Mohon tunggu...
David Setiawan
David Setiawan Mohon Tunggu... profesional -

I am a Brand & Business Consultant at CREAinc integrated business solution. My Passion is Marketing Strategic, Branding, Movie, Music, and blogging.

Selanjutnya

Tutup

Money

Dikenal Belum Tentu Disayang...

18 Januari 2014   18:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:42 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rhoma Irama Populer, tapi Elektabilitasnya Rendah.. Menarik kan? Kalau ada artikel seperti itu yang dibahas oleh beberapa jaringan berita online, seperti detik.com, tribunnews.com, dll pastinya banyak yang penasaran untuk membaca. Sang Satria Bergitar (baca = Rhoma Irama) memang tidak diragukan popularitasnya. Mulai dari sejarahnya mengangkat derajat Dangdut menjadi musik yang bsia disejajarkan dengan genre musik lainnya sampai kisah cinta poligaminya yang sempat menjadi pemberitaan, belum lagi konflik dengan sang Ratu Ngebor Inul Daratista yang sempat menghangat di infotainment.. Memang tidak salah jika salah satu program TV, Mata Najwa memberikan judul ‘MendadakCapres‘ pada saat mewawancarai Rhoma Irama. Karena pasti tidak disangka-sangka bahwa sang Satria Bergitar* (film Rhoma Irama pada tahun 1984)  mendadak mencalonkan diri sebagai presiden RI. Selain tidak adanya jejak pengalaman politik yang diingat orang, Rhoma Irama juga lebih dikenal sebagai pendakwah, yang biasanya tidak bersentuhan dengan urusan kenegaraan.

Namun yang mengejutkan adalah, para peneliti menemukan fakta bahwa popularitas Rhoma Irama ternyata menduduki peringkat pertama, jika dibandingkan dengan Jokowi yang banyak digadang-gadang orang menjadi presiden ’impian’ bagi Indonesia. Survei Pusat Data Bersatu (PDB) menyebutkan bahwa popularitas Rhoma Irama mencapai 99.2%, dibandingkan dengan Jokowi yang mencapai 98,1% dan menduduki peringkat ke-3. Survei dilakukan kepada 1200 orang di 11 kota besar di Indonesia ini kemudian memberikan hasil yang paradoks, yaitu tingkat elektabilitas (keterpilihan) para tokoh tersebut, yang ternyata Jokowi menduduki peringkat pertama dengan 28% suara, sementaraRhoma Irama hanya 0,5% dan menduduki peringkat ke-13. It’s not about AWARENESS, It’s all about CHARACTER

Istilah ’Tak kenal maka Tak Sayang‘ agaknya tidak menjadi jaminan bagi Rhoma Irama untuk dapat dipilih oleh masyarakat Indonesia. Meskipun populer di mana-mana, namun masyarakat Indonesia mencari yang berbeda, yaitu karakter pemimpin yang memang dapat diandalkan. Tanpa mengecilkan arti peranan Rhoma Irama, namun kenyataan bahwa Jokowi sebagai karakter pemimpin yang sampai saat ini LANGKA di Indonesia membuat orang memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi. Mulai dari kiprahnya di Solo, sampai menjadi gubernur di Jakarta, Jokowi mampu menunjukkan bukti nyata, tidak sekedar pencintraan (brand image), namun KARAKTER yang solid. It’s a NEW WAVE era, not a LEGACY Approach

Sebagai seorang pemimpin, Jokowi memang sangat terkenal dengan blusukan-nya. Cara yang sangat berbeda (differensiasi), yang membuatnya jadi berbeda jika dibandingkan dengan pemimpin yang lain. Pendekatan tersebutlah yang sebenarnya disukai oleh banyak orang, karena touch Jokowi yang horizontal, tidak lagi vertikal alias terjun langsung ke lapangan, bertemu dengan masyarakat, kemudian memberikan tindakan yang nyata. Orang tidak lagi suka dengan pemimpin yang menggunakan jas, kemudian berbicara di podium, seolah-olah berwibawa, namun tidak memberikan solusi. Jokowi dengan baju kotak-kotak pada saat kampanye, sudah memberikan aura yang berbeda, dekat dengan rakyat, sehingga dicintai oleh rakyat. Tahun 2014 ini akan menjadi sejarah bagi pemilu di Indonesia, walaupun banyak yang optimis Jokowi menjadi presiden, dirinya masih belum menyanggupi menjadi Capres lantaran belum adanya kepastian dari PDI Perjuangan untuk mencantumkan nama Joko Widodo ke bursa Capres. Namun pembuktian cara-cara New Wave, dengan membangun Karakteryang benar, tentunya akan menarik untuk disimak bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun