Seorang anak kecil ditanya oleh ayahnya, "Manusia berasal dari mana?"
Dengan spontan, anak itu menjawab, "Manusia berasal dari tuhan."
Jawaban sederhana semacam ini akan membuat senang kaum agamawan. Mereka senang karena anak-anak kecil telah berhasil dibuat percaya bahwa tuhan memang ada, dan manusia berasal atau diciptakan oleh tuhan.
Padahal, hasil penelitian mutakhir lewat pengambilan sampel secara acak DNA mitokondria manusia di seluruh dunia memperlihatkan bahwa kita semua berasal dari seorang perempuan yang hidup 200.00-150.000 tahun lalu di Afrika timur. Jangan berpikir perempuan ini adalah Hawa alias isteri dari Adam. Bukan seperti itu. Perempuan ini adalah salah satu perempuan dari sekian banyak perempuan yang hidup dalam kelompok manusia modern (Homo sapiens) awal di Afrika timur.
Homo sapiens merupakan spesies yang muncul dari populasi Homo erectus yang jauh lebih tua.
Nenek moyang Homo sapiens berakar dari spesies kera besar di Afrika timur. Kera besar ini memiliki akar pada makhluk primata perdana yang muncul berjuta-juta tahun lalu. Kemunculan makhluk primata tidak bisa dilepaskan dari kebangkitan hewan mamalia atau hewan menyusui yang diduga terjadi setelah punahnya kelompok reptil raksasa seperti dinosaurus.
Kalau diteruskan sampai ke belakang, maka semua makhluk hidup di dunia berakar dan berasal dari makhluk sel satu sederhana yang diperkirakan muncul sekitar 3,5 miliar tahun silam. Fosil jejak makhluk bersel satu ini telah ditemukan oleh para peneliti. Dari manakah makhluk bersel satu ini muncul?
Richard Dawkins lewat bukunya The Selfish Gene menjelaskan hal tersebut dengan baik. Kemunculan makhluk bersel satu sederhana itu terjadi dari proses kimia yang acak.
Berikut saya cuplik sebagian isi bab kedua (The Replicators) dari buku itu:
In the beginning was simplicity. It is difficult enough explaining how even a simple universe began.