Mohon tunggu...
Liese Alfha
Liese Alfha Mohon Tunggu... Dokter - ❤

Bermanfaat bagi sesama Menjadi yang terbaik untuk keluarga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bucin, Bukti Cinta Atau Kekerasan?

1 Desember 2019   15:11 Diperbarui: 1 Desember 2019   15:14 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Choosing Your Husband is Also Choosing Your Future

Untuk yang saat ini merasa sangat cinta dengan pacarnya, namun ternyata kalian mengalami kekerasan, Speak up, please. Kamu harus berani keluar dari siklus kekerasan yang ada kamu di dalamnya. Ingat siklus kekerasan: Kekerasan terjadi-minta maaf-periode tenang, bulan madu-ketegangan muncul, konflik-Kekerasan terjadi lagi. Akan begitu terus. Kamu harus berani bicara, kumpulkan bukti, minta bantuan. Bisa konseling.

Pelaku kekerasan biasanya adalah korban kekerasan di masa lalu, jadi hal pertama yang harus mereka lakukan adalah konseling perilaku. Dia tidak akan berubah selagi tidak ada motivasi yang kuat dalam dirinya sendiri. Dan ingat, jangan sok menjadi pahlawan dalam kehidupan seseorang. "Kasian mba, siapa tahu dia akan berubah karena saya" No! Bukan begitu cara kerjanya. 

Mba Diana dari Biro Psikologi Lentera Jiwa menyebutkan ciri-ciri laki-laki yang kemungkinan akan menjadi pelaku kekerasan, yaitu punya latar belakang sebagai pelaku, jadi sebelum memutuskan bersama, tidak ada salahnya untuk tahu bagaimana dan adakah sejarah tindak kekerasan dalam hidupnya. Biasanya pelaku kekerasan cenderung tidak memberi ruang kepada pasangan untuk memberikan pendapat dan memiliki masalah dalam pengendalian emosi.

Dan untuk yang berpotensi korban adalah mereka yang berasal dari keluarga yang pernah mengalami "abuse", hilangnya figu ayah dalam tumbuh kembangnya dan kurang asertive dlm menyampaikan pendapat.

Elemen Cinta Produktif

Jadi, apakah setiap orang yang merasakan cinta itu disebut Budak Cinta? Oh tentu tidak!

Mereka yang melakukan apapun atas nama cinta untuk pasangannya tanpa merasa sakit, tanpa adanya perubahan dalam kesehariannya, tidak ada ketakutan berlebih ketika berhadapan, melakukannya dengan senang hati, apa yang dilakukan membuat perasaan bersama menjadi tambah nyaman. tambah sayang, melakukannya tanpa terpaksa dan kepatuhan dalam batas wajar, bisa didiskusikan dan semua dilakukan atas dasar peduli, hormat, tanggung jawab dan egaliter, maka itulah cinta yang produktif.

Cinta jenis inilah yang harus diusahakan dalam hubungan. Jadi, jangan mau jadi BUCIN-Budak Cinta.

kompal-5b5fe4c45e13734d04791cd2-5ca708853ba7f76bdf03d7d4.jpg
kompal-5b5fe4c45e13734d04791cd2-5ca708853ba7f76bdf03d7d4.jpg

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun