BAB II
Bersenang-senanglah, karna hari ini yang akan kita rindukan
Di hari nanti sebuah kisah klasik untuk masa depan
Bersenang-senanglah, karna waktu ini yang kan kita banggakan di hari tua
Kelas aesculap riuh rendah, suara tawa menjalar dari kursi belakang, lama-lama ke kursi depan. Kami di barisan kedua yang kebingungan, mulai mengetahui sebab musabab suara tawa teman sekelas. Kami geleng-geleng kepala membaca pesan berantai dari teman di bangku belakang.
"Gila banget, Wahyu. Haha, mau cari mati kali ya." Ujar Nadine menanggapi pesan dari kertas yang dibacanya.
"Tunggu aja pas praktikum nanti, disuruh cium cadaver beneran sama dr. Azhar baru tahu." Timpal Siska.
"Eh tapi, kasian juga kali Fedly. Tega ih Rani." Almira bersimpati.
"Biarin ah, biar jera. Sok oke banget sih." Kata Suci ketus. Korban masa lalu Fedly.
Fedly salah satu cowok FK yang memang terkenal sok oke sih. Awal-awal perkuliahan, sebelum tahu sifat aslinya, beberapa cewek berhasil dia pikat. Yah, untuk ukuran cowok, Fedly bukanlah golongan cowok yang bisa digila-gilai banyak wanita. Tapi, karena mulut rayuannya yang bikin klepek-klepek, ada saja wanita yang temakan rayuannya hingga kemudian ketahuan belangnya.
Aku menoleh ke belakang ke arah kursi Fedly. Dia sedang menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, mukanya cemas, sesekali berdiri melongok keluar jendela kemudian melotot tajam ke arah Fifi.