Kebudayaan dan ekonomi seperti dua sisi dari mata uang yang tak terpisahkan. Mereka berjalan beriringan, membentuk fondasi kemajuan ekonomi suatu bangsa.
 Kebudayaan, pada hakikatnya, mencerminkan interaksi antara cipta, rasa, karsa, dan hasil kolaborasi masyarakat. Proses dan hasil interaksi ini membentuk kekayaan budaya yang tumbuh di Indonesia.
Undang-Undang Nomor 5 tahun 2017 tentang pemanfaatan kebudayaan menegaskan pentingnya memanfaatkan kebudayaan sebagai alat untuk memperkuat ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan dalam mencapai tujuan nasional.Â
Oleh karena itu, peran kebudayaan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi harus dipahami bersama. Terutama di era teknologi digital, di mana penyebaran informasi menjadi alat promosi yang efektif dalam mendorong kemajuan ekonomi dan kreativitas yang menghasilkan produk ekonomi, seperti yang kita kenal dengan istilah industri kreatif.
Industri kreatif mencakup beragam sektor, termasuk periklanan, arsitektur, seni, kerajinan, desain, fashion, seni pertunjukan, dan teknologi. Ini tidak hanya menjadi sumber komersial tetapi juga budaya. Ini menggarisbawahi bahwa industri kreatif adalah bagian integral dari ekonomi kreatif.
Tentu saja, ekonomi kreatif dapat terbentuk melalui faktor-faktor yang mendorong pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam sebuah buku berjudul "Ekonomi Kreatif," karya Sri Hardianti Sartika dan kawan-kawan menyatakan tiga faktor utama yang dapat mendorong kemajuan ekonomi kreatif, yang pertama adalah kemajuan teknologi, kedua, kemajuan sumber daya manusia (tenaga kerja), ketiga pemanfaatan media sosial dalam memudahkan akses komunikasi. Ketiga faktor tersebut menjadi pondasi awal dalam menggerakan ekonomi kreatif.
Di Indonesia, perkembangan ekonomi kreatif telah dimulai sejak tahun 2006 pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Upaya ini terus berlanjut dengan pendirian Indonesia Design Power. Presiden Joko Widodo kemudian mendirikan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) pada tahun 2015. Pada Oktober 2019, nama Kementerian Pariwisata diubah menjadi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, menegaskan pentingnya ekonomi kreatif dalam pengembangan nasional.
Dewasa ini, ekonomi kreatif di Indonesia berkembang pesat, dengan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 7,4 persen atau sekitar Rp. 1.087 triliun. Ini menciptakan lapangan kerja baru dan menjadi dorongan bagi pelaku ekonomi kreatif.
Gerakan ekonomi kreatif telah menyebar ke seluruh provinsi di Indonesia, memanfaatkan sumber daya alam dan budaya setempat. Di provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yang dikenal dengan kekayaan alam timah dan sumber daya lautnya, kebudayaan memainkan peran kunci dalam pengembangan ekonomi.
Di Bangka Belitung, kebudayaan memiliki tiga peran penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi:
Pertama, kebudayaan menjadi daya tarik wisata. Provinsi ini terkenal karena keragaman budayanya dan kerukunan antar suku dan agama. Momen perayaan seperti Cheng Beng atau sembahyang kubur menjadi daya tarik bagi wisatawan, baik lokal maupun internasional. Ini terbukti dengan peningkatan jumlah pengunjung ke Kepulauan Bangka Belitung yang mencapai 80,07 ribu orang pada Maret 2023, naik sebesar 20,30 persen dibandingkan bulan sebelumnya.Â
Hal ini telah menggairahkan sektor pariwisata di Bangka Belitung. Fakta ini terbukti dari data pertumbuhan pariwisata di Kepulauan Bangka Belitung yang disajikan oleh Badan Pusat Statistik. Pada bulan Maret 2023, jumlah tamu yang menginap di hotel bintang di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencapai 39.667 orang. Lebih lanjut, terlihat bahwa jumlah tamu domestik meningkat sebanyak 15,06 persen, sementara jumlah tamu asing melonjak hingga 79,17 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Selain Cheng Beng, tradisi lain seperti Perang Ketupat juga memengaruhi pertumbuhan ekonomi lokal dengan meningkatkan kunjungan wisatawan ke daerah tersebut.
Kedua, kebudayaan dapat menjadi sumber inovasi. Bangka Belitung dikenal dengan produksi timahnya, yang meninggalkan lahan bekas tambang. Anak muda di daerah ini telah menggunakan inovasi untuk mengubah lahan bekas tersebut menjadi objek wisata yang menarik. Kolaborasi dengan teknologi modern dan promosi viral telah membuat objek wisata ini terkenal.
Bangka Belitung memiliki keindahan alam yang luar biasa. Misalnya, terdapat Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Kelayang dan Pulau Lengkuas di Belitung, yang menawarkan pemandangan alam yang memukau. Selain itu, terdapat 17 objek wisata Geopark Belitung yang sudah mendunia sebagai geopark dunia.
Selain keindahan alamnya, Bangka Belitung juga kaya akan kerajinan tangan dan souvenir yang unik. Ada kerajinan pewter timah, kopiah resam, kain cual, dan banyak lagi yang dapat menjadi kenang-kenangan atau oleh-oleh bagi para pelancong.Â
Di bidang seni budaya, Bangka Belitung memiliki tari taber, tradisi buang jong, musik dambus yang mengundang orang untuk menari, perang ketupat yang unik, dan budaya nganggung yang sarat makna, serta banyak lagi seni budaya lainnya yang akan memberikan pengalaman tak terlupakan bagi para pelancong.
Bagi pecinta sejarah, Bangka Belitung memiliki museum timah seperti di Pangkalpinang dan Mentok yang dikelola oleh PT Timah Tbk. Ada juga pusat kerajinan timah atau pewter, di mana para pelancong dapat mencari souvenir yang terbuat dari timah dengan ciri khas tersendiri, seperti kerajinan kapal layar dan kereta sorong eksklusif.
Namun, tantangan berikutnya adalah bagaimana mempertahankan dan mengembangkan objek wisata ini agar tetap menarik. Promosi dan informasi harus disebarkan secara masif, melibatkan berbagai pihak melalui berbagai wadah seperti pameran nasional dan internasional.Â
Penyebaran informasi terkait objek wisata dan kuliner khas Bangka melalui media sosial juga perlu ditingkatkan untuk menjangkau seluruh lapisan masyarakat, termasuk pembuatan video yang menggambarkan keindahan pulau Bangka.
Ketiga, kebudayaan dapat berperan dalam meningkatkan citra daerah. Pelayanan yang berkualitas dan citra positif akan mendorong kunjungan berulang, bukan hanya kunjungan sekali saja. Pemerintah dan instansi terkait harus memberikan perhatian khusus terhadap fasilitas yang berhubungan dengan objek wisata. Ini mencakup perbaikan sarana jalan, peningkatan keamanan, menjaga kebersihan tempat wisata, serta menjalankan pusat informasi wisata yang berfungsi optimal di bandara atau lokasi sekitarnya. Fasilitas publik lainnya juga harus ditingkatkan untuk menciptakan kenyamanan dan membuat wisatawan betah berlama-lama di Bangka Belitung.
Selain itu, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di Bangka Belitung, pemerintah dan instansi terkait perlu memberikan kemudahan bagi para investor di bidang pariwisata. Ini termasuk penyediaan informasi yang mudah diakses, perizinan yang efisien, dan administrasi yang memudahkan para investor dalam melakukan investasi untuk kemajuan ekonomi Bangka Belitung.
Tantangan yang dihadapi Bangka Belitung dalam mendorong kebudayaan untuk pertumbuhan ekonomi termasuk harga tiket yang tinggi, yang membuat daerah ini kurang bersaing dengan destinasi wisata lain yang lebih terjangkau. Solusi dapat melibatkan pemangku kepentingan untuk menekan harga tiket dan mempromosikan Bangka Belitung sebagai tujuan wisata yang unik dan menarik.
Dengan sinergi antara kebudayaan dan industri kreatif, Bangka Belitung memiliki potensi untuk terus tumbuh dan berkembang sebagai destinasi wisata yang menarik dan berkelanjutan.
Jika anda telah sampai pada tulisan ini, salam hangat dari Dupi Nadila di Bangka Belitung, Terima kasih telah membaca hingga akhir, sampai bertemu di tulisan selanjutnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H