Mohon tunggu...
Darryl Valdano
Darryl Valdano Mohon Tunggu... -

Terpanggil untuk menyuarakan fakta. Tidak berkoar demi harta, bukan juga demi kepentingan golongan semata. Hanyalah kumpulan suara yang resah akan masa depan Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kecurangan Pilpres di Hong Kong

8 Juli 2014   22:00 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:58 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pemilu Presiden di Indonesia akan dilaksanakan pada tanggal 9 Juli nanti, namun untuk para WNI yang berada di luar negeri pemilu dilaksanakan sebelum tanggal 9 Juli. Pemilu adalah pesta demokrasi bagi rakyat namun nyatanya hal itu tidak dirasakan bagi WNI yang berada di Hong Kong. Pemilu berlangsung ricuh bagi WNI Hong Kong, sekitar 500 WNI tidak boleh memilih jika mereka akan memilih No. 2. Jadi, ketika mereka sedang ngantri, ditanya oleh Panitia Pilres, apakah mereka akan milih no. 1 atau no. 2, untuk yang menjawab no. 1 maka mereka diperbolehkan untuk memilih. Ini adalah fakta yang mengerikan dan mempermalukan KPU. Seakan-akan sudah jelas bahwa pemilu kali ini dicurangi apalagi ini dicurangi secara terang-terangan!

Untungnya, WNI yang berada di Hong Kong cerdas-cerdas jadi mereka merekam kericuhan sehingga ada bukti bahwa KPU yang didorong oleh Capres no. 1 untuk melakukan kecurangan. Saya tidak habis pikir, mengapa KPU sampai mau bekerja sama untuk mendorong salah satu capres. Kita dapat melihat betapa desperate nya kubu no. 1 hingga cara-cara nista seperti ini mereka lakukan. Apakah mereka melupakan bahwa people power bisa mengalahkan penguasa? Apalagi untuk mereka yang baru mau menjadi calon penguasa? Memang dari awal kampanye pilpres kubu no. 1 sudah dekat dengan cara-cara curang, dengan menerbitkan majalah obor yang disebarkan di pesantren-pesanren. Isinya tidak ussah ditanya lagi, sangat menjelakkan kubu capres no. 1.

Mereka menyebarkan isu-isu rasial kepada kubu no. 2 melalui penerbitan majalah Obor. Ini terlalu mengada-ada dan menunjukkan bahwa tim kampanye kubu no. 1 ingin menjatuhkan lawannya akan tetapi dengan isu-isu yang nista seperti itu. Iya, isu-isu tersebut laku bagi beberapa kalangan, namun buktinya kalangan lainnya tidak termakan oleh isu tersebut. Tetap masih menjadi pertanyaan besar bagi saya bagaimana Kubu no. 1 bisa dengan culasnya memanipulasi pihak panitia penyelenggara. Hal ini seakan-akan menunjukkan bahwa KPU yang seharusnya netral pun berpihak untuk memenangkan kubu no. 1. Tentu saja hal ini mencoreng nama KPU dan membuat orang mempertanyakan kredibilitas KPU yang seama ini dipikir masyarakat Indonesia bagus dan melaksanakan tugas dengan baik serta netral.

Kecurangan-kecurangan seperti inilah yang justru akan membuat orang-orang berpirikir berkali-kali untuk memilih kubu no. 1, yang tadinya sudah ingin memilih justru jadi bertanya-tanya jika sejak pemilu saja sudah curang begini, bagaimana nanti kedepannya? Di pemilu saja mereka bersikap seperti dictator dimana seluruh masyarakat harus memilih no. 1. Yang saya takutkan adalah badan netral seperti KPU saja dapat mereka pengaruhi, lalu bagaimana nanti jika mereka sudah memegang kekuasaan? Jangan-jangan kita balik era Orde Baru lagi dimana masyarakat harus memilih salah satu partai dan Presiden tidak pernah ganti selama berpuluh-puluh tahun. Apakah ini yang kita inginkan untuk masa depan Indonesia?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun