Mohon tunggu...
Bambang Irawan
Bambang Irawan Mohon Tunggu... -

Lahir di Tuban, Jawa Timur Wiraswasta

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Makna " Ojo Lali, Ojo Dumeh, Ojo Ngoyo" dalam Filosofi Jawa

31 Mei 2014   22:07 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:53 18252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

"Jangan lupakan semua yang berjasa, jangan sombong dan jangan maksa. Ada banyak yang lebih berharga dari pada uang," jelasnya. (ita)

© VIVA.co.id

Dalam berita tersebut diatas saya simpulkan bahwa Ojo lali, ojo dumeh, ojo ngoyodiartikan Jangan lupakan semua yang berjasa, jangan sombong dan jangan maksa, yang menurut saya kurang pas dalam memaknai kalimat Ojo lali, ojo dumeh, ojo ngoyo tersebut.

Siapa yang tidak mengenal sosok Soeharto yang pernah memimpin bangsa ini yang mendapat julukan Bapak Pembangunan di era kepemimpinannya dan tentunya ada maksud dan tujuan dengan menitipkan tiga amanat tersebut kepada Prabowo.

Berikut saya akan sedikit memaparkan dari kalimat Ojo lali, ojo dumeh, ojo ngoyo menurut filosofi Jawa.

OJO LALI ( Jangan Lupa), mempunyai makna bahwa kita tidak boleh lupa akan keberadaan kita didunia ini, dari mana kita berasal, hidup kita untuk apa, apa yang telah kita kerjakan selama hidup didunia ini dan pada akhirnya kita akan kembali menghadap-Nya serta mempertanggunjawabkan apa yang pernah kita perbuat selama hidup di akhirat nanti.

OJO DUMEH ( Jangan Sok ), mempunyai maksud bahwa kita tidak boleh arogan (sok) dalam kehidupan sehari-hari, misalnya sok kuasa atas segalanya, karena diatas kekuasaan yang kita miliki tidak akan pernah abadi, masih ada kekuasaan yang kekal, yang serba MAHA, yaitu TUHAN.

OJO NGOYO ( Jangan Ambisius ), mempunyai tujuan agar kita dalam menggapai suatu cita-cita, harapan dan keinginan tidak boleh terlalu berambisi karena akan merugikan banyak orang termasuk diri kita sendiri, karena akan menempuh berbagai macam cara tanpa memperdulikan dampak dari perbuatan tersebut terhadap orang lain yang pada akhirnya juga akan berimbas pada diri kita sendiri.

“ Urip iku mung sak dermo nglampahi” (Hidup itu hanya sekedar menjalani) kata sesepuh (orang yang disegani dan berilmu tinggi) orang jawa jaman dahulu, yang artinya bahwa hidup kita itu sudah ada yang mengatur yaitu Tuhan Yang Maha Kuasa, sudah digariskan, kita tinggal menjalani dan jangan melanggar garis-garis yang sudah ditetapkan oleh Tuhan kalau kita ingin hidup bahagia dunia dan akhirat nantinya.

Demikian penjelasan saya dan apabila masih ada kekurangan dan kekeliruan saya mohon ma’af  sebesar-besarnya dan tidak mengurangi rasa hormat saya apabila berkenan memberi tambahan masukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun