Dalam masyarakat, tanpa kita sadari, banyak anak-anak dan remaja yang berjuang karena perubahan yang terkadang tidak terkendali dalam kehidupan sehari-hari mereka. Anak dan remaja merupakan generasi penerus yang dapat menggerakkan kesejahteraan masyarakat di masa depan. Di usia lanjut ini sudah pasti banyak perubahan yang terjadi dengan cepat dan menekan anak-anak dan remaja. Padahal, fase yang paling sulit adalah saat anak menginjak usia remaja, karena pubertas merupakan tahap akhir dari masa kanak-kanak. Pada titik ini, anak-anak menjadi remaja, menjadi generasi penerus di zaman modern ini. Remaja menghadapi banyak tantangan, seperti Stres karena menumpuknya tugas sekolah yang dapat mempengaruhi kesehatan mental mereka.
      Kesehatan mental adalah hal yang penting untuk dijaga karena sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Kesehatan sangat penting dalam kehidupan seseorang, kualitas hidup yang lebih baik menunjukkan kesehatan fisik dan mental yang baik. Kesehatan bukan hanya kesehatan fisik saja, tetapi juga kesehatan jiwa, mungkin banyak orang beranggapan bahwa keadaan tubuh tanpa penyakit bukan berarti keadaan seseorang bisa disebut sehat, padahal segala aspek di dalamnya bisa terganggu. Gangguan jiwa adalah kondisi dimana pikiran, perasaan, suasana hati dan kemampuan berinteraksi terganggu, yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Gangguan kesehatan jiwa biasanya muncul saat anak memasuki usia remaja.
     Biasanya beberapa remaja pada masa pubertas bertingkah aneh dengan setiap perubahan yang terjadi. Mereka memberontak karena menginginkan kebebasan di sana, tetapi mereka lebih takut bertanggung jawab atas apa yang terjadi dan meragukan diri sendiri kapan mereka akan mampu mengatasi masalah. Terkadang mereka juga merasa tidak lagi membutuhkan bantuan orang tua dan dapat mengatasi masalahnya sendiri. Sikapnya yang terkadang tidak menentu membutuhkan perhatian lebih dari orang-orang terdekatnya, yaitu orang tuanya terlebih dahulu. Perubahan pada remaja dapat menyebabkan gangguan jiwa. Ada peluang yang bisa dimanfaatkan remaja pada masa pubertas.Ada cara yang bisa digunakan untuk para remaja yang sedang masa peralihan, orang tua dapat memberi tahu anak mereka untuk lebih dekat dengan tuhan. Bagaimana caranya? Tentu saja beribadah, mengaji, atau mungkin mereka bisa memberi nasihat atau mengajak anaknya ke pesantren karena sudah pasti ajaran Islam di sana lebih baik dari pada sekolah umum biasa.
      Dalam Islam sudah pasti kita berinteraksi dengan Sang Pencipta atau Allah SWT. Berinteraksi dengan Allah SWT dapat diartikan dengan melaksanakan shalat lima waktu, membaca Al-Qur'an atau mengamalkan dzikir yang merupakan rutinitas seorang muslim. Untuk dapat berinteraksi dengan Allah, manusia harus memiliki pola pikir yang sehat dan tidak boleh memiliki gangguan jiwa. Tetapi masih banyak manusia yang beribadah dengan hati dan jiwa yang tenang. Terutama para remaja yang baru memasuki masa pubertas dan banyak menghadapi perubahan di era modern ini. Dengan masuk ke pesantren yang ilmu agamanya lebih dalam dari sekolah biasa dan rajin mempelajari ajaran di sana, para generasi muda bisa memahami agama dan berinteraksi secara damai dengan Allah SWT.
      Sementara pengajaran di pesantren tidak diragukan lagi pengajarannya apalagi terkait dengan agama, para santri muda yang menjadi santri diajak untuk membaca Al-Qur'an dan belajar mengamalkan zikir, shalat sunnah, shalat wajib dan kegiatan keagamaan. Banyak sekali hal yang bisa dilakukan di pondok pesantren untuk membentuk karakter mereka yang lebih baik serta membentuk kesehatan mental mereka  generasi muda penerus bangsa.
      Kemarahan, kekecewaan, kesedihan yang sangat mendalam termasuk penyakit hati adalah hal manusiawi yang sering kita rasakan apalagi kita mempunyai akal dan nafsu. Bagi para remaja yang merupakan santri dimana jiwa mereka masih labil tidak bisa diatur maupun dikontrol sendiri oleh mereka itu bisa menyakiti diri mereka dan menyebabkan kesehatan mental mereka terganggu.
      Dengan membaca dan mempelajari Al-Quran remaja dapat merasakan ketenangan hati dan jiwanya karena dengan membaca, mendengarkan, memahami dan merenungkan isi Al-Quran. Membaca dan menghafal Al-Qur'an dapat memberikan banyak efek yaitu menenangkan, meningkatkan kreatifitas, meningkatkan konsentrasi, menciptakan suasana tenang, meredakan ketegangan otak, mengatasi beberapa kecemasan, mengatasi rasa takut dan meredakan ketegangan yang ada.
      Shalat wajib bukan satu-satunya ibadah yang dilaksanakan di pondok pesantren, shalat sunnah juga dilakukan contohnya shalat tahajud. Shalat tahajud merupakan ibadah yang dilakukan di malam hari tepatnya di sepertiga malam. Shalat sendiri memiliki empat unsur terapeutik yang pertama ada aspek olahraga karena shalat terdapat aktivitas yang terdapat proses relaksasi. Untuk aspek kedua dari shalat yaitu aspek meditasi karena shalat perlu konsentrasi yang dalam (khusuk), karena dalam aspek ini shalat bisa menghilangkan rasa cemas. Aspek yang ketiga adalah aspek auto-sugesti didalam aspek ini berhubungan dengan pelaksanaan shalat ketika membaca bacaan shalat yang berisi ucapan panjatan doa kepada Allah SWT, bacaan yang diucapkan ini dapat mensugesti kita agar kita bisa berperilaku lebih baik. Dan aspek yang terakhir yaitu aspek kebersamaan, shalat tidak dilakukan sendiri bisa dilakukan secara berjamaah agar bisa terjalin kebersamaan sesama umat muslim, dengan berjamaah peraasaan terasing dan menyendiri tidak akan terasa lagi.
      Selain kebersamaan yang terjalin saat shalat berjamaah, bergaul dengan teman di pondok juga termasuk dalam pembentukan kesehatan mental remaja. Kenapa? Karena dengan bergaul sudah pasti kita akan mendapatkan teman yang bisa diajak cerita dan berbagi keluh kesah. Apalagi di pondok berisi anak yang sholeh dan sholehah, mereka biasanya dapat mengintegrasikan dirinya dan mengaktualisasikan kemampuannya semaksimal mungkin. Dengan bersama mereka kita bisa dapat nasihat-nasihat yang bisa  memberikan ketenangan kepada teman sepergaulannya.
      Walaupun kita sudah melaksanakan shalat wajib dan sunnah, membaca dan menghafal Al-Qur'an, jangan lupa juga  untuk berdzikir. Berdzikir  mengingatkan kita dengan segala keagungan dan kasih sayang yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita hambanya. Efek dari berdzikir yaitu  kesadaran kita menjadi kembali mengingat apa yang diperintahkan oleh Sang pencipta dan juga menjauhi larangannya.
      Dapat dilihat sendiri bahwa berinteraksi dengan Allah SWT seperti membaca dan menghafal Al-Qur'an, shalat dan berdzikir berperan penting dalam menjaga kesehatan apalgi kesehatan mental para remaja yang menjadi santri di pesantren. Dengan melakukan kesehatan mental para remaja khususnya para santri bisa meningkat dan juga bisa membentuk kecerdasan sosial di lingkungan masyarakat. Para remaja harus bisa meningkatkan kualitas ibadah mereka dan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, karena biasanya masih ada remaja yang masih belum punya pendirian. Mereka yang sedang dalam masa perubahan masih sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungan disekitar mereka. Ada hal positif lainnya yang bisa didapatkan para remaja dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT, mereka mampu mengatasi masalah yang sedang mereka alami tanpa bantuan orang dewasa. Para generasi bangsa yang akan memimpin kedepannya bisa memajukan daerah mereka dengan hal ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H