"Ramadhan ini mungkin beda kawan..
Tapi jangan nyerah sama keadaan..
Terus sambung kedekatan..
Terus ciptain senyuman..Â
Di dalam perdalam iman..
Ayo kawan terus ulurin tangan..
Jadi pahlawan bagi para pahlawan..
Ini bulan penuh kemenangan..
Yakin kita mampu balikin keadaan.."
Kalau ditanya iklan favorit, inilah iklan favorit saya selama bulan Ramadhan 1441 Hijriah. Ada sendu, namun ada optimisme berbalut haru biru. Rasanya seperti sedang mengupas bawang tetapi sambil ngemil sebatang coklat yang menenangkan.
Ramadhan kali ini benar-benar berbeda. Tak ada pawai tarhib yang menyambut kehadirannya. Tak ada lagi buka puasa bersama, tak ada jamaah tarawih di masjid-masjid kota. Semua terjadi karena upaya agar terhindar dari wabah corona...karena Allah menunjukkan kuasaNya. Betapa kita, makhluk hina dina di hadapanNya tak mampu mengelak atas takdirNya. atas kehendakNya, makhluk mikroskopis itu mampu memporak-porandakan tatanan di muka bumi hingga merenggut nyawa.
Jika sebelum Ramadhan kita terbiasa sowan ke orang tua untuk memohon maaf, berziarah kubur dan berdoa, Ramadhan kali ini sungguh berbeda. Justru dengan tidak mudik berarti kita cinta kepada orang tua karena melindungi mereka. Meski sedih diam-diam menelusup ke dalam dada.
Tetapi theme song iklan Telkomsel ini benar-benar merasuk ke jiwa. Seolah ingin menitipkan pesan: OK lah Ramadhan kali ini semuanya tak lagi sama, ada kesunyian yang menyelinap dan menyebabkan kerinduan tak tertahankan pada suatu masa. Tetapi kita tak boleh menyerah pada keadaan. Teruslah tersenyum, teruslah membantu sesama.Â
Bersyukur masih ada teknologi dan dunia digital yang memungkinkan bagi kita untuk tetap menjalin silaturahim. Bisa Video call-an, nge-zoom bareng keluarga atau teman, chating sambil kirim ikon-ikon cantik atau upload video lucu-lucuan dan tantangan di instagram. Yang membuat kita seolah dekat, tanpa tersekat ruang dan waktu. Yang menyalakan rasa hangat di dalam hati dan memeluk sanubari, melupakan hari-hari kelabu.Â
Kita mungkin rindu bersedekah dengan turun ke jalan untuk berbagi makanan berbuka atau sahur on the street. Tetapi bukan berarti #DiRumahAja menghalangi pahala kita untuk berderma. Banyak cara untuk bersedekah melalui dunia maya. Pilih filantropi terpercaya untuk menitipkan sedekah kita. Para relawan akan membantu menyalurkan niat dan donasi kita kepada yang membutuhkan.
Maka, jadilah pahlawan bagi para pahlawan...pahlawan dunia kesehatan yang bertugas di garda depan, pahlawan dan pejuang ekonomi bagi keluarga untuk melanjutkan kehidupan atau para pahlawan kemanusiaan.Â
"Tapi saya kangen Ramadhan seperti tahun-tahun lalu"
Semua orang pasti rindu. Saya juga begitu. Kenangan Ramadhan tahun lalu begitu membekas. Masjid di perumahan kami untuk pertama kalinya mendatangkan imam dan khatib tarawih dari Palestina, masjid pun semarak aneka lomba. Buka bersama merekatkan silaturahim di antara kita.Â
Jamaah tarawih dipersilahkan memillih untuk sholat tarawih 20 atau 8 rokaat dengan mekanisme yang rapi luar biasa. Kelompok tadarus memakmurkan masjid dari ba'da subuh hingga waktu syuruq tiba sehingga bisa lanjut sholat syuruq' yang insyaAllah pahalanya setara umroh dan haji seperti dikatakan oleh Nabi.
Dan kini masjid sunyi.....tetapi bukan berarti kita harus melaluinya dalam sepi. Sebab tak ada waktu yang paling mulia selain mengumandangkan dan mencecap hikmah kalam-kalam Illahi, meski semua dilakukan di rumah sendiri. Sekali lagi seperti lirik lagu iklan Telkomsel Ramadhan, jangan nyerah oleh keadaan.
Mungkin Allah memberikan kita Ramadhan yang berbeda kali ini agar kita memakmurkan masjid di rumah sendiri, masjid yang dibangun di lubuk hati. Seolah mengingatkan hadits Rasulullah, bahwa seluruh tempat yang suci di muka bumi adalah masjid untuk mengagungkan nama Illahi. Sembari terus langitkan doa, agar Allah ridho'untuk segera membersihkan bumi dari virus penyebab pandemi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H