangkupkan tangan atau cium pipi kiri dan kanan
Kira-kira jika usai lebaran nggak sengaja bikin kesalahan lagi, apakah minta maafnya lebaran tahun depan? Panik nggak panik nggak panik nggak? panik dong masa enggak...
Ngomongin masalah maaf memaafkan, kira-kira lebih mudah memohon maaf atau memaafkan seseorang? Bagi orang yang berhati bersih, qalbun salim yaitu orang yang hatinya bersih dari segala penyakit iri, hati, dengki maka tak ada yang sulit baginya, baik itu memaafkan maupun mengaku salah dan meminta maaf.
Hanya saja, menjadi sosok yang berqalbun salim bukanlah hal yang mudah. Sedangkan fitrah manusia adalah makhluk yang dikaruniai nafsu dan akal. Selain bisa berpikir, juga main perasaan. Kadang karena terbawa perasaan jadinya nggak mudah memaafkan seseorang. Karena perasa, maka gengsi untuk meminta maaf duluan.
Kalau teman-teman Kompasianer tanya kepadaku, mana yang lebih mudah, memaafkan atau minta dimaafkan, saya pun bingung menjawabnya. Kalau saja diriku sosok orang yang berqalbun salim tentu kujawab tak ada bedanya. Sayangnya daku hanya manusia yang seringkali masih dikalahkan ego dan angkara murka. Maka jawabku adalah relatif, tergantung kondisi dan situasi yang ada.
Jika kesalahan yang kulakukan sangatlah besar tentu kuputuskan buru-buru minta maaf. Tapi jika kurasa hanya kesalahan kecil, kayaknya gengsi mau minta maaf duluan. Janganlah ditiru, karena kesalahan kecil jika dikumpulin pun pasti jadi besar juga. Kesalahan besar semacam apa sih? Ya misalnya menghilangkan atau merusakkan barang karena kecerobohan atau menyebabkan seseorang menemui kesulitan karena perbuatan saya. Kalau kesalahan kecil? yaa ngomelin anak kalau nggak segera melakukan yang diperintahkan hahaha...
Masalah memaafkan juga demikian. Sebenarnya saya bukan type orang pendendam, tetapi jika pernah disakiti orang, meski saya maafkan tetapi saya akan menghindari berinteraksi lebih intens dengannya, semacam trauma. Daripada disakiti sekali lagi lalu mendendam selamanya. Fyuuh.
Mudah-mudahan tarbiyah Ramadan selama sebulan ini mampu menjadikan saya sebagai insan yang lebih baik, yang mudah memaafkan dan mudah meminta maaf. Sebab manusia adalah gudangnya salah dan khilaf. Sungguh terlalu jika kualitas akhlak saya masih seputar "pikir-pikir dulu" jika disuruh minta maaf atau memaafkan seseorang. Padahal hidup di dunia hanya menanti saat berpulang.
Tentang keutamaan meminta maaf jika melakukan kesalahan, semoga hadits ini selalu bisa saya ingat, agar tak merasa lebih baik lambat asal selamat:
"Siapa yang merasa pernah berbuat aniaya kepada saudaranya, baik berupa kehormatan badan dan harta atau lain-lainnya, hendaknya segera meminta halal dan maafnya sekarang juga, sebelum datang suatu hari yang tiada manfaatnya harta dan dinar atau dirham. Jika ia punya amal shalih, akan diambil menurut penganiayaannya, dan jika tidak mempunyai hasanat (kebaikan), maka diambilkan dari kejahatan orang yang dianiaya untuk ditanggungkan kepadanya." (HR Bukhori Muslim).