Mohon tunggu...
Durrotun Nafisah
Durrotun Nafisah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa s1 universitas negeri surabaya

belajar berkarya melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Karakter, Kunci Hadapi Era Digital

29 November 2021   18:11 Diperbarui: 29 November 2021   19:28 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

pendidikan karakter menjadi kompetensi yang sangat penting di era digital, sedangkan era digital sendiri merupakan kunci utama pada era revolusi industry 4.0. Penerapan pendidikan karakter pada era millenial saat ini bertujuan agar generasi penerus bangsa mempunyai perilaku, moral, dan akhlak yang baik. 

Untuk itu peran keluarga, sekolah dan masyarakat sangatlah penting agar dapat menciptakan generasi yang bermoral dan berakhlak mulia. Namun, saat ini ada banyak dampak negatif pada berkembangnya pendidikan karakter di era 4.0, dampak negatif tersebut muncul baik dari segi pendidikan, sosial, budaya, politik, dan ekonomi seperti : informasi yang tak bisa terkendali, bahaya kasus criminal, pelecahan seksual, data pribadi terekam, merosotnya nilai moral dan lain sebagainya.

pendidikan karakter adalah jawaban dari permasalah permasalahan yang ada, bisaa dikatakan pendidikan karakter sebagai kunci menghadapi era digitalisasi. Ada beberapa cara yang efektif untuk untuk meminimalisir dampak negatif di era digital  namun dengan catatan cara ini perlu dijalankan, didukung dan dibantu oleh semua pihak, baik pemerintah masyarakat,  maupun keluarga. 

Pertama,  penanaman pendidikan karakter sejak dini. Orang tua adalah tokoh idola dikeluarga sosok pahlawan yang penuh kasih sayang. Dengan demikian upaya untuk menghasilkan generasi emas akan dengan mudah dilaksanakan. 

Orang tua memiliki peranan sangat penting dalam penanaman dan penguatan karakter. Hal ini merupakan pondasi awal untuk menjadi pribadi yang baik dalam menjalankan nilai nilai moral maupun agama.

Kedua, model parenting model immun selfer. Melalui model parenting imun dan  pendekatan kasih sayang dan penyadaran diri, anak mempunyai filter dan imun ketika tidak berada disekitar orang tua. Sejak dini orang tua menanamkan nilai selektif diri pada anak misalnya mengenai mana informasi berasal, apakah informasi tersebut benar dan pantas. Apasaja hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

Ketiga, pendidikan dan penanaman nilai agama salah satunya yaitu pendidikan akhidah akhlak dengan disertai contoh konkret yang mereka saksikan di lingkungan keluarga maupun masyarakat sekitar. 

Sesuatu yang saksikan akan masuk pemikiran anak, sehingga penghayatan mereka didasari dengan kesadaran rasional. Melalui pengalaman yang utuh melalui pengamatan, mendapat penjelasan, dan mengalaminya maka menjadi mudah dalam menanamkan nilai akhlak dan karakter.

Keempat, yaitu melalui penyuluhan atau sosialisasi. Melalui proses sosialisasi maka seseorang dapat memahami dan menjalankan hak dan kewajibannya berdasarkan peran status masing-masing sesuai budaya masyarakat. 

Dengan kata lain, individu mempelajari dan mengembangkan pola-pola perilaku sosial dalam proses pendewasaan diri. Dengan begitu, nilai, norma, dan kepercayaan tersebut dapat dijaga oleh semua anggota masyarakat. 

Sosialisasi  ini diharapkan didukung dan diselenggarakan oleh pemerintah, organisasi, pendidikan formal maupun nonformal dll. Contohnya seperti sosialisasi berita hoax, berbahayanya situs pornografi.  Pencegahan radikalisasi SARA, sosialisasi kepada orang tua tentang dampak negatif internet, dll.

Kelima, penetapan aturan dan sanksi yang jelas.  aturan bisa berupa aturan tertulis dan aturan tidak tertulis. Aturan dan sanksi yang jelas dapat menjadi factor pendukung dalam penguatan karakter. 

Aturan dan sanksi yang jelas merupakan aturan yang harus dilakukan dan dilaksanakan dengan mutlak, siapapun yang melanggar harus dikenakan sanksi. Disetiap lingkungan  memilki aturan dan sanksi berbeda-beda. Contoh aturan dan sanksi di sekolah akan berbeda dengan aturan dan sanksi di rumah.

Keenam, inovasi tentang edukasi pendidikan karakter melalui platfrom media sosial. Tak dipungkiri, media sosial merupakan kebutuhan semua kalangan, sehingga dengan memberikan edukasi pendidikan karakter adalah satu cara yang tepat terutama bagi milenial untuk menanamkan dan memberitahu tentang karakter.

Dengan cara tersebut dapat dijadikan acuan sebagai solusi untk meminimaalisir dampak di era digital karena masyarakat sudah mempunyai pendidikan karakter yang kuat, serta norma dan niai yang dijadian pedoman. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun