Mohon tunggu...
Dwi Aprilytanti Handayani
Dwi Aprilytanti Handayani Mohon Tunggu... Administrasi - Kompasianer Jawa Timur

Alumni Danone Digital Academy 2021. Ibu rumah tangga anak 2, penulis konten freelance, blogger, merintis usaha kecil-kecilan, hobi menulis dan membaca Bisa dihubungi untuk kerjasama di bidang kepenulisan di dwi.aprily@yahoo.co.id atau dwi.aprily@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Semesta Mendidik Anak-anak Kita

25 Mei 2016   13:20 Diperbarui: 28 Mei 2016   12:39 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Generasi muda harapan bangsa

Keberhasilan pendidikan sebagai Gerakan Semesta tak lepas dari peran masyarakat pula. Dalam hal ini masyarakat diharapkan bersifat open book serta membuka kesempatan bagi siswa untuk meningkatkan pengetahuannya. Tak ada salahnya jika Lembaga Swadaya Masyarakat yang memiliki program sosial tertentu mengikutsertakan siswa atau mahasiswa dalam aplikasi kegiatannya setelah sebelumnya memiliki akses komunikasi yang cair dan bersahabat dengan pihak sekolah atau kampus. Pihak swasta, pebisnis bisa membantu program pendidikan dengan cara memberikan kesempatan pada pihak sekolah dan kampus untuk mengirimkan siswanya mengikuti praktek kerja lapangan, menyelenggarakan open house proses industri, memberi kesempatan bagi sekolah-sekolah untuk mengadakan kunjungan peninjauan pengolahan limbah atau menyaksikan langsung proses kreatif sebagai aktivitas rutin dalam perindustrian. 

Masyarakat juga bisa berperan sebagai kontrol sosial bagi siswa sekolah. Sering membaca berita siswa sekolah terjaring razia di warnet "anu" sedang menonton BF atau tertangkap berbuat mesum di losmen" itu" ? fenomena ini menunjukkan pentingnya kontrol masyarakat bagi perkembangan generasi muda. Konten-konten negatif seharusnya difilter di warnet-warnet, bilik warnet sebaiknya dikondisikan terbuka sedemikian rupa sehingga penjaga warnet bisa leluasa mengawasi perilaku dan konten yang sedang dibuka oleh anak-anak remaja demi meminimalisir tindakan di asusila. Seorang teman saya, pengusaha warnet dan pemilik warung kopi lengkap dengan WiFi tak segan berkeliling memastikan anak-anak usia belasan pengunjung warnetnya di luar jam sekolah tidak sedang mengakses situs porno yang mungkin lolos dari filter otomatis di warnetnya. Penginapan, losmen, hotel sudah seharusnya menetapkan kebijakan membawa KTP atau KK yang menunjukkan legalitas sebagai suami istri bagi pasangan yang hendak menyewa kamarnya untuk menghindari tindak asusila. Saya pernah mengalaminya dengan suami harus membawa surat nikah untuk menginap di hotel kelas melati di masa bulan madu karena KTP kami masih tertulis sebagai single. Bayangkan jika semua pebisnis warnet, warung kopi berWiFi, losmen, penginapan dan tempat-tempat hiburan melakukan kontrol sosial yang sama.

Konsep Pendidikan sebagai Gerakan Semesta di mata saya adalah sebuah harapan yang tersemai agar sekolah tak lagi dipandang sebagai tempat yang menyebalkan karena harus dijejali berbagai tugas dan standard kelulusan yang mengerikan. Seperti cita-cita mulia Ki Hajar Dewantara hendaknya sekolah merupakan wahana yang membahagiakan semua pihak dan kehadirannya serupa taman, sejuk, rindang menyenangkan untuk dikunjungi dan dirindukan jika sehari saja jauh dari pandangan.

Sebagai pelengkap mari kita cermati ide pak Anies Baswedan tentang Konsep Pendidikan sebagai Gerakan Semesta dalam cuplikan berikut ini


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun