psikologis yang merugikan. Namun, tidak jarang orang yang melakukan self-harm terus mendapat cemoohan dan dorongan yang bersifat merusak dari orang-orang di sekitarnya. Hal ini diyakini sebagai akibat dari stigma kuno yang merugikan yang masih beredar.
Istilah self-harm sudah semakin familiar di telinga. Orang-orang mulai memahami apa itu tindakan menyakiti diri sendiri dan mengasosiasikannya dengan keadaanSelf-harm adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk mengatasi stres atau rasa sakit emosional dengan cara menyakiti dan melukai diri sendiri tanpa bermaksud untuk bunuh diri.
Tidak hanya melukai diri dengan menggores pisau ke lengan, self-harm juga sering dilakukan dalam bentuk membiarkan diri kedinginan, tidak memakan apapun, mengentakkan kepala ke dinding, menggigit diri, mengepalkan tangan dan lengan dengan kencang, memukul dinding, dengan sengaja tidak mengobati luka dan menampar wajah, yang frekuensi tindakannya didasarkan pada seberapa stres atau tertekan individu tersebut.
Maraknya Stigma Kuno tentang Self-Harm Berpotensi Memudarkan Empati
Hadirnya stigma diciptakan oleh masyarakat tentang suatu yang terlihat menyimpang ataupun adanya hal aneh yang tak sewajarnya dalam kehidupan ini. Adanya stigma bisa memunculkan penurunan kepercayaan diri, penarikan diri, kehilangan masa depan, bahkan dapat menurunkan empati serta kepedulian orang lain terhadap individu tersebut.
Berikut stigma mengenai self-harm yang paling sering didengar, yaitu:
1. "Orang yang melakukan self-harm sedang mencoba mencari perhatian."
Ironisnya, orang melakukan self-harm secara diam-diam. Mereka tidak sedang mencoba memanipulasi atau menarik perhatian orang lain. Justru, rasa malu dan takut seringkali membuat mereka kesulitan untuk mengaku dan meminta pertolongan.
2. "Orang yang Melakukan Self-Harm adalah Orang Gila dan Berbahaya."
Betul bahwa orang yang melakukan self-harm seringkali didiagnosis dengan gangguan depresi, kecemasan, atau gangguan lainnya. Namun, itu bukan berarti mereka gila atau berbahaya. Self-harm adalah cara mereka untuk mengatasi masalah itu. Menstigma atau melabeli mereka sebagai orang 'gila' dan 'berbahaya' samasekali tidak membantu pemulihan.
3. "Orang yang Melakukan Self-Harm Berarti Ingin Mati."