Mohon tunggu...
Rois Said
Rois Said Mohon Tunggu... -

hidup adalah proses

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Doa Istri Pencemburu

4 Desember 2012   03:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:13 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti kebiasaan sehari-hari, begitu Reyhan bangun di tengah malam, Netty pun langsung terjaga. Sementara Reyhan masuk ke kamar mandi untuk bersih-bersih badan sekaligus mengambil air wudlu, Netty akan mengecek ponsel suami, menyiapkan minum air putih dan teh hangat, hingga menggelar sajadah dan menaruh perlengkapan salat lainnya.

Ketika Reyhan sudah selesai menyucikan diri di kamar mandi, ia pun dengan senyum tulus mengucapkan terima kasih kepada istri yang sangat dicintainya itu. Reyhan pun akan dengan setia menunggu istrinya menyucikan diri,untuk kemudian bersama-sama menjalankan salat tengah malam. Sebuah kehidupan yang sangat indah dari pasangan suami-istri yang ganteng dan cantik.

Selesai menjalankan salat dan berdoa bersama-sama, biasanya mereka duduk-duduk sambil minum teh sebelum kembali ke peraduan. Namun, sudah beberapa minggu ini Netty selalu menyilakan Reyhan untuk lebih dulu tidur dan membiarkan dirinya untuk meneruskan berdoa. “Ada doa spesial…” begitu kata Netty kepada suaminya. Reyhan pun selalu tersenyum bangga melihat perubahan besar yang terjadi pada istrinya itu. Perubahan besar? Ya, dulu sebelum pacaran dengan Reyhan, Netty sangat jarang sekali beribadah. Namun sejak mulai dekat dan hingga akhirnya menikah dengan pria ganteng dan kaya raya ini, Netty langsung berubah 180 derajat. “Terima kasih Ya Allah, Engkau telah karuniakan kepadaku istri yang saleha,” begitu selalu ucapan batin Reyhan sebelum meninggalkan istrinya berdoa di atas sajadah.

Sepeninggal Reyhan, Netty langsung menengadahkan tangan memohon kepada Tuhan.

“Ya Allah… tolong… jika suamiku meninggal nanti… hiks… jangan Kau masukkan dia ke dalam surga-Mu ya Allah… hiks…” Netty pun menitikkan air mata.

Tiba-tiba saja.. Jreeeng! Muncul sesosok Malaikat dengan wajah yang terlihat heran sekaligus kurang senang. Netty terperanjat karenanya.

“Oh, si..siapa kamu?” tanya Netty gugup.

“Saya Malaikat.”

“Ya Allah… saya senang sekali, ternyata doa-doaku didengar Allah hingga Dia mengirim Malaikat untuk langsung menemuiku…”

“Jangan Ge-eR dulu. Saya datang sendiri, bukan diutus sama Allah.”

“Oya? Emh, tapi..doaku udah disampaikan sama Allah kan, Om Malaikat?”

“Belum.”

“Kok belum? Doa saya kan ikhlas dan datang dari lubuk hati yang paling dalam.”

“Justru itu! Saya jauh-jauh datang ke sini, karena heran sama kamu! Kok sebagai istri kamu selalu berdoa supaya suamimu nggak masuk surga. Ini udah minggu keempat lho kamu memanjatkan doa yang sama. Aneh! Ini luar biasa aneh!”

“Ya, memang begitu, Om Malaikat… saya sangat nggak rela kalo suami saya masuk surga.”

“Kenapa? Suamimu itu sangat layak masuk surga! Rajin ibadah, rajin sedekah, sayang sama fakir miskin dan anak yatim… “

“Apa? Jadi dia juga sayang sama fakir miskin dan anak yatim? Berarti suamiku bohong dong sama saya! Dia bilang cuma saya yang dia sayangi, tapi ternyata… (marah) Om, doa saya makin yakin, JANGAN MASUKKAN DIA KE DALAM SURGA, Om!”

“Iya tapi alasan konkret kamu apa???” tanya Malaikat geregetan.

“Om lihat aja, sama fakir miskin aja dia sayang, apalagi nanti di surga yang banyak bidadarinya. Dia pasti akan sayang juga sama bidadari dan nyuekin saya sebagai istri setianya… Saya nggak rela Om! Nggak rela! Cuma saya satu-satunya wanita yang berhak memiliki dia! Nggak fakir miskin, nggak anak yatim. Apalagi bidadari!”

Malaikat cuma bisa mingkem, speechless

“Ane kagak bisa ngomong dah…” batin Malaikat.

#Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama dan kebiasaan, itu hanya sebuah kebetulan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun