Mohon tunggu...
Duta Aulia
Duta Aulia Mohon Tunggu... Jurnalis - Pekerja.

Mata dua mulut satu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Peran Masyarakat Keturunan Cina/Tionghoa dalam Pelestarian Kesenian Jawa di Indonesia

20 November 2018   12:06 Diperbarui: 20 November 2018   15:36 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Tempo.co, Wayang Orang Sriwedari.

Hubungan Gan Kam dengan Mangkunegaran sudah terjadi ketika pemerintahan Mangkunegara III, karena leluhur Gan Kam dianggap berjasa oleh Mangkunegara III semasa Java Oorlog (Perang Jawa). Mangkunegara III mengangkat seorang (leluhur Gan Kam) sebagai Temenggung dan seorang lagi dianugrahi tanah di daerah Pajang. 

Tanah di Pajang itu menjadi kompleks makam Islam keluarga Gan. Pada 1895, akhir masa pemerintahan Mangkunegara V, Gan Kam berhasil membawa kesenian wayang orang keluar istana untuk dikomersilkan. Meskipun berhasil mengeluarkan wayang orang dari istana, kesenian wayang orang yang ada di istana tetap berjalan tetapi tidak sering dipentaskan, hanya dalam acara-acara tertentu.

Gan Kam mengubah penampilan dan pementasan wayang orang istana yang disesuaikan dengan keadaan masyarakat urban, karena masyarakat urban tidak suka yang bertele-tele, terlalu terikat oleh berbagai peraturan istana, dan bisa dinikmati kapan saja dengan membeli tiket. Kemudian wayang orang gaya baru dikemas secara khusus dengan durasi pertunjukan yang cukup dua sampai tiga jam saja. 

Dapat dikatakan wayang orang yang dibawa ke luar istana merupakan wayang orang gaya baru. Keluarnya wayang orang dari Istana mendapat respon positif karena banyak penduduk yang ingin menyaksikan dan antusias dengan kesenian wayang orang gaya baru. 

Ketika membuka usaha untuk mekomersialkan kesenian wayang orang Gan Kam menggunakan kekayaannya untuk mengadakan sarana, prasarana, dan untuk menjalankan usahanya. Ia juga mencari penari yang sebagaian besar direkrut dari mantan abdi dalem penari wayang orang Mangkunegaran.

Pertunjukan Wayang Orang Panggung (WOP) kemasan Gan Kam diselenggarakan di bangunan besar yang mampu menampung sekitar 200 penonton. Bangunan itu diperkirakan bekas tempat pembatikan milik Gan Kam yang terletak di sebelah selatan Pasar Singasaren Surakarta. Pementasan dilakukan di atas panggung yang diberi layar, oleh karena itu disebut wayang orang panggung. 

Dalam pementasan wayang orang gaya baru panggung dan tempat penonton berbentuk proscenium, layar depan dilukis dengan gaya alami untuk menggambarkan istana, hutan, candi, jalan, alun-alun, dan lain-lain. Penonton duduk menghadap secara frontal ke arah panggung berlayar. Tempat duduk penonton terpisah dengan panggung yaitu dipisahkan oleh panggung itu sendiri atau seperangkat gamelan yang biasanya ditata pada tempat di antara panggung dan penonton. 

Bentuk panggung proscenium yang digunakan Gan Kam untuk mementaskan wayang orang tersebut tidak berbeda dengan panggung proscenium Barat. Gaya seni pertunjukan wayang orang yang meniru bentuk seni pertunjukan Barat terinspirasi dari rombongan-rombongan sandiwara Bangsawan atau Komedi Stamboel yang mengadakan pertunjukan keliling Jawa.

Keberhasilan Gan Kam membuat wayang orang gaya baru membawa dampak positif bagi perkembangan kesenian wayang orang. Banyak pemilik modal membuat grup-grup wayang orang seperti milik Gan Kam. Sebagai contoh adalah Wayang Orang (WO) Sedya Wandawa yang didirikan oleh Lie Sin Kwan atau Bah Bagus yang melakukan pementasan di kota-kota sekitar Surakarta, seperti Kartasura, Boyolali, Klaten, Sragen, dan kota-kota kecil lainnya. 

Anak Bah Bagus, Lie Wat Djien atau W.D. Lie bersama Mangkunegara VII mengadakan pergelaran wayang orang di Sono Harsono yang kemudian dikenal dengan WO Sono Harsono. Kemudian adik Bah Bagus Lie Wat Gien mendirikan WO Saritama, Yap Kam Lok mendirikan WO Srikaton, dan seorang Belanda bernama Reunecker juga mendirikan WO Reunecker yang melakukan pementasan di Surakarta. 

Tidak hanya itu, awal 1900 WO Sriwedari berdiri di Taman Hiburan Sriwedari Surakarta. Awalnya WO Sriwedari berdiri karena ada perintah dari Keraton Surakarta. Namun, pada 1 Juni 1946 hak-hak istimewa para raja Surakarta di luar tembok istana secara resmi dihapuskan oleh permerintah yang berdampak pada WO Sriwedari sudah tidak di bawah kuasa Keraton Surakarta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun