Filosofi Pratap Triloka Ki Hajar Dewantara Ing Ngarso Sungtulodo IngMadyo Mangunkarso Tut Wuri Handayani Jika dikaitkan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin maka dapat diartikan bahwa, Pemimpin harus tahu posisinya dan tahu bagaimana mengambil sikap.
Ing Ngarso SungTulodo saat didepan memberi tauladan, artinya seorang pemimpin seharusnya adalah orang yang idealis (konsisten antara perkataan dengan perbuatan), peka dalam mengambil hikmah, Open Minded orang yang sangat terbuka dalam melakukan pembaharuan, seorang pemimpin sejati adalah Pelopor, Perintis dan Pionir. Contohnya saat ini, Saat Kurikulum perlu diubah secara revolusioner dalam rangka transformasi pendidikan Indonesia maka Pemimpin berdasarkan Filosofi Ing Ngarso Sungtulodo harus menjadi pelopor dalam melakukan (mengimplementasikan) Perubahan Kurikulum. Pentingnya wawasan yang luas dan pengetahuan yang universal akan berimbas pada visi dan bagaimana ia mengambil keputusan (skala prioritas). Pratap pertama dalam triloka ini jika dikaitkan dengan semboyan guru penggerak adalah : Tergerak dan Bergerak.
Ing Madyo Mangun Karso ditengah memberi gagasan atau ide. Dengan modal materi 3 Prinsip, 4 Paradigma dan 9 Langkah dalam pengambilan keputusan. Kita sebagai pemimpin telah memilki sedikit bekal untuk mengambil keputusan atau memberikan gagasan dan ide saat ditengah masalah. ketika pemimpin berada ditengah-tengah anggotanya maka pemimpin tersebut harus mampu memberikan gagasan atau ide agar komunitas yang dipimpinnya dinamis dan terus maju memperjuangkan tujuan bersama. Dalam hal ini pentingnya jiwa Inovatif dan kreatif dari seorang pemimpin.
Tut Wuri Handayani, Dibelakang memberikan dukungan. Saat ia berada dibelakang, Seorang pemimpin akan berikan dukungan, semangat dan do’a. Pemimpin adalah motivator, orang yang mampu Menggerakan.
Pemimpin yang baik, senang membersamai orang-orang yang dipimpinnya.
Nilai-nilai yang tertanam dalam diri mempengaruhi pengambilan keputusan, baik dalam situasi dilema etika benar lawan benar) maupun bujukan moral benar lawan salah). Prinsip yang digunakan dalam mengambil keputusan yang mengandung situasi dilema etika dipengaruhi oleh nilai-nilai yang diyakini. Seseorang yang memprioritaskan nilai kebersamaan akan memiliki keputusan yang berbeda dengan seseorang yang memiliki prioritas nilai kebajikan kedisiplinan misalnya.
Dengan menyadari bahwa apapun yang kita lakukan, kelak akan dimintai pertanggungjawaban, maka nilai loyalitas, kejujuran dan integritas akan tergambar dalam keteladanan dalam setiap keputusan yang diambil.
Saat ini, yang perlu dilakukan seorang pemimpin adalah belajar beradaptasi dengan baik. Sebuah Prasa “Dimana bumi dipijak disitu Langit dijunjung” yang artinya, saat kita menjadi “orang Baru” disuatu tempat, penting untuk menjadi pengamat, dan pendengar yang baik sebelum kita nanti membuka mulut dan membuka diri. Terkait Sikap kepemimpinan Among penting bagi seorang pemimpin untuk fokus menebalkan kelebihan dan menonjolkan potensi yang dimiliki sumber daya yang dipimpinnya, alih-alih mengeluhkan atau meremehkan kekurangan sumber daya tempat baru tersebut.
Pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kami, sangat relate dengan Pengambilan keputusan terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah diambil.
Proses pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan Coaching merupakan ketrampilan yang sangat penting dalam menggali suatu masalah yang sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. Dengan langkah coaching TIRTA, kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan masalah secara sistematis. Konsep coaching TIRTA sangat ideal apabila dikombinasikan dengan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil.
Kematangan kompetensi sosial emosional seorang pemimpin akan sangat terlihat dalam pengambilan keputusan yang mengandung dilema etika (benar vs benar). Dalam hal ini pemimpin akan dapat memilih antara 3 hal penting : regulasi, policy atau wisdom dalam setiap keputusan yang akan diambil.
- Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?