fajar berganti pagi. pagi berganti siang. siang berganti sore. lalu kau muncul.
ya. usai sudah pergantian waktu. untukku. hanya untukku. sejak sore menghilang. dan kau datang. sebab kau lah, senja itu.
meski malam panjang, segera memisahkan kita. pada akhirnya.
kulalui hari, demi hari. untuk menyambutmu. yang hanya datang sekejap kala.
ada suatu hari, ketika kau tak hadir. sedang ada badai rupanya. lalu aku menyalahkan Badan Meteorologi dan Geofisika.
badai mereda, waktu berganti seperti sedia kala. dan kau tiba-tiba menyapa.
aku tak dapat hadir, setiap saat untukmu. kukira kau tahu itu.
di manakah, di bagian dari planet bumi ini, yang memungkinkan kehadiranmu, lebih lama dari seharusnya?
menurutmu?
entahlah.
ya, entahlah.
percakapan berakhir. senja telah menyingkir. malam panjang kembali datang.
betapa kuingin memiliki senja. tentu kau tahu, itu tak mungkin. senja bukan milik siapa-siapa. apakah senja milikmu?
ya. mari kita tersenyum. aku tahu senja menginginkanmu. aku juga tahu, kau menginginkan senja, lebih daripadaku.
sebentar. biarkan aku melukis senja. di sini. dalam ingatan. lukisan senja abadi.
senja akan tetap, datang dan pergi. selama matahari, tetap bekerja.
namun, lukisan senja akan tiada, saat aku amnesia.
maka, kutuliskan semua ini. berjaga-jaga saja. agar, saat aku amnesia, aku ingat, aku pernah melukis senja. dalam ingatan.
Bandung, 17 Juli 2010
