Mohon tunggu...
Davina Nanda
Davina Nanda Mohon Tunggu... Mahasiswa - STIKES Mitra Keluarga

hi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Bahaya Obesitas pada Anak

26 Juli 2024   23:43 Diperbarui: 26 Juli 2024   23:44 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Obesitas merupakan gangguan metabolisme ditandai dengan penumpukan lemak berlebih pada tubuh. Obesitas menjadi masalah kesehatan bagi semua kalangan usia, tidak hanya orang dewasa tetapi juga balita. Obesitas atau kegemukan pada masa balita berpeluang besar menetap sampai dewasa. Sebagian besar masyarakat beranggapan jika balita gemuk menandakan balita sejahtera dan makmur. Padahal, obesitas pada balita disebabkan karena kebiasaan pola makan yang tidak sehat seperti makanan siap saji dan jajanan kurang sehat.

Masalah obesitas merupakan masalah yang nyata, kebanyakan masyarakat menganggap obesitas hanya terjadi di negara barat seperti Amerika yang terkenal dengan makanan cepat saji. Kini kasus obesitas mulai muncul pada negara berkembang seperti Indonesia. Peningkatan kesejahteraan di Indonesia diikuti perubahan pola makan dan gaya hidup. Pola makan gizi seimbang kini cenderung berganti menjadi makan cepat saji namun tidak ada nilai gizi. Makanan cepat saji seperti Fried Chicken, Pizza, dll. cenderung memiliki rasa yang gurih sehingga orang – orang terutama anak cenderung suka makanan cepat saji. Dilaporkan bahwa setiap tahunnya angka obesitas semakin meningkat, oleh karena itu orang tua perlu memberikan perhatian khusus pada asupan anak setiap harinya.

Mengapa obesitas harus menjadi perhatian penting bagi para orang tua ? apakah obesitas memiliki dampak yang serius ? sayangnya, Obesitas di kalangan usia manapun akan menimbulkan dampak negatif pada tubuh. Obesitas dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak, terutama aspek psikososial. Obesitas juga meningkatkan resiko terkena penyakit serius seperti penyakit kardiovaskular, diabetes melitus, penyakit ginjal, hingga kanker. Penumpukan lemak yang berlebih, dapat mengganggu fungsi organ sehingga sistem organ tubuh terganggu karena hal tersebut.

Untuk mengetahui apakah suatu individu tergolong obesitas dapat dilakukan perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT). Hal yang diperlu disiapkan adalah mengukur berat dalam satuan kg dan tinggi badan dalam satuan meter. Tinggi badan dikuadratkan, lalu berat badan dibagi dengan hasil kuadrat tinggi badan. Penggolongan IMT menurut KEMENKES RI dibagi menjadi lima. Dengan perincian, Sangat kurus (<17), Kurus (17 – 18,4), Normal (18,5-25,0), Gemuk (>25,0 – 27,0), dan Obesitas (>27). Selain dengan IMT, untuk mengetahui apakah seseorang obesitas adalah dengan mengukur lengkar perut menggunakan meteran. Batas aman lingkar perut pria adalah 90 cm dan wanita adalah 80 cm

Obesitas memang berbahaya bagi tubuh, tetapi dampak bisa dicegah dengan mengobah pola makan dan gaya hidup sedini mungkin. Pencegahan dan penatalaksanaan obesitas harus dengan lingkungan yang mendujung. Tak hanya diri sendiri, tetapi anggota keluarga, lingkungan sekitar, tenaga kesehatan, bahkan pemerintah juga harus memberikan dukungan dan memfasilitasi perubahan. Pencegahan terbagi menjadi tiga langkah, yaitu primer, sekunder, dan tersier.

Pencegahan primer bisa dilaksanan dengan pemberian edukasi terkait gaya hidup yang sehat, aktivitas fisik, dan juga gizi seimbang. Tak hanya itu, edukasi juga dapat berisi kiat – kiat dalam menghindari faktor risiko yang dapat menyebabkan obesitas. Pencegahan sekunder dapat berupa diet gizi seimbang dalam rangka mengubah IMT menjadi kategori normal atau ideal. Untuk pencegahan tersier, dapat berupa pencegahan komorbiditas atau penyakit kronis yang ditimbulkan dengan melakukan terapi pada anak obesitas sedini mungkin.

Memodifikasi aktivitas anak juga berperan penting dalam perubahan gaya hidup yang sehat. Modifikasi aktivitas fisik dapat dilakukan dengan membatasi penggunaan gadget anak maksimal 2 jam per hari. Sedangkan waktu luang dapat diisi dengan hobi yang bermanfaat seperti aktivitas fisik atau oleh raga 1 jam perhari.

Adapun terapi farmakologi yang dapat diberikan untuk anak obesitas dibawah pengawasan dokter. Orslitat adalah obat yang dapat menangani masalah  kegemukan, namun hanya boleh digunakan untuk anak usia diatas 12 tahun atau lebih. Obat ini memiliki efek samping seperti gangguan pencernaan, dan ginjal. Penggunaan obat harus seimbang dengan modifikasi gaya hidup sehingga kinerja obat akan efektif.

Akan tetapi, jika anak mempunyai IMT lebih dari 35 kg/m2, prosedur bariatrik dapat dierkomendasikan. Prosedur   bariatrik   dapat   menyebabkan  penurunan berat badan dan memperbaiki penyakit kronis, namun tetap harus melakukan follow – up untuk memperhatikan intake nutrisi yang seimbang.

Adapun pencegahan dan penatalaksanaan obesitas bagi anak, diharapkan para orang tua lebih memperhatikan kondisi anak dan dapat terhindar dari obesitas dan komplikasi penyakit tersebut.

REFERENSI

Alkautsar, A. (2022). Pencegahan Dan Tatalaksana Obesitas Pada Anak. Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 4(1), 17–26. http://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPPP/article/download/83/65
Indanah, I., Sukesih, S., Luthfin, F., & Khoiriyah, K. (2021). Obesitas Pada Balita. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 12(2), 242. https://doi.org/10.26751/jikk.v12i2.1115

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun