Tentu kita perlu melihat bagaimana perkembangan ACST dan juga kebijakan manajemen terhadap lini bisnis ini. Dengan berbagai faktor di atas, saya tetap memproyeksikan laba UNTR untuk stagnan atau tumbuh tipis dibanding 2018. Secara bisnis UNTR memiliki keunggulan karena cukup terintegrasi dengan memiliki bisnis alat berat, kontraktor penambangan, dan juga tambang batubara sendiri.
Valuasi UNTR
Lalu bagaimana dengan valuasinya? Ini yang menarik karena per 2 Agustus, UNTR berada di harga 24.575 atau setara dengan PER TTM 8,2. Sementara dari data historis selama 10 tahun, PER TTM kebanyakan berada di kisaran 8-20 kali. Hal ini menjadikan PER TTM sekarang merupakan salah satu titik terendah (termurah) selama 10 tahun terakhir.
Memang ada pertimbangan bagaimana bila ternyata laba UNTR turun sehingga PER nya naik? Berarti jadi tidak murah donk? Kita dapat menggunakan asumsi bila laba turun sekitar 10%, berarti PER TTM menjadi sekitar 9. Sementara bila laba turun 30%, PER TTM kira-kira naik menjadi 10,6. Â Meskipun bukan titik terendah lagi, tapi PER di kisaran 10 kali menurut saya masih tidak mahal untuk perusahaan seperti ini, hanya bukan best price saja.
Nah jadi bagaimana kesimpulannya? Kembali ke masing-masing investor, data-data di atas hanya sebagai gambaran saja. Dan tentu saja disclaimer always on, karena UNTR saat ini sudah masuk dalam portofolio kami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H