Mohon tunggu...
Dunia Saham
Dunia Saham Mohon Tunggu... Ahli Gizi - www.duniasaham.com

Website edukasi dan analisa saham Berpengalaman lebih dari 10 tahun dalam dunia investasi saham Mempunyai latar belakangan pendidikan Manajemen Keuangan dan Perencanaan Keuangan, sehingga percaya bahwa strategi investasi bergantung pada kondisi masing-masing investor untuk dapat mencapai tujuan keuangannya

Selanjutnya

Tutup

Financial

United Tractors (UNTR) Semester 1 2019: Batubara Melambat, Emas Melejit

3 Agustus 2019   12:56 Diperbarui: 3 Agustus 2019   13:02 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Setelah sebelumnya membahas kinerja kuartal 2 dari HMSP dan SOCI, kali ini Dunia Saham membahas kinerja terbaru dari United Tractors (UNTR).

Pada pembahasan sebelumnya di sini, penulis menyebut bahwa PT Agincourt Resources (PTAR) yang baru diakuisisi pada 2018 akan menyumbang kontribusi yang cukup lumayan bagi UNTR di 2019. Dan memang kontribusi dari tambang emas PTAR cukup signifikan yaitu sebesar 8% dari penjualan bersih UNTR sehingga secara keseluruhan penjualan UNTR maasih bisa naik sebesar 11% meskipun penjualan dari divisi alat berat menurun.

Penurunan kinerja divisi alat berat ini memang dapat diperkirakan mengingat harga batubara yang cenderung turun sehingga mengurangi permintaan alat berat. Sementara itu, divisi lain yaitu tambang batubara masih mengalami kenaikan penjualan.

Laba bersih UNTR Semester I sebesar 1.495 masih tercatat naik tipis dibanding periode yang sama tahun lalu.. Meski demikian, ada catatan khusus mengenai utang UNTR yang meningkat cukup besar dari 9,9 T menjadi 16.1 T. Hal ini mengakibatkan kenaikan beban keuangan sehingga menekan margin laba UNTR menjadi sekitar 12%.

Padahal UNTR sejatinya masih memiliki kas yang cukup besar, sehingga bila ada kegiatan investasi atau modal kerja mungkin dapat lebih banyak menggunakan kas internal agar dapat mengurangi beban bunga. Kenaikan utang berbunga sebesar 6,2 T harusnya dapat dikurangi karena kas UNTR sendiri masih ada sekitar 12 T. 

Meski demikian, manajemen mungkin mempunyai pertimbangan tersendiri terhadap penggunaan utang. Bisa jadi Debt Equity Ratio yang masih di kisaran 0,2 dan Interest Coverage Ratio yang berada di kisaran 6,3 menjadi alasan manajemen tidak begitu khawatir dengan peningkatan utang perusahaan.

Jadi secara umum kinerja UNTR dan kondisi keuangannya masih sangat baik meski memang mengalami perlambatan di kuartal kedua ini akibat penurunan harga batu bara. 

Prospek Bisnis UNTR

Sebagian besar bisnis UNTR memang ada di industri batubara, sehingga rendahnya harga batubara belakangan ini menjadi kekhawatiran terhadap prospek UNTR. Nah untuk harga komoditas memang sulit untuk kita prediksi, namun demikian harga sekarang sudah bukan harga yang sangat tinggi. Sehingga penurunan harga batubara seharusnya sudah terbatas.

Sementara untuk penambangan emas rasanya masih menarik dan sejalan dengan proyeksi sebelumnya bahwa emas dapat menyumbang porsi cukup besar bagi laba UNTR di 2019. Apalagi dengan tren harga emas yang sedang tinggi saat ini, diharapkan dapat sedikit mengimbangi penurunan harga batubara.

Selain itu, bisnis UNTR sudah cukup terdiversifikasi. Bahkan untuk alat berat pun tidak semua dipakai untuk tambang, tapi juga ada pelanggan dari segmen lain seperti perkebunan dan kehutanan. Justru menurut saya yang agak mengkhawatirkan adalah lini bisnis jasa konstruksi melalui anak usaha PT Acset (ACST). Meski porsinya sangat kecil, tapi lini bisnis ini malah menyumbang kerugian bagi UNTR.

Tentu kita perlu melihat bagaimana perkembangan ACST dan juga kebijakan manajemen terhadap lini bisnis ini. Dengan berbagai faktor di atas, saya tetap memproyeksikan laba UNTR untuk stagnan atau tumbuh tipis dibanding 2018. Secara bisnis UNTR memiliki keunggulan karena cukup terintegrasi dengan memiliki bisnis alat berat, kontraktor penambangan, dan juga tambang batubara sendiri.

Valuasi UNTR

Lalu bagaimana dengan valuasinya? Ini yang menarik karena per 2 Agustus, UNTR berada di harga 24.575 atau setara dengan PER TTM 8,2. Sementara dari data historis selama 10 tahun, PER TTM kebanyakan berada di kisaran 8-20 kali. Hal ini menjadikan PER TTM sekarang merupakan salah satu titik terendah (termurah) selama 10 tahun terakhir.

Memang ada pertimbangan bagaimana bila ternyata laba UNTR turun sehingga PER nya naik? Berarti jadi tidak murah donk? Kita dapat menggunakan asumsi bila laba turun sekitar 10%, berarti PER TTM menjadi sekitar 9. Sementara bila laba turun 30%, PER TTM kira-kira naik menjadi 10,6.  Meskipun bukan titik terendah lagi, tapi PER di kisaran 10 kali menurut saya masih tidak mahal untuk perusahaan seperti ini, hanya bukan best price saja.

Nah jadi bagaimana kesimpulannya? Kembali ke masing-masing investor, data-data di atas hanya sebagai gambaran saja. Dan tentu saja disclaimer always on, karena UNTR saat ini sudah masuk dalam portofolio kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun