Mohon tunggu...
Lantang Sabang
Lantang Sabang Mohon Tunggu... karyawan swasta -

jangan hanya diam carry on

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

MAESTRO ITU BERNAMA IWAN"OI"FALS

19 September 2015   11:20 Diperbarui: 19 September 2015   11:20 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

19/9/15

.........................kawan ku punya teman , temanya punya kawan, mahasiswa terakhir fakultas dodol lagaknya bak profesor pemikir jempolan, slintas sibuk mencari bahan skripsi.

kaca mata tebal maklum kutu buku ngoceh paling jago banyak baca hobby ho.bercerita kawan ku tentang kawan temanya nyatanya skripsi beli ohhh di sana , buat apa susah2 bikin skripsi sendiri tinggal membeli tenang sajalah. saat wisuda datang dia tersenyum tenang  nampak dosa di buatnya , sarjana begini banyaklah di negri ini tiada bedanya dengan roti.......................

 

itulah sepengal lirik lagu milik sang maestro "iwan fals" yang sudah di dengar ratusan atau ribuan kali oleh para fans nya.

kalau kita menilik kebelakan beberapa bulan terakhir membaca berita atau langsung menyasikan di  televisi ,di mana para wakil rakyat alias "DPR" sibuk mengurus / menyusuri  "Ijasah Palsu' yang beredar di masyrakat mulai dari kalangan bawah sampai ellit politik dari semua element tidak terkecuali.

apa yang dapat di lakukan dengan itu semua , tujuanya hanya kepuasan hidup yang ujung 2 duit dan duit, baik yang mengeluarkan ataupun yang membeli ijasah palsu  membutuhkan mahluk yg namanya duit.

      sudah di  perkirakaan  oleh sang maestro hal itu jauh hari dengan mengeluarkan album "guru oh guru"  tetapi warning dari sang maestro tidak di dengar oleh pemerintah , mungkin karena faktor sejarah silam , di mana sang maestro sering berurusan dengan pemerintah pada saat itu, dan berapa kali di konsernya di cekal.

masa kelam selalu menyelimuti negara , krisis di negeri ini enggan untuk beranjak pergi dan tertidur lelap bersama anak bangsa dan rentetan perestiwa demi peristiwa terus terjadi pergolakan di masyrakat selalu berbunyi pro dan kontra.

 ketidak puasan berbangsa dan bernegara selalu berbunyi dari  setiap pulau yang memiliki sejarah kelam masa lalu, di mana butir pancasila berbunyi " keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia" sangat tidak berimbang dengan komposisi yang di harapkan oleh daerah yg memiliki sumber daya alam yg berlimpah.

 dalam lirik lagunya " SIANG PELATARAN SD"   dan  "BANGUNLAH PUTRA PUTRI PERTIWI" di sana beliau mendengungkan "NASIOLAISME" beliau sangat mencintai NKRI membangkitkan semangat nasionalisme rakyat indonesia dengan karya -karyanya.

terlebih dari keadaaan indonesia saat ini di mana  semua menjadi tidak menentu gap atas dan bawah begitu besar dan selalu bergerak dinamis.

dunia perpolitikan , hukum dan ekonomi  sangat erat kaitanya dalam mengatur negara seperti sedang mengalami guncangan internal maupun eksternal seolah bukan berada di treknya .

indonesia tetaplah indonesia segala kekacauan ini segera berlalu "TUNJUKAN PADA DUNIA BAHWA SEBENARNYA KITA MAMPU" jutaan rakyat indonesia menghaparkan ada perubahan menuju yg  baik dan lebih terkendali dan atau seperti sang maestro Nyanyikan "wakil rakyat bukan paduan suara , jangan tidur waktu sidang soal rakyat, dan meski kami tak kenal saudara karena saudara di pilih bukanya di lotre. atau mereka berebut kekuasaan di senyan sana , sadarlah karena rakyat indonesia membutuhkan pemikiranya bukan dengar kata kata atau janji karena mereka sudah muak karena kalau hanya bicara anak kecil pun bisa. 

salam untuk sang maestro.

                             ~~~~~~~adil ka talio ba curamin ka saruga ba sengat ka jubata~~~~~~

                                                      "lantang sabang"

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun