"iya...aku marah padamu. Kamu gak tau apa yang aku rasakan ketika kamu gak ada, aku kelaparan,aku kesepian" jawab gadis itu tangannya pun mengusap telinga yang menawan.
"Hemm...izinkan aku menjelaskan." pinta lelaki itu dengan mimik mulai membiru.
"Baik, silahkan" jawab gadis itu.
"Kemaren pagi hingga sore hari. Babah pergi ke sawah. Seharusnya Babah siang hari sudah pulang menemanimu makan, akan tetapi Pak Iwan memintaku membantu menghalau burung-burung pemakan padi hingga petang. Babah tak bisa menolak, sebab Pak Iwan menjanjikan segelas padi padaku. Dan akupun menyanggupinya dengan segenap tenaga kesana kemari berjalan dipematang sawah yang luasnya tak karuan. Ketika petang Babah berjalan pelan, di simpang jalan Babah menemukan saudaramu. Kedinginan, kelaparan dan menunggu saudaranya yang mati. Itu saudaramu sedang tertidur di balik tungku." tangannya pun menunjuk ke arah tungku.
Kepala gadis itu pun mendongak dan maju selangkah.
"Kamu tau kenapa Babah lama?" tanya lelaki itu.
Gadis itu hanya menggeleng.
"Babah menunggu Ibu dari saudaramu ini, menit berganti jam Ibunya tak kunjung datang. Dan Babahpun kebingungan harus menguburkan saudaramu yang sudah mati. Babah menggali dengan sepotong kayu hingga beberapa senti. Babah sebenarnya keki dengan orang yang dengan meninggalkan saudaramu ini. Akan tetapi masih untung saudaramu tak juga mati."
menundukan wajah haru.
Tak berapa lama gadis kecil itu berlari kepangkuan lelaki itu.
"Meonnggg....maafkan aku Babah yang sudah bersikap kurang baik" pinta gadis itu dengan mimik manisnya.
"Iya gak apa-apa, Babah juga minta maaf sudah membuatmu menunggu dan kamu kelaparan." tangan yang kasar itu mengelus kepala dan tubuh gadis itu dengan lembut.
"Meongg...aku sayang Babah" kepalanya digesek-gesekan ditangan legam.