Mohon tunggu...
Dvi Shifa
Dvi Shifa Mohon Tunggu... profesional -

Am I global citizen? Just an ordinary Indonesian citizen and am sad to see that my homeland has entered "a crisis of identity" phase.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Turun dari Kereta Karena Tidak Ada Visa Masuk

5 Juni 2016   09:27 Diperbarui: 5 Juni 2016   15:28 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"You are about to enter Croatia and I don't see you have Croatian visa here. So get all your stuff and get off of the train."

"Sorry, I really don't know that." Sambil saya berkemas-kemas dan mengikuti sang polisi untuk turun dari kereta.

My Goodness, saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 22:25. Saya langsung menghubungi salah seorang kawan saya di Slovakia untuk mengabarkan kejadian ini. Kontan dia terkejut dan langsung meminta saya untuk mengikuti saja apa perkataan polisi tersebut dan sekaligus minta maaf pada saya, karena dia juga melupakan status saya yang merupakan warga negara Indonesia yang memerlukan visa ke hampir semua negara. Dia juga menyarankan saya untuk mencari kereta berikutnya yang kembali ke Budapest.

Saya turun dari kereta dan harus menunggu para polisi yang masih melakukan pemeriksaan paspor di seantero gerbong lainnya. Wow, malam itu lumayan dingin di perbatasan Hungaria dan Kroatia ini. Saya bahkan tidak tau apa nama kota ini.  Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya saya diminta mengikuti salah satu dari polisi tersebut masuk ke dalam kantor mereka, karena katanya ada surat yang harus saya tanda tangani. Sang petugas juga menanyakan siapa nama ayah saya dan apa profesi saya. Kemudian saya tetap minta maaf kepadanya mengatakan bahwa saya tidak tahu bahwa Kroatia masih belum menjadi anggota Schengen (white lies...gak papa deh).  Dia hanya mengatakan bahwa saya bukan satu-satunya orang yang mengalami kejadian ini dan sudah banyak yang mengalaminya. Sepertinya sang petugas memang percaya dan tidak mencurigai apapun tentang saya. Saat saya menanyakan cara masuk ke Italia tanpa melintasi Kroatia, dia hanya berkata satu-satunya cara adalah naik taksi dari sini menuju Slovenia dan Italia....Gubraks...aduh pak polisi, apa gaya gue kurang a la backpacker?? Gue bukan turis yang banyak duit...hihihihi...enak aja nyuruh gue naik taksi.

Setelah urusan administrasi dengan pihak Kroatia selesai dan saya menandatangani dokumen yang menyatakan saya tidak diperkenankan melanjutkan perjalanan karena tidak memiliki visa masuk Kroatia, sang polisi yang berbicara dengan Bahasa Inggris yang bagus ini mengawal saya menuju ke sisi Hungaria dan di sana saya diserahkan ke pihak Hungaria. Aduh persis seperti di film-film Hollywood waktu penyerahan tawanan...he he he...what an experience.

Bisa ditebak setelahnya, paspor saya yang sudah dicap keluar dari Hungaria dicoret dan artinya saya sudah berada dipihak yang aman. Ketika ditanya selanjutnya hendak ke mana, saya katakan akan kembali dengan kereta berikutnya ke Budapest  dan tidak akan melanjutkan perjalanan ke Italia malam itu. Rupanya nyaris tidak ada polisi Hungaria yang bisa berbahasa Inggris. Hanya ada seorang wanita mungil (mungil dan kecil karena lebih pendek dari saya) yang berusaha membantu saya dengan Bahasa Inggrisnya yang terpatah-patah dan bercampur bahasa Hungaria.Ya Tuhan, saya menyesali diri karena tidak  bisa berbahasa Hungaria sama sekali dan baru sadar bahwa kereta berikutnya yang kembali ke Budapest hanya ada keesokan paginya!!!

Karena ada 1 ruang tunggu di stasiun kereta itu, para polisi berbaik hati membukakannya untuk saya dan untungnya pemanas ruangan di dalamnya bekerja dengan baik. Saya rasa suhu udara malam itu sekitar minus 5 atau lebih rendah lagi.  Mereka memperlakukan saya dengan sangat baik dan seorang petugas polisi wanita lainnya menanyakan dalam Bahasa Jerman apakah saya perlu ke kamar kecil karena akses pintu menuju bagian belakang stasiun yang menuju kamar kecil terkunci. Ini dia...saya jadi teringat perkataan kawan saya bahwa dulu saat masa sosialis, pelajaran bahasa asing di sekolah yang wajib adalah bahasa Rusia. Sedangkan pilihannya kalau tidak Bahasa Inggris ya Jerman.

Saat berada dalam teritori Hungaria, barulah saya tahu nama kota ini adalah Gyekenyes. Kota di selatan Hungaria yang berbatasan dengan Kroatia.

Saya baru menyadari karena melakukan telepon internasional dengan kawan saya di Slovakia, saya kehabisan pulsa. Padahal saya masih perlu memberitahukan kawan yang akan menjemput saya di Italia dan kawan lain yang menunggu jawaban saya tentang kereta berikutnya ke Budapest. Setengah mati saya mencoba menggunakan bahasa tarzan dengan 2 orang petugas polisi yang tersisa malam itu untuk meminjam telepoon mereka untuk mengirimkan sms, namun sia-sia saja. Akhir kata, silakan menunggu sampai besok harinya karena menurut jadwal kereta terpagi adalah pukul 04:41.

Lengkaplah sudah keapesan malam itu. Tidak ada pulsa telepon dan terpaksa menginap di tempat antah-berantah. SMS terakhir saya kepada teman di Slovakia hanya menyebutkan bahwa besok kereta terpagi adalah pukul 04:41. Hanya itu saja. Sambil menunggu dalam ruang tunggu yang lumayan bersih namun berantakan, saya baru tersadar bahwa saya hanya punya mata uang euro dalam dompet saya dan di Hungaria ini mereka masih menggunakan mata uang Hungarian Forint (HUF). Belum semua tempat menerima mata uang euro. Rasa panik mulai menyerang, karena saya khawatir di desa kecil ini mana mungkin punya tempat penukaran valuta asing. Tapi apa daya, ini sudah tengah malam, saya hanya bisa menunggu sampai besok untuk mencari tahu apakah loket kereta bisa menerima mata uang euro untuk membeli tiket kereta.

Menurut sang petugas polisi, loket kereta buka pukul 03:30 pagi. Tetapi nyatanya  baru pukul 4 pagi petugas loket membuka jendelanya. Dan seperti dugaan saya, dia tidak melayani pembelian tiket dengan mata uang euro. Harga tiket ke Budapest 3590 HUF atau kalau dijadikan euro menurut kurs 1 euro = 270 HUF, maka harusnya harga tiket itu hanya sekitar 13.3 euro. Haduh, sudah lengkap belum ya daftar kesialan saya kali ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun