Sedangkan pada trimester awal, ibu hamil akan lebih sensitif terhadap rasa pahit, sebagai bagian dari mekanisme perlindungan terhadap makanan yang bisa membahayakan pertumbuhan janin. Fase sensitif ini akan menurun pada trimester ketiga.
Unik banget kan ya, tubuh ibu hamil itu.
3. Efek psikologi; menurut Deborah Bowen, PhD, profesor ilmu kesehatan masyarakat di Fred Hutchinson Cancer Research Center, bahwa ngidam hanyalah hasil dari pikiran ibu tentang saran-saran yang didengarnya selama hamil. Saran ibu hamil harus banyak makan, banyak minum, minum susu dan sejenisnya akan memacu keinginan ibu hamil, apa yang terlintas itulah yang diinginkannya. Teori ini menurut saya lebih bisa diterima.
Sah-sah saja juga ibu hamil beralasan ngidam agar dituruti kemauannya. Toh, pada saat hamil ibu hamil memang butuh perhatian lebih. Perasaan senang karena dituruti ngidamnya bisa jadi akan memberikan "energi positif" bagi perkembangan jabang bayi.
Yang perlu diperhatikan memang ngidamnya haruslah wajar, janganlah nyuruh suami nyolong mangga tetangga padahal masih bisa diusahakan dengan memintanya secara baik-baik. Atau ngidam ngigitin suami. Haha. Ada sih, ipar saya sendiri. Ya, gimana ya. Harusnya memang ibu hamil tetap berpikir logis tentang keinginan-keinginan yang muncul.
Fase hamil adalah fase yang membahagiakan bagi setiap ibu, pun suami. Fase ini harusnya diisi dengan hal-hal yang bisa mengalirkan cinta, kasih dan memori ke jabang bayi. Mungkin salah satu dengan ngidam ini, proses itu bisa diwujudkan. Kalaupun gak lewat ngidam, ya lewat cara lain, yang intinya apa-apa yang bikin si ibu happy.
Nah gimana dengan bayi nya nanti kalo gak dituruti ngidamnya? Ada yang bilang bayinya akan ngences. Gak sih, ya. Karena "ngences" pada bayi itu normal terjadi pada bayi usia 3 bulan ke atas dimana kerja kelenjar air liur sudah mulai aktif, fase awal untuk memulai makan atau bisa juga karena proses tumbuh gigi.
Negneces pada bayi dikatakan mengkhawatirkan bila sampai mengganggu proses menelan dan bernafas.
Jadi, mau hamil dan mengidam?!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H