Hal diatas dirasakan oleh salah satu bisnis owner yang diwawancarai untuk artikel ini yaitu bisnis owner yang bergerak di bidang fashion untuk acara yang besar seperti pernikahan, tunangan dan acara acara formal yang mengharuskan memakai dress atau gown.Â
Bernama El Galeri yang didirikan olehLaili Djalil dan berdiri sejak 2014 dan pada tahun 2018 memiliki offline store di Kota Malang. Secara keseluruhan, bisnis yang dijalankan dengan sistem online. Maka dari itu, pada saat pandemi Covid melanda Indonesia, tidak merasa kesulitan untuk mempelajari lebih banyak terkait online market.Â
Hal yang dirasakan pada industri mode yang menjadi narasumber yaitu terkait proses produksi yang berkurang dikarenakan minimnya minat dan berkurangnya acara yang mengharuskan memakai gown atau dress karena adanya social distancing. Hanya saja industri mode ini memperluas jaringan market seperti menggunakan marketplace dan juga sosial media lain untuk mempromosikan barang yang dijual.
Tidak adanya penurunan yang drastis pada pendapatan beberapa industri dikarenakan beberapa industri mode terutama yang menjadi narasumber pada artikel ini mengatakan bahwa adanya perputaran atau membuat inovasi terkait barang yang di tampilkan menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Dikarenakan sedikitnya acara yang menggunakan dress atau gown untuk acara pernikahan, owner berinovasi dalam penurunan harga seperti diskon dan membuat beberapa dress yang tidak terlalu mewah dan bisa dipakai di segala acara.
 Selain itu, dalam pemasaran, owner memberikan inovasi seperti membuat masker yang pada saat pandemi memang diperlukan oleh masyarakat. Inovasi yang dilakukan ini guna untuk menstabilkan industri agar tetap bertahan saat pandemi.
Dampak yang dirasakan oleh industri mode selanjutnya yaitu sistem teknologi yang semakin canggih dan juga pemasaran melalui media online. Sebelum adanya pandemi Covid ini, kebanyakan industri mode memasarkan tidak langsung terjun lebih banyak terhadap teknologi atau seperti penjualan online.Â
Berkembangnya teknologi digital juga memudahkan setiap industri mode dan desain dalam memasarkan produk yang ditawarkan. Pembatasan sosial menyebabkan banyak toko tutup, baik itu total selama pandemi maupun pengurangan jam operasional. Hal ini mendorong masyarakat untuk beralih ke sistem belanja daring. Selain itu, kewajiban untuk tinggal di rumah juga menjadi faktor pendorong kenaikan transaksi daring.
Berbelanja secara daring semakin banyak dilakukan oleh masyarakat dikarenakan lebih mudah dan tidak perlu datang untuk meluangkan waktu dalam berbelanja.Â
Sampai sekarang di tahun 2023 tidak sedikit akun akun sosial media yang memanfaatkan adanya berjualan secara daring atau online. Masyarakat yang sebelumnya masih sangat bebas dalam hal berbelanja secara offline melihat produk secara fisik, kemudian dihadapkan oleh pandemi yang mengharuskan stay at home membuat masyarakat sudah terbiasa untuk berbelanja secara online.
Selain adanya tantangan dan peluang bagi industri mode setelah adanya pandemi covid ini, pengurangan karyawan menjadi salah satu faktor yang cukup menjadi hal penting disini dikarenakan menurunnya omset dari belanja secara fisik yang dapat mengakibatkan menurunnya penjualan dan tidak dapat pemasukan untuk perusahaan atau industri.Â
Namun pada industri mode yang pada artikel ini menjadi narasumber, tidak memberlakukan adanya pengurangan karyawan hanya saja tidak menambah atau merekrut karyawan baru dikarenakan masih minimnya omset dan perubahan sistem pemasaran. Hal yang dilakukan sebuah industri mode untuk bertahan saat pandemi sampai berakhirnya pandemi ini merupakan sebuah inovasi yang kreatif dan bergerak cepat untuk tidak tertinggal.