Menguak Fenomena Lavender Marriage di Tengah Isu Perceraian Sherina Munaf dan Baskara Mahendra
Kabar mengejutkan datang dari pasangan selebritas Sherina Munaf dan Baskara Mahendra yang baru saja dilaporkan menggugat cerai.
 Gugatan ini telah terdaftar di Pengadilan Agama Jakarta Selatan pada 16 Januari 2025.
Pasangan yang menikah pada November 2020 ini mendadak menjadi bahan perbincangan publik, terutama karena spekulasi tentang adanya lavender marriage di antara mereka.
Lavender marriage adalah istilah yang merujuk pada pernikahan heteroseksual yang bertujuan untuk menutupi orientasi seksual non-heteroseksual salah satu atau kedua pasangan.
Istilah ini memiliki sejarah panjang dan sering kali muncul dalam perbincangan tentang selebritas atau individu yang hidup di bawah sorotan publik.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Jacklin S. Manafe dan tim dari Universitas Nusa Cendana, fenomena lavender marriage mencerminkan upaya untuk menyesuaikan diri dengan norma sosial yang heteronormatif.
 Dalam masyarakat yang cenderung memandang pernikahan heteroseksual sebagai kewajiban, individu yang memiliki orientasi seksual berbeda sering kali merasa tertekan untuk menjalani pernikahan semacam ini demi menjaga status sosial atau reputasi.
Mengapa Lavender Marriage Terjadi?
Tekanan sosial dan ekspektasi keluarga menjadi alasan utama lavender marriage masih terjadi di berbagai kalangan.
Sebuah masyarakat yang konservatif, seperti di Indonesia, sering kali menganggap pernikahan sebagai cara untuk mempertahankan kehormatan keluarga.
 Selain itu, pasangan lavender marriage juga sering dihadapkan pada tekanan agama dan budaya yang tidak mengakomodasi keberagaman orientasi seksual.
Sherina dan Baskara: Apakah Ini Lavender Marriage?
Meski kabar perceraian Sherina dan Baskara belum dikonfirmasi terkait motif atau alasan pastinya, warganet tak sedikit yang berspekulasi bahwa hubungan mereka hanyalah sebuah "pernikahan kenyamanan."
Spekulasi ini mencuat karena pasangan ini terlihat sangat menjaga privasi kehidupan rumah tangga mereka.
Namun, penting untuk dicatat bahwa lavender marriage tidak bisa dibuktikan tanpa pengakuan langsung dari pihak-pihak terkait.
Spekulasi seperti ini, meski menarik, sering kali mengaburkan masalah sebenarnya yang dialami oleh pasangan yang memilih untuk berpisah.
Dampak Lavender Marriage pada Kesehatan Mental
Seperti yang diungkapkan dalam artikel oleh Jacklin S. Manafe, individu yang menjalani lavender marriage sering kali mengalami tekanan emosional dan psikologis yang berat.
Hidup dalam dualitas identitas, antara identitas publik dan pribadi  dapat menyebabkan perasaan frustrasi, alienasi, dan krisis identitas.
 "Lavender marriage menciptakan tekanan psikologis yang signifikan, karena individu harus terus-menerus memantapkan peran mereka di hadapan publik," tulis Manafe.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI