Mohon tunggu...
Devi Sabrina
Devi Sabrina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Penikmat genre film dan komik misteri.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Penanaman Nilai-nilai Antikorupsi pada Anak Melalui Permainan "Semai", Storytelling, dan Darus

15 Juni 2022   20:49 Diperbarui: 15 Juni 2022   20:52 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Permainan SEMAI dilaksanakan oleh dua tim yang berbeda dengan seorang fasilitator sebagai penentu kebenaran jawaban peserta. Permainan ini cocok diterapkan pada anak-anak usia SD dengan guru sebagai fasilitator. Pertama-tama, peserta dari satu tim mengambil kartu putih untuk membacakan skenario yang mengandung salah satu nilai antikorupsi dan menentukan nilai antikorupsi mana yang sesuai. Selanjutnya, tim lawan akan memberikan pertimbangan mengenai kebenaran jawaban tim sebelumnya beserta alasannya. Selanjutnya, fasilitator akan memutuskan apakah jawaban tersebut benar atau salah. Jika salah, peserta harus mengambil kartu merah sebagai hukuman. Tim yang menang adalah tim yang dapat mengumpulkan kartu putih terbanyak dan kartu merah paling sedikit.

Permainan SEMAI telah diterapkan kepada anak-anak SD. Dalam penelitian yang dilakukan Izzah (2019), sampel yang diamati adalah siswa MDTA Rabithatul Ulum Pekanbaru kelas 3 dan 4, sedangkan dalam penelitian yang dilakukan Badriyah (2018), sampel yang diamati adalah siswa kelas 3 SDN Percobaan 1 Kota Malang. Kedua peneliti tersebut mengelompokkan perlakuan menjadi dua jenis, yaitu pelaksanaan fisik dan nonfisik. Pelaksanaan fisik yaitu diselenggarakannya permainan SEMAI selama dua hari, sedangkan pelaksanaan nonfisik adalah observasi perubahan sikap siswa selama satu bulan.

Hasil observasi perubahan sikap siswa selama satu bulan menunjukkan perubahan positif pada kedua penelitian. Hal ini terlihat pada kegiatan berbagi yang dilaksanakan setiap Jumat. Siswa mengimplementasikan nilai sederhana dengan lebih sedikit melakukan pengeluaran di sekolah dan lebih banyak mengalokasikan uang saku untuk bersedekah. Selain itu, pada kegiatan Jumat dan Sabtu Bersih, siswa lebih disiplin dalam melakukan tugas bersih-bersihnya. Siswa juga menunjukkan perubahan positif dalam hal keterlambatan.

Siswa telah mengintegrasikan nilai disiplin di dalam kesehariannya sehingga angka keterlambatan siswa menurun. Perubahan positif lain ditunjukkan dengan meningkatnya kepercayaan diri siswa ketika pelaksanaan ujian dan kompetisi.

Penanaman nilai-nilai antikorupsi melalui storytelling

Penanaman nilai antikorupsi dapat dilakukan melalui storytelling. Metode ini cocok dipakai untuk pembangunan karakter dan penanaman nilai antikorupsi pada anak karena memberikan contoh praktis di dalamnya. Penggunaan metode ini akan membangun imajinasi anak dan memudahkan anak untuk mengaitkan nilai-nilai antikorupsi di dalam cerita dengan kehidupan sehari-hari (Muti, 2021).

Penanaman nilai antikorupsi dengan storytelling dapat diterapkan pada anak-anak KB dan TK. Namun, penanaman nilai antikorupsi di jenjang taman kanak-kanak sendiri belum lazim dan termasuk konsep yang baru. Guru-guru TK pun masih banyak yang belum memahami konsep program penanaman nilai antikorupsi. Oleh karena itu, perlu dilakukan pelatihan untuk pengajar taman kanak-kanak mengenai program penanaman nilai antikorupsi. Program ini dapat menggunakan modul berisi cerita dan permainan mengenai nilai-nilai antikorupsi dalam pelaksanaannya (Ratih, dkk., 2022).

Penanaman nilai-nilai antikorupsi melalui darus

Penanaman nilai-nilai antikorupsi melalui darus telah dijelaskan oleh Al- Fatih (2018). Darus adalah kegiatan mempelajari dan memahami isi al Quran yang biasanya dilaksanakan setelah shalat magrib oleh anak-anak. Kegiatan darus juga meliputi pembahasan nilai-nilai moral di dalam ayat al quran. Anak-anak yang mengikuti darus berasal dari berbagai jenjang pendidikan, mulai dari kelompok bermain KB hingga SMA.

Metode yang digunakan pengajar dalam darus berbeda-beda dan menyesuaikan kemampuan kognitif anak-anak. Untuk fase pertama yang meliputi usia KB, TK, dan SD, pengajar menggunakan media buku bergambar, kartun, permainan edukasi, dan boneka jari. Nilai yang ditekankan pada fase ini adalah kejujuran. Untuk fase kedua yang meliputi anak usia SMP, digunakan kurikulum yang mengintegrasikan nilai empati dan tanggung jawab.  Di dalam fase kedua  ini, pengajar menggunakan media video interaktif dan kelompok diskusi kecil.  Hal yang ditekankan dalam fase kedua adalah kontrol diri karena di usia SMP, anak-anak mulai mencari jati diri. Fase ketiga untuk anak usia SMA  menggunakan kurikulum yang mengintegrasikan nilai-nilai manajerial, kepemimpinan, dan integritas. Pembelajaran di fase ketiga menggunakan metode pemecahan masalah dan menggunakan contoh dari di dunia nyata.

daftar pustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun