Mohon tunggu...
Liese Alfha
Liese Alfha Mohon Tunggu... Dokter - ❤

Bermanfaat bagi sesama Menjadi yang terbaik untuk keluarga

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kampanye Imunisasi MR Cegah CRS

29 Juli 2018   10:40 Diperbarui: 29 Juli 2018   11:18 1136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Campak Jerman atau yang lebih dikenal dengan Rubella adalah penyakit akut yang sebenarnya bersifat ringan, yang disebabkan oleh togavirus jenis rubivirus. Meskipun ringan, penyakit ini menjadi masalah karena sifat teratogenik yang ditimbulkannya apabila menginfeksi ibu hamil pada usia kehamilan trimester pertama. Infeksi rubella pada masa awal konsepsi hingga usia kandungan trimester pertama dapat menyebabkan keguguran, kematian janin juga sindroma rubella kongenital (CRS).

Apa Itu Sindroma Rubella Kongenital?

Sindroma rubella kongenital adalah sekumpulan gejala yang ditimbulkan pada janin yang berakibat kecacatan baik pada jantung, sistem syaraf pusat, mata, pendengaran dan lain-lain.

Pada Jantung; bayi akan dilahirkan dengan kebocoran jantung baik itu jenis PDA, ASD atau VSD

Pada sistem syaraf pusat; bayi akan dilahirkan dengan mikrosefalia, meningoensefalitis dan retardasi mental.

Pada mata; bayi akan dilahirkan dengan katarak kongenital,  glaukoma kongenital dan pigmentary retinopati.

Pada pendengaran; bayi akan dilahirkan dengan gangguan pendengaran atau tuli sensori.

Penyakit lain yang bisa ditimbulkan berupa radioluscent bone, kuning/ikterik yang muncul setelah 24 jam lahir juga splenomegali.

Angka Kejadian

Sebelum dilakukan imunisasi rubella, insidens CRS bervariasi antara 0,1-0,2/1000 kelahiran hidup pada periode endemik dan antara 0,8-4/1000 kelahiran hidup selama periode epidemi rubella. 

Angka kejadian CRS pada negara yang belum mengintroduksi vaksin rubella diperkirakan cukup tinggi. Pada tahun 1996 diperkirakan sekitar 22.000 anak lahir dengan CRS di regio Afrika, sekitar 46.000 di regio Asia Tenggara dan 12.634 di regio Pasifik Barat.  

Insiden CRS pada regio yang telah mengintroduksi vaksin rubella selama tahun 1996-2008 telah menurun. Di Indonesia, rubella merupakah salah satu masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan upaya pencegahan efektif.

Data surveilans selama lima tahun terakhir menunjukan 70% kasus rubella terjadi pada kelompok usia <15 tahun. Selain itu, berdasarkan studi tentang estimasi beban penyakit CRS di Indonesia pada tahun 2013 diperkirakan terdapat 2767 kasus CRS, 82/100.000 terjadi pada usia ibu 15-19 tahun dan menurun menjadi 47/100.000 pada usia ibu 40-44 tahun.  Sedangkan perhitungan modelling di Jawa Timur diperkirakan 700 bayi dilahirkan dengan CRS setiap tahunnya.

Pada tahun 2015-2016, 13 RS sentinel CRS melaporkan 226 kasus CRS yang terdiri dari 83 kasus pasti dan 143 kasus klinis. Dari 83 kasus pasti (lab confirmed) yang dilaporkan, 77% menderita kelainan jantung, 67,5% menderita katarak dan dan 47 % menderita ketulian.

(Data dari Petunjuk Teknis Kampanye dan Introduksi MR)

Komitmen Indonesia

Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai eliminasi campak dan pengendalian rubella/Congenital Rubella Syndrome (CRS) pada tahun 2020. Strategi yang dilakukan untuk mencapai target tersebut adalah: 

1. Penguatan imunisasi rutin untuk mencapai cakupan imunisasi campak 95% merata di semua tingkatan

2. Pelaksanaan Crash program Campak pada anak usia 9-59 bulan di 185 kabupaten/kota pada bulan Agustus-September 2016 

3. Pelaksanaan kampanye vaksin MR pada anak usia 9 bulan hingga 15 tahun secara bertahap dalam 2 fase sebagai berikut : 

- Fase 1 bulan Agustus-September 2017 di seluruh Pulau Jawa

- Fase 2 bulan Agustus-September 2018 di seluruh Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua 

4. Introduksi vaksin MR ke dalam program imunisasi rutin pada bulan Oktober 2017 dan 2018

5. Surveilans Campak Rubella berbasis kasus individu/ Case Based Measles Surveillance (CBMS) 6. Surveilance sentinel CRS di 13 RS 7. KLB campak diinvestigasi secara penuh (fully investigated)

Kampanye Imunisasi MR

Bulan depan adalah bulan imunisai MR (Measles-Rubella)  yang serentak akan dilakukan dengan sasaran penerima adalah rentang usia 9 bulan - <15 tahun dengan tanpa melihat riwayat imunisasi dan penyakit campak dan rubella sebelumnya. 

Pelaksanaannya akan diadakan di 34 provinsi, dimana pada fase pertama sudah dilakukan tahun lalu untuk daerah jawa. Sedangkan fase kedua akan diadakan pada bulan agustus-september 2018 di seluruh Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua.

Tujuan Imunisasi MR

1. Meningkatkan kekebalan masyarakat terhadap campak dan rubella secara cepat 

2. Memutuskan transmisi virus campak dan rubella

3. Menurunkan angka kesakitan campak dan rubella

4. Menurunkan angka kejadian CRS

Dengan adanya program imunisasi MR bulan depan, semoga sebagai langkah awal pemutusan mata rantai penyebaran virus Rubella demi menghasilkan anak-anak masa depan yang sehat jasmaninya. Catatan penting untuk para antivaks di luar sana. Jangan sampai pemahaman salah anda tentang vaksin menyakiti orang lain.

Banyak ibu-ibu di luar sana yang menangisi keguguran tiap keguguran yang terjadi, salah satunya karena virus Rubella ini. Ibu-ibu hebat di luar sana yang harus membesarkan anak dengan gangguan jantung, telinga dan mata yang seharusnya bisa dicegah.

Fakta Vaksin MR

Vaksin rubella tersedia dalam bentuk monovalent maupun kombinasi dengan vaksin virus yang lain misalnya dengan campak (Measles Rubella/MR) atau dengan campak dan parotitis (Measles Mumps Rubella/MMR). Semua vaksin rubella dapat menimbulkan serokonversi sebesar 95% atau lebih setelah pemberian satu dosis vaksin dan efikasi vaksin diperkirakan sekitar 90% - 100%.

Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI) juga telah mengeluarkan rekomendasi pada tanggal 11 Januari 2016 untuk mengintegrasikan vaksin rubella ke dalam program imunisasi nasional untuk menurunkan angka kejadian rubella dan Congenital Rubella Syndrome. 

Vaksin Measles Rubella (MR) adalah vaksin hidup yang dilemahkan (live attenuated) berupa serbuk kering dengan pelarut. Kemasan vaksin adalah 10 dosis per vial.

Setiap dosis vaksin MR mengandung: 1000 CCID50 virus campak  dan 1000 CCID50 virus rubella 

Vaksin MR diberikan secara subkutan dengan dosis 0,5 ml. Vaksin hanya boleh dilarutkan dengan pelarut yang disediakan dari produsen yang sama. Vaksin yang telah dilarutkan harus segera digunakan paling lambat sampai 6 jam setelah dilarutkan. Pada tutup vial vaksin terdapat indikator paparan suhu panas berupa Vaccine Vial Monitor (VVM). Vaksin yang boleh digunakan hanyalah vaksin dengan kondisi VVM A atau B. 

Kontraindikasi: 

- Individu yang sedang dalam terapi kortikosteroid, imunosupresan dan radioterapi 

- Wanita hamil 

- Leukemia, anemia berat dan kelainan darah lainnya 

- Kelainan fungsi ginjal berat 

- Decompensatio cordis 

- Setelah pemberian gamma globulin atau transfusi darah 

- Riwayat alergi terhadap komponen vaksin (neomicyn) 

Pemberian imunisasi ditunda pada keadaan sebagai berikut: 

- Demam 

- Batuk pilek 

- Diare

Imunisasi Dalam Islam

dokpri
dokpri
Akhir kata, yuk, datangi pusat kesehatan terdekat atau biarkan anak-anak di imunisasi di sekolah-sekolahnya, demi masa depan anak-anak Indonesia yang sehat! 

kompasiana.com
kompasiana.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun