Mohon tunggu...
Duniasa Daru
Duniasa Daru Mohon Tunggu... Hoteliers - Swasta

Hadapi segala masalah dengan santai dan tenang, tanpa melupakan masalah itu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

WAKTU

31 Desember 2016   22:04 Diperbarui: 1 Januari 2017   09:43 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Waktu berada dalam kendali Tuhan. Ia sendiri adalah Waktu. Tidak ada yang tersisa selain WAKTU. Sangatlah sulit mengetahui kala tatwa, sifat waktu. Manusia menjadi agung atau sebaliknya, kuat atau lemah karena pergerakan waktu. Semua keagungan adalah waktu dan semua kegagalan adalah masalah waktu saja.

Para dewa bertanya pada Vayu bagaimana cara mengukur waktu dan bagaimana ini ditetapkan.

Vayu mulai berkata: 

Kalamana juga disebut dengan Ayushmana. Waktu mata berkedip, tiga kali disebut sebagaI Nimisha. Lima belas Nimisha adalah satu Kastha. Tigapuluh kastha adalah satu Kala. Tiga puluh kala adalah satu muhurta. Tiga puluh muhurta adalah satu ahoratra, siang dan malam. Tiga puluh ahoratra adalah satu bulan. Dalam satu bulan, lima belas hari adalah setengah bulan (paksha) dan lima belas hari shukla paksha dan lima belas hari adalah shukla paksha dan limabelas hari shukla paksha dan lima belas hari krishna paksha. Enam bulan adala hayana. Dua ayana adalah uttarayana dan dakshinayana. Keduanya menjadi satu tahun manusia. Satu tahun manusia adalah satu hari bagi dewa. Dakshinayana adalah malam. Dua belas bulan Dhakshinayana akan menjadi satu tahun suci. Tigaratus dan enam puluh tahun bagi manusia adalah satu tahun dewa. 

Berdasarkan inilah, pembagian yuga dilakukan. Terdapat empat yuga. Yang pertama adalah Krita yuga. Panjangnya adalah empat ribu tahun dewa. Untuk setiap sandhyakala terdapat 400 tahun dewa. Kedua sandhya (saat matahari terbenam dan terbit) menjadi delapan ratus tahun dewa. Yang berarti Krita yugaterdiri dari 4800 tahun dewa. Dijadikan tahun manusia menjadi 17 lakh 28 ribu tahun (17,28000 tahun). Dengan penjumlahan ini Treta yuga adalah 3600 tahun dewa. Dalam tahun manusia akan menjadi dua belas lakh sembilan puluh enam tahun(12.96.000 tahun). Dwapara yuga adalah 2400 tahun dewa yang sama dengan 8.64.000 tahun manusia. Kaliyuga adalah 1200 tahun dewa. Ini akan menjadi 4.32.000 tahun. Keempat yuga akan menjadi dua belas ribu tahun dewa yang berarti empat lakh dua puluh ribu (4.20.000) tahun. 

Keempat yuga ini menjadi satu Maha yuga. Kasarnya 71 mahayuga sama dengan manvantara. 14 manvantara ini (1000 mahayuga) adalah satu kalpa. Ribuan kalpa adalah satu tahun Brahma. Satu tahun Brahma sama dengan delapan ribu. Ketika delapan ribu yuga telah berlalu, itulah Brahma savan. Tahun brahma adalah delapan puluh brahma savana. Satu tahu brahma adalah satu hari Wisnu. Satu hari Dewa Wisnu sama dengan satu hari Rudra. Jika Maheshwara terserap keNya- ini berarti bahwa satu hari Siwa telah berlalu. Satu tahun Rudra adalah satu hari Maheswara. Jika kita terus menghitung Panchamukheshwara, akan menjadi satu kalpa. Selama ciptaan masih ada, ini adalah hari baginya. Bahkan ia tidak mengenal siang dan malam. Kita mengatakan ini dengan pemahaman kita sendiri. 

BERTEMUNYA peristiwa (kejadian) dengan waktu sering diibaratkan sebagai pertemuan laut dan gunung. Pertemuan itu tidak hanya memiliki keindahan yang kasatmata, tapi juga kekuatan terselubung. 

KEKUATAN terselubung itu sifatnya gaib, halus, rahasia, dan irasional. PERISTIWA dan Waktu lebur menjadi satu kesatauan yang tidak mudah untuk memisahkannya dengan pikiran. Keduanya tidak dapat dipahami secaraterpisah, bahwa di sini ada Peristiwa dan di sana ada Waktu. Seperti perayaan tahun baru yang dilakukan orang pada saat ini, kita pahami bahwa perayaan adalah Peristiwa, dan Tahun Baru adalah Waktu. 

DALAM naskah-naskah kuno, para penekun sastra bahkan menganalogikan Peristiwa dan Waktu sebagai pertemuan Tubuh dan Roh. Peristiwa adalah Tubuh. Waktu adalah Roh, atau jiwa. Roh menyusup secara gaib, halus, dan irasional ke dalam Tubuh. Pertemuan keduanya, seperti pertemuan laut dan gunung itu, selain memperlihatkan keindahan yang kasat mata, juga menyimpan kekuatan-kekuatan terselubung. Semakin kekuatan terselubung itu dimasuki dan ditelusuri, semakin tercenganglah orang pada misteri yang ada di dalam dirinya. Bahwa dirinya tidak seperti yang ia pahami hanya dengan pikiran. Sang Diri adalah ''sesuatu'' yang melampaui Pikiran dan Sang Diri adalah waktu itu sendiri. *DNA

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun