Menganalisa saham membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup besar, apalagi kalau sebelumnya kita belum penrah menganalisa saham tersebut. Ketika pertama kali menganalisa saham, kita harus mempelajari profil, bisnis, dan juga tokoh kunci dari perusahaan. Setelah itu baru kita mempelajari laporan keuangan perusahaan.
Tak cukup sampai di situ, kita juga perlu membaca berita-berita yang terkait dengan perusahaan dari berbagai sumber. Tujuannya untuk mengetahui rekam jejak perusahaan dari sumber lain di luar perusahaan. Dari berita juga kita bisa memperkirakan prospek dan rencana perusahaan ke depan.
Bila dari hasil analisa perushaaan tersebut masuk dalam kriteria investasi kita, maka berikutnya perlu dilakukan valuasi saham untuk menilai mahal murahnya saham tersebut.
Nah kalau menganalisa satu saham saja membutuhkan waktu dan tenaga yang lumayan, apalagi kalau kita menganalisa 10 saham misalnya. Tentu membutuhkan tenaga yang lebih besar. Mungkin kita bisa mengatur portofolio kita hanya untuk 5 saham, tapi tidak mungkin kita bisa menganalisa 5 saham saja untuk dimasukkan dalam portofolio.Â
Saham yang kita analisa tentu jauh lebih banyak karena tidak semua bisa masuk dalam kriteria kita. Selain itu, ada saham yang mungkin belum masuk kriteria tapi menarik untuk terus dipantau perkembangannya. Dengan demikian saham yang perlu kita analisa menjadi cukup banyak.
Untuk itu, penting agar seorang investor bisa melakukan analisa dengan efektif. Analisa harus tetap bisa menilai perusahaan dengan tepat, tapi tidak perlu menghabiskan waktu dan tenaga yang terlalu banyak.
Pertama, gunakan satu atau dua rasio saja dari masing-masing aspek perusahaan. Misal anda ingin mengukur utang perusahaan. Daripada anda fokus pada banyak rasio misalnya, cash ratio, current ratio, quick ratio, dan debt to equity ratio, lebih baik anda mencari rasio yang dapat menggambarkan utang perusahaan dengan baik. Contohnya saja Debt to Equity Ratio dan Interest Coverage Ratio
Kedua, cari pos atau akun yang signifikan dari perusahaan tersebut. Caranya mudah yaitu mencari dari pos dengan angka yang besar. Misalnya saja ada perusahaan dengan aset 2 T dan persediaannya 600 miliar lalu aset tetapnya 300 miliar.Â
Berarti anda dapat fokus pada akun persediaan dan aset tetap. Bila ada pos piutang lain-lain sebesar 6 miliar boleh saja anda amati, tapi mengingat nilainya yang tidak signfiikan maka tidak perlu terlalu fokus pada pos tersebut.
Ketiga, hanya amati informasi yang penting dari suatu akun. Sering kita jumpai perusahaan yang mempunyai utang dari beberapa bank. Nah di Catatan Atas Laporan Keuangan, biasa ditampilkan detil dari pinjaman masing-masing bank. Kita tidak perlu meneliti satu per satu, karena tentu akan merepotkan.Â
Kita dapat melihat saja mana kira-kira pos utang yang besar dan bisa saja membandingkan tren bunga pinjaman bila ada informasi yang tersedia. Tapi tidak perlu sampai membaca satu per satu ketentuan peminjaman dari setiap bank. Begitu juga di akun lain, biasakan untuk fokus hanya pada informasi yang penting.
Keempat, tidak perlu menganalisa terlalu detil. Anda bukan manajemen perusahaan sehingga tentu sulit untuk menghitung terlalu detil mengenai proyeksi kinerja perusahaan ke depannya.Â
Kalau anda menganalisa KBLI misalnya, anda tidak perlu menganalisa terlalu detil proyeksi penjualan masing-masing lini produk KBLI, berapa perkiraan harga tembaga ke depan, dan sebagainya.
Penghitungan detil semacam itu selain susah untuk kita lakukan (karena keterbatasan data), juga merepotkan dan tidak terlalu penting. Sama seperti bisnis riil, peran anda sebagai investor adalah pemegang saham. Sehingga anda hanya perlu untuk menganalisa poin-poin penting dan tidak perlu masuk terlalu dalam ke hal teknis.
Beberapa cara di atas dapat digunakan untuk menganalisa saham dengan lebih efektif. Tentu saja karena keterbatasan akses terhadap data, ada risiko terhadap ketepatan analisa yang dilakukan. Untuk itu selalu ingat untuk menggunakan Margin of Safety dalam membeli saham.
Pembahasan mengenai Margin of Safety bisa dibaca di artikel saya sebelumnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H