Mohon tunggu...
Durjono Wisonggeni
Durjono Wisonggeni Mohon Tunggu... -

Melawan Durjono

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menelusuri Sauna Plus-plus

21 Desember 2014   19:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:48 4196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_342439" align="aligncenter" width="438" caption="Ilustrasi (Dok Vivanews)"][/caption]

Membicarakan masalah bisnis esek-esek tak akan habisnya. Pelaku bisnis haram ini tersebar di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, Yogyakarta, Palembang maupun lainnya.

Penulis pun ingin mengetahui sauna plus-plus yang berada di Jakarta. Pihak Pemda membiarkan karena ada ijinnya. Selain itu pelaku bisnis sauna plus-plus memberikan uang keamanan kepada oknum aparat baik baju coklat maupun doreng.

Wilayah Jakarta Utara sekitar Mangga Besar terkenal dengan wisata syahwat. Tak jarang para pejabat dari luar kota jika berdinas ke ibukota mampir. Ada juga pengusaha maupun eksekutif muda. Bahkan kalangan mahasiswa tentunya dari kalangan atas.

Padahal banyak yang mengkritik bisnis haram itu terutama melibatkan anak-anak remaja karena bisa dianggap kekerasan seksual terhadap anak. Ada wacana untuk melakukan pengkebirian pelakunya.  Baca di sini

Lokasi
Di sisi badan jalan Gunung Sahari Raya, membentang sebuah aliran sungai yang lebarnya lumayan luas, mengikuti jajaran jalan tersebut. Di seberangnya, berderet-deret bangunan berdiri dengan megahnya.

Di antaranya berdiri bangunan mewah gaya spanyol didominasi warna krem. Belakangan diketahui bangunan itu tak lain adalah pusat kebugaran PS. ‘Bungkusnya’ yang menonjol adalah fasilitas sauna, meskipun faktanya memberikan layanan plus-plus berbuntut transaksi seks. Prakik seperti itu sudah bukan barang baru lagi di Jakarta.

Hampir di tiap sudut Jakarta bisa ditemui, mandi uap atau lebih populer dengan sebutan sauna ini. Mulai di tempat kebugaran berkelas seperti di hotel berbintang, gedung perkantoran mewah hingga di panti pijat, mandi uap sudah dikonsumsi menjadi ‘paket’ kebutuhan sehari-hari.

Bahkan salon-salon kecantikan, banyak diantaranya yang dilengkapi dengan sauna hingga spa. Rata-rata tempat tersebut, memiliki ruangan yang nyaman, hangat dan eksklusif hingga membuat konsumennya yang rata-rata kalangan berkocek tebal jadi kerasan.

Anehnya, tempat-tempat tersebut tetap melayani konsumen wanita. Tentu saja, dengan tidak bermaksud mengganggu privacy langganan pria, tempatnya didisain terpisah. Sehingga mereka yang ingin mendapatkan layanan plus lancar-lancar saja.

Hal itu nampak terjadi di PS. Sebenarnya PS bukan tempat ‘hiburan’ baru alias saat Jakarta ‘banjir’ panti pijat, pub maupun klub malam di tahun 1980-an, keberadaannya telah memberi ‘warna’ tersendiri.

Tidak hanya sauna plus yang ditawarkan, namun aktivitas serupa, seperti spa, body massage makin melengkapi gemerlapnya PS. Tentu saja ini menjadi ladang buruan para laki-laki yang tidak sekedar ingin tampil ‘bugar’, namun juga ingin mencicipi nikmatnya gadis-gadis muda yang rata-rata cantik menggiurkan. Mereka adalah aset –bahasa halus untu sebutan barang dagangan—di PS.

Meskipun kejayaannya beringsut loyo alias mulai kalah mewah dibanding tempat kebugaran di hotel-hotel berbintang, PS memiliki daya tarik tersendiri. Dengan interiornya yang didisain klasik, dan tata lampu yang cenderung temaram, membuat lokasi ‘merah’ itu memiliki pasar tersendiri.

Di siang hari, terutama di saat jam istirahat kantor, tempat ini mulai ramai pengunjung. Apalagi pada hari libur. Pengunjungnya rata-rata laki-laki paruh baya alias om-om yang notabene berkocek dobel. Namun demikian tak sedikit pemuda kalangan eksekutif.

Suasana nyaman sangat terasa. Setelah melewati pintu masuk, sebuah bangku bar berbentuk sofa untuk tempat ngobrol dan menunggu sudah terpampang. Layaknya tamu tempat kebugaran lain, mereka yang hendak menggunakan fasilitasnya harus membayar sejumlah uang terlebih dulu sebelum mendapatkan pelayanan, cara ini disebut booking room.

Saat melakukan pembayaraan itulah para hidung belang yang datang bisa memilih wanita yang akan ‘mendampingi’ dalam ‘wisata birahi’ di PS. Berbeda dengan panti kesehatan lain yang tamu biasanya memilih nomor atau nama dari foto. Di PS tamu lebih dimanjakan, dengan diberi kebebasan melihat atau bahkan bertemu langsung dengan wanita yang bakal menemani menelusuri ‘lembah’ sauna.

Untuk lebih memuluskan jalannya ‘perburuan’, beberapa Mami –kata lain dari germo-- yang berdandanan modis dan masih terlihat cantik siap membantu para tamu mencari ‘kasur berbulu’ yang hendak dibidik.

Tarif yang dipatok bervariasi. Di PS dikenal dua tipe, standar dan VIP. Model standar maksudnya berwisata seks beramai-ramai, sementara VIP lebih bersifat pribadi. Untuk kelas standar tarifnya sekitar Rp 150 ribu per jam sudah termasuk ‘anggaran’ buat pelayanan satu orang gadis cantik yang akan membimbing pengunjung.

[caption id="attachment_342440" align="aligncenter" width="465" caption="Ilustrasi (Vivanews)"]

[/caption]

Sauna Plus-plus
Pembayaran buking kamar dilakukan diawal transaksi saat membuking kamar. Harga tersebut adalah harga paket. Layanannya, setelah mandi sauna, mereka bisa melanjutklan aktivitas kebugaran lain. Tentu saja tetap dengan ditemani wanita-wanita muda, cantik dan menggairahkan yang telah dibukingnya.

Sementara untuk kamar VIP Rp 250 ribu, angkanya bisa berubah jika ternyata wanita-wanita yang menjadi ‘guide’ mampu memberikan layanan lebih.

Setelah membayar buking kamar dan mendapat teman kencan, tamu digiring seorang petugas untuk masuk ke sebuah ruangan. Di ruangan lumayan besar tersebut terdapat sebuah bak mandi ukuran besar (mungkin lebih mirip kolam renang mini) yang terbagi dua bagian.

Satu bagian tempat mandi air panas, sisanya untuk mandi air dingin. Di ruangan tersebut diperuntukkan bagi mereka yang memilih kelas standar. Jadi untuk pelayanan yang diberikan bercampur dengan pengunjung lain.

Begitu pula memasuki tahap berikut, yakni mandi uap alias sauna. Ditempat ini, pengunjung masih bercampur dengan pengunjung lain. Setelah selesai, baru tahap ‘finishing’ dilakukan. Bila ditahap mandi air panas dan dingin maupun sauna, wanita guide-nya cuma ‘menuntun’ melakukan aktivitas tersebut, diproses akhir ini, mereka langsung turun tangan.

Tahap akhir yang dimaksud adalah proses pijat. Sebuah kamar tak lebih dari 3 x 3 meter telah menunggu. Selembar handuk putih dan beberapa alat persiapan pijat tersedia, diantaranya nampak semacam body lotion.

Wanita yang tadi telah dibuking dengan dandanan super seksi, terbalut busana warna hitam mempersilahkan tamunya rebahan di ranjang bersprei putih. Tanpa dikomando, wanita itu mulai membaluri tubuh tamunya dengan body lotion tadi. Selanjutnya pijatan-pijatan halus dimulai.

Tentu saja, pancingan-pancingan nakal untuk pembangkit birahi dilakukan. Ujungnya, tawarannya adalah paket komplit. Bila itu yang dikehendaki, ujungnya tak lain adalah kepuasan birahi. Inilah yang membuat harga yang dipatok bisa melonjak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun