"Apa lo.." kata Fifi balas melotot.
"Kena batunya si Fedly, ya, akhirnya" gatel juga gak ikut berkomentar.
"Bentar lagi praktikum anatomi, kita taruhan yuk, Fedly izin apa gak?" kata Siska ikut-ikutan menulis kertas pesan berantai untuk disebar kembali.
Dosen Patologi Anatomi sepertinya terlambat sekali datang, sudah setengah jam lewat dari jadwal perkuliahan. Momen yang jarang sekali ini dimanfaatkan sekali oleh teman-teman untuk mengolok-ngolok Fedly.
"Siap-siap, Fed. Tunjukkan pesonamu." Ujar Rasyid disambut gelak tawa teman-teman sekelas.
"Udah dong.." kata Fedly memelas. "Kalian apaan sih?! Kan aku cuma main-main aja. Fi, please.. Kamu bohongkan mem-forward sms aku ke dr. Azhar?" tanya Fedly ke Fifi yang disambut sorakan teman-teman.
"Ah cemen luu.." kata Boim kemudian. Gelak tawa masih terdengar.
"Kasihan ih si Fedly. Udahlah.." aku berusaha menyela demi tidak meneruskan bullying ke Fedly. Rasanya sudah cukup semua teman-teman, terutama cewek-cewek tahu mulut manisnya Fedly agar gak ada lagi yang jadi korban.
"Ah, Nina gak asik ih.." kata Siska disambut gumaman setuju.
Fedly duduk lemas di kursinya. Fifi sepertinya juga tidak tega melihat ekspresi Fedly. Namun, nampak jelas kalau Fifi ingin memberi pelajaran ke Fedly.
"Makanya Fed. Jangan dipikir semua wanita bisa ditaklukan dengan mulut manis mu itu. Hargai dong wanita." Kata Fifi tanpa menoleh ke arah Fedly.