Saham Sampoerna (HMSP) belakangan menjadi perbincangan karena turun terus hingga di level 2.800an yang merupakan rekor terendah dalam empat tahun terakhir. Dengan nama besar Sampoerna selama ini, penurunan saham tentu menarik perhatian investor. Namun apakah benar pada harga sekarang HMSP sudah menarik?
Untuk menjawab pertanyaan ini, seperti biasa sebagai investor kita harus melihat beberapa hal, yaitu 1) kinerja HMSP, 2) Prospek bisnis HMSP dan industri rokok secara umum, 3) Harga sahamnya apakah sudah benar-benar murah.Â
Kinerja HMSP
Hingga semester pertama 2019, HMSP mencatat pertumbuhan pendapatan sekitar 3% dan laba bersih 10,8% dibanding periode yang sama tahun lalu. Margin laba kotor dan laba bersih juga masih cukup baik di kisaran 24% dan 13%. Return on Equity perusahaan juga cukup tinggi yaitu 46% yearly, angka yang sangat besar dan menarik untuk suatu perusahaan yang sudah berskala besar seperti HMSP.Â
Dari sisi Neraca, keuangan HMSP juga sangat sehat karena hampir tidak ada utang berbunga dan seluruh utang hanya sekitar 0,48 dari total ekuitasnya. Malah HMSP mempunyai kas yang sangat besar, yaitu sekitar 13 T diantara total aset sekitar 43 T.
Menariknya, sebagian besar dari kas tersebut ditempatkan di deposito berjangka. Artinya, sebagian besar kas tersebut adalah "uang nganggur" yang tidak dibutuhkan dalam waktu dekat, dan manajemen tampaknya belum punya rencana untuk mengelola dana tersebut agar bisa menghasilkan return yang lebih besar.
Dari kondisi laporan keuangan HMSP, kita bisa menilai bahwa kinerjanya masih cukup baik dan kondisi keuangannya sangat sehat. Meski demikian, menumpuknya kas perusahaan menunjukkan bahwa dalam jangka pendek belum ada rencana ekspansif yang bisa memberikan pertumbuhan signifikan (lebih dari 20%) terhadap penjualan dan laba perusahaan.
Hal ini didukung dengan fakta bahwa Dividend Payout Ratio 2018 mencapai 100%, yang artinya perusahaan mengembalikan keuntungan kepada pemegang saham supaya pemegang saham dapat "memutar" sendiri uang tersebut. Karena toh HMSP juga belum mempunyai ide untuk memutar dana tersebut seandainya ditahan dalam kas perusahaan.
Prospek Bisnis HMSP dan Industri Rokok
Setelah melihat kinerja HMSP, sekarang kita perlu menganalisa bagaimana prospek HMSP ke depannya. Secara umum, industri rokok memang sedang tertekan, terutama karena isu kesehatan. Sudah bukan rahasia lagi banyak kampanye kesehatan yang mencegah orang untuk merokok, sehingga pastinya dapat berpengaruh terhadap volum penjualan HMSP.
Nah bagaimana rencana HMSP dalam menyikapi hal tersebut menjadi sangat penting terhadap pertumbuhan perusahaan ke depannya. Induk usaha HMSP yaitu Philip Morris Internasional (PMI) saat ini memang sudah memasarkan produk rokoko yang diklaim lebih sehat yaitu iqos. Namun demikian, pemasarannya di Indonesia masih belum dilakukan karena memerlukan edukasi terhadap perokok existing dan juga membutuhkan kepastian regulasi mengenai iqos. Â
Selain itu, perusahaan tentu juga mempunyai pertimbangan lain dari sisi komersial. Kalaupun iqos ke depannya dipasarkan, maka sedikit banyak juga akan memakan pangsa pasar dari produk HMSP yang sudah ada saat ini, jadi tidak terlalu membuka pasar yang baru.Â
Dari gambaran di atas, tampaknya dalam jangka pendek sekitar 1-2 tahun, HMSP belum bisa mencatat pertumbuhan yang signifikan lebih dari 20%. Kemungkinan HMSP masih akan meneruskan kebijakan pembagian dividen dalam jumlah besar. Hal ini juga penting supaya ROE HMSP tetap tinggi.